Penatalaksanaan Varicella
Penatalaksanaan varicella atau cacar air (chickenpox) pada anak yang sehat umumnya hanya bersifat suportif karena varicella pada populasi ini biasanya bersifat self-limiting. Namun, pemberian antivirus bisa dipertimbangkan, terutama untuk kelompok pasien yang berisiko komplikasi, misalnya orang dewasa dan orang immunocompromised.[1]
Terapi Suportif
Losion kalamin yang diberikan secara topikal dapat membantu meringankan pruritus pada lesi kulit. Selain itu, antihistamin dapat diberikan untuk mengurangi rasa gatal. Pasien dianjurkan untuk menjaga higienitas tubuh dan membersihkan diri dengan air hangat untuk menghindari infeksi sekunder bakteri.
Untuk mengatasi demam, pasien dapat menerima paracetamol. Pemberian aspirin tidak disarankan karena dapat menyebabkan sindrom Reye. Asupan cairan yang cukup juga disarankan untuk pasien varicella. Selain itu, pasien disarankan untuk tidak menggaruk lesi kulit agar terhindar dari infeksi sekunder.[1,2,6]
Medikamentosa
American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan acyclovir pada kelompok orang dengan risiko infeksi varicella sedang hingga berat. Kelompok ini meliputi orang yang berusia >12 tahun, orang dengan penyakit pulmonal dan kutaneus kronis, orang dengan terapi salisilat jangka panjang, dan orang dengan pengobatan steroid.
Acyclovir
Acyclovir umumnya diberikan secara peroral. Akan tetapi, orang dewasa dan orang immunocompromised dapat memiliki risiko morbiditas yang lebih tinggi, sehingga terapi acyclovir secara intravena dapat dipertimbangkan. Pemberian acyclovir dapat dimulai dalam 24–48 jam sejak onset lesi kulit.
Dosis acyclovir untuk anak-anak adalah 20 mg/kgBB sebanyak 4 kali/hari untuk 5 hari. Sementara itu, dosis acyclovir untuk orang dewasa adalah 800 mg sebanyak 4-5 kali/hari selama 5–7 hari. Efek samping acyclovir oral berkaitan dengan saluran cerna, sedangkan efek samping acyclovir intravena berkaitan dengan saraf pusat.[2,5,6,16]
Immunoglobulin Varicella Zoster (VZIG)
Pemberian VZIG diindikasikan pada orang immunocompromised yang sangat rentan, bayi baru lahir dari ibu yang mengalami varicella sebelum atau setelah melahirkan, bayi prematur, anak usia <1 tahun, dan ibu hamil.
VZIG direkomendasikan untuk diberikan secepatnya atau hingga 10 hari setelah orang terpapar varicella. VZIG diberikan secara intramuskular dengan dosis minimal 125 IU. Efek samping VZIG umumnya jarang. Akan tetapi, pasien dapat mengalami nyeri pada daerah injeksi, sakit kepala, lemas, menggigil, dan mual.
Pemberian VZIG dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat defisiensi IgA dan riwayat anafilaksis terhadap pemberian immunoglobulin manusia.[1,2,17]
Penulisan pertama oleh: dr. Amanda Sonia Arliesta