Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Penyakit Lyme general_alomedika 2023-05-03T14:50:45+07:00 2023-05-03T14:50:45+07:00
Penyakit Lyme
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Penyakit Lyme

Oleh :
Audric Albertus
Share To Social Media:

Diagnosis penyakit Lyme atau borreliosis Lyme di daerah endemis dapat ditegakkan berdasarkan riwayat gigitan kutu dan manifestasi klinis yang sesuai. Namun, di area yang tidak endemis, diagnosis yang lebih definitif dapat dilakukan dengan dua tahap tes serologi. Tahap pertama adalah enzyme-linked immunosorbent assays (ELISA) atau indirect fluorescent-antibody (IFA). Sementara itu, tahap kedua merupakan konfirmasi hasil tahap pertama dengan menggunakan tes Western blot.

Anamnesis

Penyakit Lyme umumnya dapat dicurigai pada pasien dengan riwayat eksposur kutu yang berisiko membawa penyakit Lyme. Manifestasi klinis penyakit Lyme umumnya tergantung pada fase penyakit. Fase penyakit Lyme dapat dibagi menjadi tiga, yaitu penyakit lokal awal, penyakit diseminasi awal, dan penyakit Lyme tahap akhir.[3,4]

Penyakit Lokal Awal

Penyakit lokal awal (early localized disease) umumnya terjadi dalam 7–14 hari setelah gigitan kutu. Pada fase ini, pasien memiliki ruam eritema migrans di lokasi gigitan kutu. Ruam ini umumnya terletak di aksila, inguinal, fossa poplitea, dan area pinggang. Ruam biasanya tidak nyeri tetapi bisa disertai rasa terbakar atau gatal.[3,4]

Manifestasi klinis lain yang juga dapat ditemukan pada fase awal adalah lemas, sakit kepala, mialgia, artralgia, dan kaku leher. Selain itu, limfadenopati regional, anoreksia, dan demam juga dapat ditemukan.[3,4]

Penyakit Diseminasi Awal

Penyakit diseminasi awal (early disseminated disease) terjadi dalam beberapa minggu atau beberapa bulan setelah gigitan kutu. Fase ini umumnya sudah disertai komplikasi neurologis, jantung, atau mata.

Gejala neurologis bisa berupa gangguan saraf kranial unilateral atau bilateral, terutama nervus fasialis (VII). Hal ini menyebabkan kelumpuhan satu atau dua sisi wajah. Pasien juga mungkin mengalami nyeri radikular, neuropati perifer (kesemutan, kelemahan otot, dan nyeri ekstremitas), serta gejala meningitis seperti nyeri kepala, demam, dan kaku kuduk.

Keluhan jantung dapat berupa gejala miokarditis dan perikarditis, seperti nyeri dada, detak jantung tidak teratur, lemas, dan sesak napas. Sementara itu, manifestasi okular dapat berupa nyeri mata, mata merah, dan gangguan penglihatan.[3,4]

Penyakit Lyme Tahap Akhir

Penyakit Lyme tahap akhir (late Lyme disease) umumnya terjadi beberapa bulan atau tahun setelah infeksi. Gejala yang ditemukan dapat berupa nyeri dan bengkak sendi intermiten atau persisten, terutama pada sendi besar seperti lutut.

Keluhan neurologis seperti gangguan memori, gangguan konsentrasi, dan manifestasi polineuropati aksonal ringan seperti parestesi distal dan nyeri radikular juga bisa terjadi. Lesi akrodermatitis atropikans kronis, yaitu ruam pada ekstensor tangan dan kaki juga dapat ditemukan.[3,4]

Pemeriksaan Fisik

Pasien dengan penyakit Lyme membutuhkan pemeriksaan fisik yang menyeluruh sebab infeksinya dapat memengaruhi bermacam organ.

Gangguan Tanda Vital

Pada penyakit Lyme, umumnya ditemukan peningkatan suhu tubuh yang menunjukkan infeksi. Selain itu, penurunan tekanan darah dapat terjadi bila neuropati perifer pasien melibatkan saraf otonom.

Perubahan Kulit

Beberapa lesi kulit dapat terjadi sesuai fase penyakit. Eritema migrans umumnya terjadi pada fase penyakit lokal awal, yaitu 7–14 hari setelah gigitan kutu. Lesi ini memiliki predileksi di area aksila, inguinal, fossa poplitea, dan pinggang. Karakteristiknya adalah ruam kemerahan atau ungu yang menyebar perlahan, sering kali dengan penyembuhan sentral. Ruam dapat mencapai diameter >20 cm dan memiliki gambaran merah merata atau menyerupai target atau bull’s eye.

Lesi kulit berupa borrelial limfositoma dapat ditemukan pada fase penyakit diseminasi awal meskipun jarang. Lesi ini memiliki karakteristik bengkak biru kemerahan dengan diameter beberapa sentimeter. Predileksi lesi ada di cuping telinga dan dekat puting. Lesi ini umumnya bertahan lebih lama daripada eritema migrans.

Akrodermatitis atropikans kronis dapat ditemukan pada fase late disease. Karakteristik lesi ini adalah diskolorasi biru kemerahan yang disertai bengkak. Lesi membesar secara perlahan selama beberapa bulan atau tahun. Edema di sekitar lesi kemudian dapat membaik dan menyebabkan atrofi. Lesi ini umumnya terjadi pada wanita usia >40 tahun dengan predileksi di ekstensor tangan dan kaki.[3,4]

Gangguan Neurologis

Pasien penyakit Lyme dapat mengalami meningitis. Tanda iritasi meningeal seperti kaku kuduk, tanda Laseque, tanda Kernig, dan tanda Brudzinski dapat ditemukan positif pada pasien meningitis penyakit Lyme.

Gangguan saraf kranial unilateral atau bilateral merupakan salah satu tanda khas dari penyakit Lyme. Umumnya, ditemukan paresis nervus fasialis (VII) perifer. Selain itu, gangguan nervus abdusen juga dapat terjadi.

Gangguan sensorik dan motorik juga menjadi salah satu tanda yang sering ditemukan pada penyakit Lyme. Tanda-tanda dari neuropati perifer, mononeuropati multipex, dan radikulopati umumnya dapat ditemukan. Gangguan fungsi kognitif, seperti memori dan orientasi, juga dapat terjadi pada fase late Lyme disease.[3,4]

Gangguan Okular

Beberapa penyakit okular, seperti konjungtivitis, keratitis, iridosiklitis, retinal vaskulitis, koroiditis, neuropati optik, dan uveitis umumnya dapat terjadi pada penyakit Lyme fase early disseminated.

Gangguan Jantung

Temuan denyut jantung ireguler, pericardial friction rub, dan tanda-tanda gagal jantung dapat menunjukkan adanya AV blok, miokarditis, dan perikarditis. Temuan ini umumnya terjadi pada fase early disseminated disease.

Artritis

Artritis merupakan salah satu tanda penyakit Lyme fase late disease. Artritis umumnya dapat ditemukan pada beberapa sendi besar, terutama pada sendi lutut.[3,4]

Diagnosis Banding           

Beberapa penyakit dapat menyerupai tanda dan gejala penyakit Lyme. Klinisi harus dapat membedakan diagnosis banding penyakit Lyme untuk mencegah misdiagnosis.

Alergi Gigitan Kutu

Pada alergi gigitan kutu, umumnya ditemukan gejala yang sama dengan penyakit Lyme, yaitu ruam pada lokasi gigitan. Namun, ruam akibat alergi gigitan kutu umumnya tidak menunjukkan penyembuhan sentral.[1,7]

Eritema Multiforme

Lesi kulit eritema multiforme umumnya menyerupai eritema migrans pada penyakit Lyme. Akan tetapi, eritema multiforme biasanya melibatkan mukosa dan menimbulkan lenting. Biopsi kulit dapat membantu membedakan kedua penyakit ini.[1,7]

Babesiosis

Babesiosis tidak memiliki perbedaan gejala yang mencolok dengan penyakit Lyme. Penyakit ini bahkan bisa terjadi bersama penyakit Lyme. Namun, babesiosis umumnya tidak memiliki ruam. Selain itu, pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan Babesia intraeritrosit. Tanda-tanda hemolisis juga dapat ditemukan pada babesiosis.[1,7]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis penyakit Lyme umumnya bersifat indirek. Pemeriksaan direk, seperti kultur dan polymerase chain reaction (PCR) sulit dilakukan.

Tes Serologi

Tes serologi tergantung pada produksi antibodi pasien. Sensitivitas pemeriksaan ini meningkat seiring dengan durasi penyakit. Diagnosis penyakit Lyme membutuhkan dua tahap tes serologi. Tahap pertama adalah tes enzyme-linked immunosorbent assays (ELISA) atau indirect fluorescent-antibody (IFA).

Namun, pemeriksaan tersebut sering memberikan hasil positif palsu akibat reaksi silang antigen, seperti flagela dan protein heat-shock. Hal ini menyebabkan diperlukannya tes tahap kedua untuk konfirmasi yang lebih spesifik, yaitu tes Western blot.

Pada fase penyakit diseminasi awal, umumnya hasil IgM dan IgG Western blot positif. Namun, pada penyakit Lyme tahap akhir, hasil IgM Western blot bisa positif ataupun negatif. Tes serologi terbaru dengan VIsE C6 ELISA sedang dikembangkan untuk menggantikan Western blot tetapi masih memerlukan studi lebih lanjut.[2,4,5]

Pemeriksaan Darah Lengkap

Pemeriksaan darah lengkap tidak bisa memberikan hasil yang spesifik untuk diagnosis penyakit Lyme. Hasil yang mungkin tampak adalah leukopenia, trombositopenia, dan peningkatan laju endap darah. Namun, leukositosis juga mungkin terjadi.[1,2,4,5]

Polymerase Chain Reaction

Polymerase chain reaction (PCR) mengamplifikasi DNA dari B. burgdorferi pada sampel kulit, darah, cairan serebrospinal, dan cairan sinovial. Pemeriksaan PCR serebrospinal umumnya memiliki sensitivitas yang rendah dan hasil positif palsu yang tinggi, sehingga tidak dijadikan acuan diagnosis penyakit Lyme dengan gejala neurologis. Pada kasus artritis akibat penyakit Lyme seropositif, PCR cairan sinovial dapat digunakan untuk konfirmasi keberadaan bakteri.[2,4,5]

Kultur

Kultur B. burgdorferi dapat dilakukan pada spesimen biopsi kulit, darah, dan cairan serebrospinal. Kultur ini membutuhkan media spesial, yaitu Barbour-Stoenner-Kelly (BSK) atau modified Kelly-Pettenkofer (MKP). Kultur B. burgdorferi membutuhkan observasi sampai 12 minggu karena multiplikasi bakterinya lambat. Hasil yang lama dan ketersediaan yang terbatas menyebabkan kultur tidak dianjurkan.[2,4,5]

Pemeriksaan Lain

Selain tes laboratorium, pemeriksaan penunjang lain juga bisa digunakan untuk deteksi komplikasi. Elektrokardiogram (EKG) disarankan pada pasien fase penyakit diseminasi awal. Pada fase ini, dapat ditemukan AV blok atau ST elevasi difus yang menunjukkan mioperikarditis. Sementara itu, echocardiography dapat dilakukan untuk mendeteksi karditis dan melihat kondisi dan struktur jantung secara menyeluruh.

Magnetic resonance imaging (MRI) mungkin dilakukan pada pasien dengan gangguan neurologis. Hasil MRI pada pasien penyakit neuro-Lyme dapat menunjukkan prolongasi T2 pada substansia alba serebri, lesi dengan edema, atau enhancement meningeal. Pungsi lumbal disarankan pada pasien penyakit Lyme dengan kecurigaan meningitis atau ensefalitis.[2,4,5,13]

Referensi

1. Skar GL, Simonsen KA. Lyme Disease. StatPearls Publishing. 2020.
2. Murray TS, Shapiro ED. Lyme disease. Clin Lab Med. 2010;30(1):311–28.
3. Hu L. Clinical manifestations of Lyme disease in adults. UpToDate. 2020.
4. Marques AR. Lyme disease: A review. Curr Allergy Asthma Rep. 2010;10(1):13–20.
5. Ross Russell AL, Dryden MS, Pinto AA, Lovett JK. Lyme disease: diagnosis and management. Pract Neurol. 2018 Dec;18(6):455-464. doi: 10.1136/practneurol-2018-001998. Epub 2018 Oct 3. PMID: 30282764.
7. Janak Koirala. Lyme Disease. Epocrates. 2020.
13. Agarwal R, Sze G. Neuro-lyme disease: MR imaging findings. Radiology. 2009;253(1).

Epidemiologi Penyakit Lyme
Penatalaksanaan Penyakit Lyme
Diskusi Terbaru
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas 2 jam yang lalu
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
1 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...
dr. ALOMEDIKA
Dibalas 8 jam yang lalu
Trending! TOP 5 Artikel di Bulan Mei 2025! 🕺🏻
Oleh: dr. ALOMEDIKA
1 Balasan
ALO Dokter!Di bulan Mei yang penuh semangat ini, jangan lewatkan 5 artikel paling populer dan menjadi sorotan para sejawat di ALOMEDIKA!Efek Vaksinasi Herpes...
dr. ALOMEDIKA
Dibalas 15 menit yang lalu
ALOPALOOZA - Alomedika Points Bonanza Bidang Dermatologi (14-20 Mei 2025)
Oleh: dr. ALOMEDIKA
2 Balasan
ALO Dokter!Masih belum ikuti ALOPALOOZA (ALOMEDIKA POINT BONANZA)?!? Ayo, segera ikuti ALOPALOOZA minggu ini untuk menambah Alomedika Point Anda!Tema minggu...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.