Diagnosis Giardiasis
Diagnosis definitif giardiasis bisa ditegakkan dari penemuan kista atau trofozoit Giardia intestinalis pada pemeriksaan mikroskopik feses. Menurut CDC, diagnosis giardiasis perlu dicurigai bila pasien mengeluhkan diare >3 hari.[2,6]
Anamnesis
Sebagian besar kasus giardiasis bersifat asimtomatik. Masa inkubasi giardiasis adalah 1-2 minggu (rerata 9 hari). Gejala klinis dapat dialami pasien hingga 3-10 minggu.[1,2]
Pada anamnesis, pasien dapat mengeluhkan diare cair dengan volume yang banyak dan bau menyengat serta steatore. Pada pasien dewasa, gejala klinis dapat berupa nyeri perut, mual, malaise, anoreksia, dan flatulensi. Sementara itu, pada anak-anak, keluhan yang lebih dominan adalah nyeri perut (diare yang terjadi minimal).[2]
Pada anamnesis, hal yang penting ditanyakan adalah faktor risiko berupa riwayat konsumsi air atau makanan yang mentah atau yang tidak bersih, riwayat tinggal atau pergi ke alam liar atau ke area dengan sanitasi buruk dalam waktu dekat, riwayat kontak dengan pasien diare, riwayat pekerjaan, dan riwayat seks oral-anal. Tanyakan juga status kehamilan pada pasien wanita karena wanita hamil akan membutuhkan pilihan obat yang berbeda.[2]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, dokter dapat menemukan tanda-tanda dehidrasi ringan pada pasien. Pada pemeriksaan abdomen, dokter bisa mendapatkan nyeri tekan difus yang minimal dan suara borborygmus pada auskultasi. Walaupun jarang, beberapa pasien mengalami demam, lesi kulit urtikaria atau granuloma anular, dan arthritis reaktif.[2]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding giardiasis adalah traveler's diarrhea, inflammatory bowel disease, irritable bowel syndrome, intoleransi laktosa, gastroenteritis viral, dan strongyloidiasis. Diagnosis banding ini biasanya dapat dibedakan dari hasil anamnesis yang lengkap, terutama mengenai awitan gejala dan kejadian pendahulu seperti riwayat meminum air mentah atau merawat pasien dengan gejala yang sama.[1,6,8]
Pemeriksaan penunjang yang sesuai dengan manifestasi klinis masing-masing pasien dapat dilakukan untuk membedakan diagnosis-diagnosis tersebut dari giardiasis. Selain itu, diagnosis giardiasis juga dapat dibedakan dari diagnosis lain melalui pemeriksaan feses mikroskopik, di mana dokter akan menemukan kista atau trofozoit Giardia.[8]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang definitif giardiasis adalah pemeriksaan feses mikroskopik atau sampel cairan duodenum. Beberapa tahun belakangan ini, immunoassay dan nucleic acid amplification technique mulai populer digunakan karena dapat memberikan hasil yang lebih objektif.[1,2,6]
Pemeriksaan Feses Secara Mikroskopik
Pemeriksaan feses secara mikroskopik untuk kasus giardiasis dilakukan dengan cara mengambil tiga sampel feses. Interval pengambilan sampel-sampel feses tersebut adalah 2-3 hari karena pengeluaran kista tidak konsisten tiap hari. Pemeriksaan serial menggunakan tiga sampel feses memiliki sensitivitas >90%.[1,2,6]
Feses dapat diamati secara langsung dalam bentuk sediaan basah dengan pewarnaan larutan iodine atau methylene blue. Jika harus disimpan, proses pengawetan dapat memanfaatkan alkohol, polyvinyl, atau formalin 10%. Pada pasien asimtomatik, kista dapat ditemukan pada feses hingga 6 bulan atau lebih sejak terjadinya infeksi.[6]
Eritrosit dan leukosit pada feses tidak seharusnya ditemukan pada giardiasis. Apabila eritrosit dan leukosit ditemukan, dokter harus mencurigai kemungkinan infeksi lain.[1,5]
Tes String
Tes string dilakukan dengan cara menelan kapsul gelatin dan pemberat yang telah disambungkan ke benang. Ujung benang ditempelkan di bagian pipi. Kapsul yang ditelan akan larut dan ujung pemberat diharapkan sampai di duodenum. Setelahnya, benang dibiarkan selama minimal 4-6 jam dan pasien diwajibkan puasa.[1]
Saat benang ditarik keluar, jika ada pewarnaan empedu, sampel mukus yang ada dapat dipakai untuk pemeriksaan mikroskopis. Pemeriksaan ini bisa mendeteksi ada tidaknya stadium trofozoit Giardia intestinalis.[1]
Pemeriksaan Antigen Feses
Deteksi antigen Giardia di feses dapat menggunakan enzyme linked immunosorbent assays (ELISA) atau pemeriksaan direct fluorescent antibody (DFA) terhadap antigen kista dan trofozoit Giardia. Sensitivitas pemeriksaan ini 85-98% dengan spesifisitas antara 90-100%.[1,6]
Pemeriksaan Penunjang Baru
Polymerase chain reaction (PCR) menjadi metode nucleic acid amplification test (NAAT) yang populer untuk giardiasis karena sensitivitasnya mencapai 98% dan spesifitasnya mencapai 100%. Metode PCR juga bisa digunakan untuk skrining sampel air.[1,6]
Biopsi
Biopsi jarang dilakukan untuk kasus giardiasis. Namun, biopsi dapat dimintakan pada kasus diare kronis dengan gejala yang mengarah ke giardiasis tetapi hasil pemeriksaan feses negatif. Biopsi jaringan duodenum dapat menemukan trofozoit Giardia menempel pada epitel usus. Gambaran histopatologi yang dapat ditemukan adalah atrofi vili usus sebagian atau total dengan infiltrasi inflamasi pada lamina propria.[1,2,6]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur