Etiologi Taeniasis
Etiologi taeniasis pada manusia adalah cacing pita Taenia sp. Spesies yang telah teridentifikasi menyebabkan infeksi pada manusia adalah Taenia saginata dan Taenia solium.
Taenia Saginata
Taenia saginata merupakan jenis cacing pita yang ditemukan pada daging sapi yang mentah atau tidak matang. Panjang cacing ini dapat mencapai 8 meter dengan jumlah proglotid mencapai 1-2.000 buah. Proglotid pada Taenia saginata memiliki 15-30 cabang. Pada bagian skoleks terdapat empat buah penghisap yang berfungsi untuk melekatkan cacing dengan jejunum.
Telur Taenia saginata memiliki ukuran antara 30-40 mcm. Telur ini mengandung onkosfer dan dikelilingi oleh dinding tebal bergaris coklat. Telur yang keluar bersama feses ini dapat hidup selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun di lingkungan. Telur yang termakan oleh sapi akan pecah dan menginvasi dinding saluran intestinal dan masuk ke otot. Sampai di otot, telur akan berubah menjadi larva sistiserkus yang dapat menginfeksi manusia. Antibodi anti sistiserkus diperlukan untuk pemeriksaan serologis pada abses otak.
Saat di tubuh manusia, larva membutuhkan waktu 2-3 bulan untuk menjadi cacing dewasa dan menghasilkan telur. [1,3]
Taenia Solium
Taenia solium merupakan jenis cacing pita yang terdapat pada daging babi. Babi berperan sebagai pejamu perantara, sedangkan manusia dapat berperan sebagai pejamu sementara atau pejamu definitif.
Cacing ini dapat menginfeksi manusia melalui dua cara. Jika seorang individu menelan larva sistiserkus, maka individu tersebut akan mengalami taeniasis. Namun, apabila seorang individu menelan telur Taenia solium, maka individu tersebut akan mengalami sistiserkosis.
Cacing Taenia solium memiliki mulut penghisap dan kait di bagian skoleksnya sehingga proses perlekatan lebih kencang. Panjang cacing ini dapat mencapai 3 meter dengan jumlah proglotid mencapai 1.000 buah.
Telur dan proglotid yang mengandung telur akan keluar bersama dengan feses. Telur dapat bertahan hingga beberapa bulan. Ketika telur tertelan oleh hewan, maka larva yang berada di dalam telur akan keluar dan menembus dinding intestinal dan menetap di berbagai jaringan, namun paling sering ditemukan di jaringan otot lurik yang terdapat di leher dan batang tubuh. Larva ini akan mengalami enkistasi dalam waktu 60–90 hari. Ketika larva tertelan oleh manusia yang mengonsumsi daging babi yang tidak matang, larva akan tinggal di saluran intestinal sampai menjadi cacing dewasa. [1,2]
Faktor Risiko
Faktor risiko infeksi Taenia sp. akan meningkat pada populasi yang banyak mengonsumsi daging sapi atau daging babi mentah atau tidak dimasak matang. Selain konsumsi daging yang tidak matang, beberapa perilaku yang diketahui meningkatkan risiko taeniasis adalah:
- Higienitas dan sanitasi yang buruk
- Kurangnya fasilitas jamban
- Kurangnya akses terhadap air bersih
- Kurangnya pengetahuan mengenai transmisi parasit
- Adanya pemberian sampah rumah tangga sebagai makanan untuk hewan ternak
- Kurangnya pengawasan pada rumah potong hewan [7-10]