Patofisiologi Taeniasis
Patofisiologi taeniasis dimulai dari masuknya Taenia sp. ke saluran pencernaan dan berdiam di jejunum. Cacing dewasa akan melekatkan diri ke mukosa usus melalui penghisap dan menimbulkan gejala.
Patogenesis Taeniasis
Manusia akan terinfeksi oleh Taenia sp. ketika menelan larva sistiserkus. Untuk spesies Taenia solium, manusia juga dapat terinfeksi melalui telur dan proglotid secara langsung, namun hal ini akan menyebabkan sistiserkosis, bukan taeniasis. Larva yang sudah masuk akan menetap di jejunum dan berkembang menjadi cacing dewasa di sana. Larva membutuhkan waktu sekitar 2–3 bulan untuk menjadi cacing dewasa.
Cacing dewasa memiliki penghisap di bagian skoleks sehingga dapat menempel di mukosa saluran pencernaan. Penghisap ini berfungsi untuk mengambil sari-sari makanan dari pembuluh darah sehingga individu yang terinfeksi dapat mengalami gejala-gejala saluran cerna, merasa lemas, dan mengalami penurunan berat badan.
Untuk spesies Taenia solium, selain memiliki penghisap, di bagian skoleksnya juga terdapat kait sehingga perlekatan ke dinding usus menjadi lebih kuat. Walaupun jarang ditemukan, perdarahan saluran cerna karena infeksi taeniasis dapat terjadi dan individu tersebut dapat mengalami anemia. [1,3-6]