Epidemiologi Rubella
Data epidemiologi menunjukkan bahwa kejadian rubella menurun sejak diperkenalkannya vaksin rubella. Wabah biasanya terjadi pada area di mana banyak individu tidak divaksinasi.[8]
Global
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa rubella terjadi di seluruh dunia dengan distribusi musiman. Insidensi biasa terjadi pada puncak musim dingin atau awal musim semi pada negara subtropis. Prevalensi diperkirakan berdasarkan seropositivitas dari populasi dan bervariasi berdasarkan negara tergantung dari karakteristik geografis. Biasanya wabah muncul pada area dengan banyak individu yang tidak divaksinasi.[4]
Dalam sebuah studi berbasis populasi di China, insidensi kasus rubella per satu juta penduduk menurun dari 15,8 pada tahun 2009 menjadi 0,1 pada tahun 2020. Proporsi kasus rubella pada wanita usia subur dilaporkan lebih tinggi dibandingkan pada pria.[7]
Indonesia
Data nasional epidemiologi rubella di Indonesia belum tersedia. Hal ini akibat surveilans yang masih belum adekuat dan potensi tinggi banyak kasus rubella yang tidak dilaporkan.[9]
Mortalitas
Kebanyakan kasus rubella bersifat swasirna, tetapi dapat menyebabkan morbiditas yang tinggi jika dialami ibu hamil, terutama pada trimester pertama. Ini, termasuk menyebabkan ensefalitis, abortus, kematian bayi baru lahir, kebutaan, tuli, serta keterlambatan perkembangan. Rubella kongenital memiliki angka mortalitas yang tinggi, yakni mencapai 33%.
Morbiditas akibat rubella dapat dicegah dengan pemberian vaksin rubella. Pada tahun 2018, vaksin rubella telah dimasukan ke dalam program nasional imunisasi 168 negara, yang mewakili 87% populasi dunia, termasuk Indonesia.[8]
Penulisan pertama oleh: dr. Sunita