Epidemiologi Gigitan Manusia
Data epidemiologi menunjukkan bahwa gigitan manusia termasuk yang paling besar ke-3 setelah gigitan anjing dan kucing. Luka gigitan manusia dilaporkan berkontribusi antara 3,6 hingga 23% dari semua kasus gigitan.[1,2,5,6]
Global
Dari semua kasus gigitan manusia yang pernah dilaporkan, sekitar 60% terjadi pada ekstremitas atas dominan, 15% pada regio kepala dan leher, sisanya terjadi di payudara, kelamin, paha, dan bagian tubuh lainnya. Pada regio kepala leher, luka gigitan manusia paling sering terjadi pada telinga, hidung, dan bibir.[1–3,7]
Di Amerika Serikat, gigitan manusia adalah salah satu kasus tersering di UGD pada anak. Sekitar 10% luka gigitan manusia pada anak mengalami infeksi.[4]
Dalam sebuah studi di Nigeria, didapatkan sekitar 13% kasus gigitan manusia dari total 219 kasus kekerasan. Umumnya usia korban dan pelaku berkisar di 30-an tahun. Mayoritas kasus terjadi di dalam lingkungan tempat tinggal dengan pelaku kekerasan dikenal korban.[3]
Indonesia
Di Indonesia, data kasus gigitan manusia masih terbatas. Namun, sebuah penelitian deskriptif retrospektif yang didapatkan dari data forensik RS Bhayangkara Tingkat 3 Manado menunjukkan sebanyak 34 dari 2197 kasus forensik klinik melibatkan gigitan manusia. Lokasi gigitan manusia paling sering di daerah lengan (23,4%) dan paling jarang di pipi dan leher (0,2%).[5]
Mortalitas
Gigitan manusia jarang berkaitan langsung dengan mortalitas. Dalam salah satu laporan kasus, ditemukan seorang korban perkelahian yang meninggal dunia 10 hari setelah mengalami luka gigitan manusia di bagian tangan. Dalam prosesnya, korban mengalami infeksi yang ditandai dengan pembengkakan, nyeri hebat, produksi cairan serosa dan pus, diskolorasi, dan hilangnya fungsi. Kemudian, korban mengeluh demam dan lemas, lalu meninggal 24 jam setelah dilakukan upaya amputasi distal siku.[8]