Penatalaksanaan Taeniasis
Tujuan penatalaksanaan taeniasis adalah mengeliminasi cacing dewasa yang terdapat di saluran pencernaan. Untuk mencapai hal tersebut, pasien dengan taeniasis perlu diberikan obat anticacing. Regimen yang dapat diberikan adalah praziquantel, niklosamid, atau nitazoksanid. [22]
Praziquantel
Praziquantel merupakan pilihan obat yang paling sering digunakan. Obat ini diberikan dengan dosis 5–10 mg/kgBB per oral dosis tunggal untuk anak maupun dewasa. Pada kasus taeniasis yang disertai dengan neurosistiserkosis, penggunaannya perlu diperhatikan karena praziquantel dapat menimbulkan reaksi inflamasi di sekitar kista dan berpotensi menimbulkan kejang. Praziquantel dapat menimbulkan efek samping berupa malaise, nyeri kepala, pusing, nyeri perut, mual, peningkatan suhu tubuh, dan urtikaria. [18,23]
Niklosamid dan Nitazoksanid
Jika pasien memiliki riwayat alergi terhadap praziquantel atau cacing bersifat resisten terhadap praziquantel, niklosamid atau nitazoksanid dapat digunakan. Niklosamid diberikan dengan dosis 2 gram per oral dosis tunggal untuk dewasa dan 50 mg/kgBB per oral dosis tunggal untuk anak.
Nitazoksanid juga dapat digunakan sebagai alternatif jika praziquantel atau niklosamid tidak dapat diberikan. Dosis yang digunakan adalah 500 mg dua kali sehari untuk dewasa atau 20 mg/kgBB untuk anak usia 5–14 tahun. Obat ini digunakan selama 3 hari dan diberikan kembali 12 minggu kemudian. [19,24]
Pemantauan
Setelah pemberian medikamentosa, pasien disarankan untuk memeriksakan kembali feses setelah 1 dan 3 bulan untuk memastikan eliminasi cacing. [18,19]
Secara umum, pasien dengan taeniasis dapat dirawat jalan dan tidak memerlukan tambahan tata laksana yang lain. Akan tetapi, pasien dengan komplikasi seperti obstruksi saluran cerna atau duktus bilier membutuhkan rawat inap dan pembedahan. [22]