Diagnosis Taeniasis
Diagnosis taeniasis patut dicurigai pada pasien dengan keluhan gastrointestinal dan rasa tidak nyaman di regio perianal. Namun, taeniasis juga bisa asimptomatik. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan feses dapat menemukan adanya telur dan proglotid Taenia sp.
Anamnesis
Pasien yang mengalami taeniasis dapat asimptomatik. Gejala awal yang timbul bisa berupa gejala saluran pencernaan dan rasa tidak nyaman di daerah perianal. Rasa tidak nyaman ini dapat disertai dengan gatal dan iritasi. Hal ini disebabkan oleh pergerakan proglotid yang keluar bersamaan dengan feses.
Gejala terkait saluran pencernaan yang dapat ditemukan pada pasien adalah nyeri perut, mual, kembung, flatulens, diare, dan penurunan nafsu makan. Gejala ini lebih berat pada anak-anak dan nyeri perut dapat bersifat kolik pada anak. Pada beberapa kasus, nyeri perut dan mual dapat berkurang setelah pasien makan. Gejala sistemik yang muncul biasanya adalah fatigue dan penurunan berat badan. [3-5]
Gejala-gejala di atas umumnya bersifat ringan karena cacing Taenia sp. hanya menimbulkan respon inflamasi minimal di mukosa saluran pencernaan. [18]
Pemeriksaan Fisik
Pada pasien yang asimptomatik, hasil pemeriksaan fisik tidak ada yang khas. Pada pasien yang menunjukkan gejala, pemeriksaan fisik dapat menunjukkan adanya proglotid yang keluar dari anus atau gambaran anus yang mengalami iritasi (misalnya kemerahan dan terdapat bekas garukan). Gejala saluran pencernaan yang terjadi jarang mencapai kondisi yang berat, sehingga jarang ditemukan tanda-tanda dehidrasi. [3,4,18]
Pasien anak dapat mengalami kondisi anemia dan malnutrisi, sehingga adanya kondisi gagal tumbuh atau berat badan yang tidak naik perlu diperhatikan. Tanda-tanda anemia seperti pucat dan lemas juga perlu diperhatikan. [1,3,18]
Diagnosis Banding
Infeksi taeniasis harus didiagnosis banding dengan infeksi spesies cacing pita lain dan gejala diare harus dibedakan dengan gastroenteritis.
Infeksi Cacing Pita Lain
Infeksi akibat spesies cacing pita lain juga dapat menunjukkan gejala serupa. Untuk membedakannya, diperlukan pemeriksaan feses.
Taenia asiatica : Pada pemeriksaan mikroskopik, ditemukan adanya rostelum di skoleks dan protuberens posterior di proglotid yang sedang bertelur
Diphyllobothrium latum : Cacing pita yang terdapat pada ikan. Pada bagian skoleks tidak terdapat penghisap atau kait
Hymenolepis nana : Skoleks berlapis, telur berbentuk oval, dan panjang cacing hanya 1 – 5 cm [19]
Gastroenteritis
Gejala diare dapat muncul pada taeniasis. Diare juga dapat disebabkan oleh gastroenteritis akibat infeksi virus, bakteri, dan parasit lainnya. Patogen ini dapat dibedakan melalui pemeriksaan feses. Pada gastroenteritis, gejala diare biasanya lebih berat dibandingkan taeniasis dan dapat menimbulkan dehidrasi.[19]
Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis, yaitu pemeriksaan darah, pemeriksaan feses, dan pemeriksaan biomolekular.
Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan feses merupakan pemeriksaan utama yang dilakukan karena dapat mengidentifikasi jenis parasit. Diagnosis taeniasis ditegakkan dengan menemukan telur atau proglotid pada feses. Telur atau proglotid in dapat ditemukan ketika cacing dewasa di dalam tubuh telah dapat menghasilkan telur, yaitu sekitar 2–3 bulan pasca infeksi. Untuk meningkatkan kemungkinan penemuan telur atau proglotid, sampel feses disarankan diambil tiga kali pada hari yang berbeda-beda. [3-5,19,20]
Pada kasus infeksi Taenia saginata, pemeriksaan dengan pengambilan feses langsung memiliki efikasi yang lebih rendah karena proglotid yang sudah siap bertelur dapat keluar secara spontan melalui anus sehingga telur akan melekat di daerah perianal dan perineal. Pada kondisi tersebut, pengambilan sampel melalui swab anus lebih direkomendasikan. [18]
Pembersihan usus dengan glikol elektrolit-polietilen sebelum pemberian antiparasit dinilai dapat meningkatkan kemungkinan keluarnya skoleks atau proglotid. Selain itu, pemberian minyak kastor atau magnesium sulfat 2 jam pasca diberikan antiparasit juga dapat membantu mengeluarkan cacing dewasa dalam bentuk utuh atau fragmentasi dalam 6–12 jam. [19]
Bentuk telur Taenia sagiata dan Taenia solium sangat serupa, sehingga membedakan antar spesies sulit dilakukan jika hanya ditemukan telur di dalam feses. Evaluasi proglotid dilakukan dengan menginjeksi tinta India untuk memperlihatkan cabang uterin di dalam proglotid. Taenia saginata memiliki 12–30 cabang, sedangkan Taenia solium memiliki 7–13 cabang.
Bentuk skoleks Taenia saginata dan Taenia solium juga berbeda. Pada skoleks Taenia saginata terdapat 4 penghisap besar, namun tidak ditemukan rostelum atau kait rostelar. Sedangkan pada skoleks Taenia solium dapat ditemukan 4 penghisap besar, rostelum, dan 2 kait. [1,3-5,18]
Pemeriksaan feses memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih rendah dibandingkan pemeriksaan biomolekular. Oleh karena itu, pasien dengan hasil pemeriksaan feses yang negatif tidak dapat langsung dieksklusi. Pemeriksaan dapat diulang atau pasien diberikan terapi empirik. [18]
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan untuk melihat adanya infeksi parasit, walaupun tidak spesifik. Pada infeksi oleh parasit, dapat ditemukan adanya peningkatan jumlah eosinofil sekitar 1–15%. Peningkatan kadar IgE juga dapat ditemukan. [18]
Pemeriksaan Biomolekular
Pemeriksaan biomolekular tidak dikerjakan secara rutin sebagai alat diagnostik. Biasanya pemeriksaan ini hanya dilakukan untuk penelitian. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) untuk mendeteksi antigen Taenia sp. yang terdapat di dalam feses (copro-antigen). [18,19]
Pemeriksaan copro-antigen ELISA dengan sampel feses memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang cukup tinggi, yaitu 98% dan 99%. Walaupun demikian, pada pemeriksaan ini masih dapat terjadi reaksi silang dengan parasit lain, seperti Ascaris sp, Trichuris sp, Hymenolepis nana, dan protozoa. [12,21]
Untuk mengetahui diagnosis spesifik masing-masing spesies, pemeriksaan gen dengan metode PCR (polymerase chain reaction) juga dapat dilakukan. Pemeriksaan ini memiliki spesifisitas 100% dan sensitivitas 97-100%. Selain itu, deteksi antibodi untuk antigen solium excretory-secretory (TSES) yang dimiliki oleh Taenia solium dengan metode immunoblot assay juga menunjukkan hasil sensitivitas dan spesifisitas yang baik yaitu 95% dan 100%. [12]