Diagnosis Gondongan
Diagnosis gondongan atau mumps umumnya dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan. Pasien dengan keluhan utama berupa gejala tipikal gondongan, yaitu gejala prodromal disertai pembengkakan kelenjar parotis, harus dicurigai sebagai gondongan terlebih dahulu. Riwayat yang penting untuk dicari saat anamnesis adalah:
- Perjalanan penyakit sesuai manifestasi klinis
- Karakteristik pembesaran kelenjar parotis
- Kontak dengan individu lain yang terkena gondongan
- Riwayat imunisasi gondongan
Selain mencari manifestasi klinis tipikal, perlu juga dicari tanda dan gejala yang mengarahkan pada manifestasi sistemik gondongan, misalnya orkitis dan meningitis.
Pada umumnya pemeriksaan penunjang tidak diperlukan pada kasus gondongan karena penegakan diagnosis gondongan merupakan diagnosis klinis. Pemeriksaan penunjang dapat dikerjakan bila gejala tidak terlalu khas atau ada gejala sistemik.
Anamnesis
Virus umumnya masuk melalui saluran dengan mukosa seperti hidung dan mulut. Virus kemudian menyebar melalui kelenjar getah bening dan dilanjutkan dengan viremia selama 3-5 hari. Pada masa ini terjadi gejala fase prodromal. Gejala pada fase prodromal umumnya tidak spesifik, yaitu:
- Demam tinggi
- Malaise
- Nyeri otot
- Penurunan nafsu makan[4,5]
Setelah itu, mulai terjadi pembesaran kelenjar parotis dengan karakteristik:
- Dapat muncul unilateral maupun bilateral. Pada sekitar 80% kasus terjadi parotitis bilateral
- Benjolan lunak dan nyeri
- Nyeri ini memuncak pada sekitar hari ketiga sejak pembesaran karena benjolan telah mencapai ukuran maksimum.
- Kemerahan dan bengkak pada muara duktus Stensoni.
- Benjolan dapat mendorong telinga ke arah lateral[1]
Fase ini dapat disertai beberapa gejala lain:
- Nyeri sekitar telinga
- Nyeri saat mengunyah
- Pembesaran kelenjar submaksila (jarang). Pada 10-15% kasus gondongan dapat terjadi pembesaran kelenjar submandibula tanpa parotitis.
- Edema laring dan palatum
- Edema di atas manubrium sterni akibat obstruksi aliran getah bening[1]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kasus gondongan yang paling khas ditemukan adalah adanya pembesaran kelenjar parotis yang disertai peningkatan suhu badan. Hal lain yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik adalah pembesaran kelenjar getah bening sub mandibula, walaupun hal ini cukup jarang.
Apabila terjadi komplikasi berupa meningitis, maka pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda iritasi meningen, seperti kaku kuduk dan tanda Brudzinsky.
Diagnosis Banding
Fase prodromal pada gondongan sulit dibedakan dengan fase prodromal infeksi virus lainnya karena gejala tidak spesifik. Parotitis pada gondongan harus dibedakan dengan penyebab lain yang mirip parotitis akibat gondongan.
Parotitis Supuratif
Merupakan infeksi kelenjar parotis akibat bakteri. Gejala berupa pembengkakan pada regio preaurikula, postaurikula, dan mandibula. Pada palpasi, benjolan akan teraba keras dan penekanan kelenjar dapat menyebabkan keluarnya pus dari duktus Stensoni.[1,5]
Parotitis akibat Virus Lain
Banyak virus lain yang dapat menyebabkan parotitis, misalnya virus Epstein-Barr (EBV), cytomegalovirus, adenovirus, dan sebagainya. Infeksi virus lain ini sulit dibedakan dengan gondongan karena umumnya memiliki fase prodromal yang mirip. Infeksi EBV diketahui dapat menyebabkan positif palsu pada pemeriksaan serologi IgM gondongan. Infeksi HIV juga dapat disertai dengan gejala parotitis kronis.[5]
Sialolithiasis
Umumnya terjadi bengkak pada kelenjar parotis yang bisa disertai nyeri. Pada sialolithiasis umumnya tidak ada gejala prodromal dan penegakkan diagnosis dilakukan secara radiologis.[5]
Tumor parotis
Tumor pada parotis memiliki gejala benjolan yang tidak nyeri dan membesar secara perlahan. Apabila tumor ganas, dapat terjadi paralisis saraf kranial VII ipsilateral karena lokasi saraf ini mudah diinfiltrasi tumor ganas parotis.[5]
Sindrom Sjogren
Pada sindrom Sjogren, terjadi pembesaran kelenjar parotis disertai submandibular secara perlahan dan umumnya bilateral.[5]
Sarkoidosis
Sarkoidosis dapat melibatkan kelenjar parotis biarpun jarang. Pada umumnya terjadi pembesaran kedua kelenjar parotis tanpa disertai rasa nyeri. Pada anamnesis dapat ditemukan tanda dan gejala sarkoidosis sistemik. [5]
Sindrom Mikulicz
Pada penyakit ini terjadi pembesaran kelenjar parotis dan lakrimal kronis. Gejala disertai mulut kering dan tidak ada kelenjar air mata.[1]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang umumnya tidak diperlukan karena diagnosis mumps dapat ditegakkan secara klinis melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Namun, bila diperlukan, isolasi virus mumps dari sampel swab nasofaring atau swab buccal dapat dilakukan.