Diagnosis Ebola
Diagnosis ebola virus disease (EVD) sulit ditegakan jika hanya melihat gejala dan tanda berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Diagnosis pasti diperlukan pemeriksaan penunjang, yaitu uji ELISA (antigen-capture-enzyme-linked-immunosorbent assay), PCR (polymerase chain reaction), dan antibodi IgM-IgG untuk mendeteksi virus ebola.
Anamnesis
Dari anamnesis, pasien umumnya mengeluhkan gejala infeksi virus, seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri perut, fatigue, mual, muntah, dan diare. Tanda pendarahan juga dapat dikeluhkan, misalnya epistaksis, konjungtiva hemoragik, dan gusi berdarah.[1,2]
Pertanyaan penting saat anamnesis pasien yang terinfeksi EVD adalah apakah mempunyai riwayat berkunjung ke daerah endemis Afrika Barat. EVD dicurigai dapat menularkan seseorang yang berkunjung ke daerah endemis selama rata-rata 8‒10 hari, dan gejala akan muncul 6‒21 hari setelah kunjungan.[1,2]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien EVD akan tampak sakit sedang/berat, demam, nyeri tekan abdomen, konjungtiva hemoragik, dan lesi kulit seperti hematoma, purpura, atau petekie. Dapat ditemukan juga tanda dehidrasi, seperti mulut kering, turgor kembali lambat, mata cekung dan kering, serta takikardia.[1,2]
Diagnosis Banding
Gejala infeksi awal dapat menyerupai berbagai penyakit infeksi lainnya, seperti influenza, malaria, tifoid, hepatitis fulminan, sepsis, atau salmonellosis non typhoid. Gejala dan tanda klinis tidak dapat membedakan EVD dengan penyakit lain, diperlukan pemeriksaan penunjang yang mendukung.[1,2]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik untuk mengonfirmasi EVD disesuaikan dengan durasi pasien terinfeksi, yaitu:
- Pada rentang waktu setelah terinfeksi dapat dilakukan tes diagnostik antigen ELISA, IgM ELISA, atau PCR
- Pada tahap akhir atau setelah pemulihan dapat dilakukan tes antibodi IgG dan IgM
- Pada jenazah pasien dapat dilakukan tes Immunohistochemistry dan PCR[1,2,9]
WHO merekomendasikan tes diagnostic automatic atau semi-automated nucleic acid tests (NATs) sebagai pemeriksaan diagnostik baku emas. Untuk skrining masyarakat dapat dilakukan tes deteksi antigen atau antibodi cepat. Saat hasil tes cepat reaktif, maka harus dilanjutkan dengan pemeriksaan diagnostik baku emas untuk menegakan diagnosis ebola.[2]