Diagnosis Genu Valgum
Diagnosis genu valgum biasanya diawali dengan kesadaran orang tua karena tungkai bawah anaknya tampak bagian lutut saling atau hampir bersentuhan. Dalam kondisi fisiologis, genu valgum terjadi secara bilateral, tidak menyebabkan nyeri, dan membaik setelah anak berusia 7 tahun. Namun, pada kondisi patologis, genu valgum dapat terjadi unilateral atau bilateral, disertai nyeri, dan gangguan fungsi pergerakan.[2,4,5]
Anamnesis
Pasien datang dengan gambaran tungkai yang mengalami deformitas, yaitu regio lutut tampak berdekatan atau menempel, sedangkan kaki kanan dan kiri tampak berjauhan. Kondisi ini bisa disertai dengan atau tanpa keluhan tambahan, seperti rasa tidak nyaman atau nyeri, kekakuan sendi, dan gangguan bergerak baik aktif maupun pasif. Deformitas dapat terjadi unilateral atau bilateral.[1,2]
Pada beberapa kasus, genu valgum berkaitan dengan kondisi herediter. Oleh karena itu, sebaiknya ditanyakan mengenai kondisi ibu selama kehamilan, proses persalinan, proses tumbuh dan kembang dari anak, kondisi gizi dan nutrisi anak, serta kejadian serupa pada anggota keluarga lain. Perlu juga ditanyakan riwayat penyakit lain seperti gangguan fungsi ginjal atau saluran cerna, serta riwayat trauma yang pernah dialami.[2,14]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dilakukan secara umum untuk melihat perawakan pasien, meliputi kraniofasial, tulang vertebra, ekstremitas atas, pelvis, dan ekstremitas bawah. Kemudian, pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan khusus pada daerah tungkai bawah, dimulai dengan observasi gerakan berjalan pasien dan inspeksi secara khusus pada daerah lutut dalam kondisi berdiri maupun duduk, dengan membandingkan sisi kanan dan kiri. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi:
- Inspeksi: meliputi panjang tungkai bawah yang diukur dari pelvis sampai dengan distal plantar pedis, dan jarak intermalleolar dengan mengukur jarak antar malleolar media sisi kanan dan kiri
- Palpasi: meliputi nyeri tekan, krepitasi retropatella, dan stabilitas sendi
- Rotasi: meliputi rentang pergerakan, pergerakan pasif, dan aktif[4,14]
Diagnosis Banding
Genu valgum bisa didiagnosis banding dengan kelainan ekstremitas bawah lainnya seperti genu varum dan torsi interna tibia.[1] Diagnosis banding juga dapat dilakukan terkait penyakit yang mendasari timbulnya genu valgum, yaitu:
- Kondisi kongenital seperti sindrom Morquio, displasia spondiloepifiseal
- Trauma dengan insidensi tersering berupa fraktur tulang tibia proksimal metaphyseal
- Tumor seperti displasia fibrosa dan osteokondroma
- Infeksi tulang berupa osteomyelitis
- Penyebab metabolik seperti defisiensi kalsium atau vitamin D[9,11]
Genu Varum
Pada genu varum, lutut mengalami angulasi ke arah midline. Hal ini menyebabkan timbulnya gambaran bowleg. Genu varum bisa dibedakan dengan genu valgum berdasarkan gambaran klinisnya dan rontgen ekstremitas bawah.[1]
Torsi Interna Tibia
Torsi interna tibia adalah penyebab intoeing yang paling sering. Kondisi ini sering kali bersifat asimetris dengan kaki sebelah kiri lebih sering mengalami dibandingkan sisi kanan. Anak dengan torsi interna tibia akan berjalan dengan patella menghadap depan dan kaki menunjuk ke dalam. Kondisi ini mayoritas sembuh sendiri tanpa pengobatan ketika anak berusia 8 tahun.[1]
Pemeriksaan Penunjang
Untuk penegakan diagnosis, sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang dengan rontgen tungkai bawah. Kriteria rontgen anteroposterior ekstremitas bawah yang digunakan adalah posisi patella ke arah anterior.
Hasil rontgen digunakan untuk melakukan pengukuran sudut Q, yaitu pengukuran derajat antara tulang femur dengan tulang tibia pada posisi vertikal. Rentang normal pada wanita adalah ≤20° posisi ekstensi dan ≤9° posisi fleksi 90°. Sedangkan, pada laki-laki adalah ≤18° posisi ekstensi dan ≤8°posisi fleksi 90°. Bila hasil sudut Q melebihi rentang normal, maka diagnosis mengarah ke genu valgum.
Pemeriksaan penunjang lain yang dilakukan sebagai pendukung tergantung pada penyakit yang diduga mendasari genu valgum. Sebagai contoh, apabila genu valgum diduga berkaitan dengan kondisi sistemik, dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium darah, urine, dan biopsi jaringan.[1,4,14]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri