Patofisiologi Trichuriasis
Patofisiologi trichuriasis atau infeksi cacing cambuk diawali dengan ingesti telur Trichuris trichiura oleh manusia. Ini bisa terjadi jika tangan yang kotor menyentuh atau memasukkan sesuatu ke dalam mulut, ataupun melalui konsumsi sayur-sayuran atau buah-buahan yang tidak dicuci, dikupas, atau dimasak.
Setelah telur masuk ke dalam tubuh manusia, larva akan menetas di usus halus dan memanfaatkan nutrien dan mikroflora intestinal untuk bertumbuh dan berkembangbiak. Kemudian, larva akan migrasi ke sekum (cecum), melakukan penetrasi mukosa, dan menjadi cacing dewasa. Cacing dewasa biasanya menetap di ileum terminal, kolon asenden, dan sekum.
Proses dari ingesti telur hingga menjadi cacing dewasa ini memakan waktu sekitar 3 bulan. Tanpa terapi, T. trichiura dapat hidup di dalam tubuh manusia hingga 1-4 tahun.[1-3]
Infeksi Usus
Di dalam usus, penetrasi mukosa oleh cacing tersebut akan menyebabkan destruksi sel dan aktivasi sistem imun host, yaitu eosinofil, limfosit, dan sel plasma. Reaksi imun tipe 2 yang dimediasi oleh sitokin seperti interleukin 25 (IL-25) akan terjadi dalam regulasi inflamasi traktus gastrointestinal. Reaksi inflamasi ini akan memunculkan gejala perdarahan rektum dan nyeri abdomen pada pasien, tergantung pada beban parasit (jumlah cacing yang menginfeksi).
Infeksi dengan beban parasit rendah umumnya asimtomatis, gejala baru muncul jika beban parasit cukup tinggi. Gejala yang muncul antara lain rasa tidak nyaman atau nyeri abdomen, nyeri saat defekasi, feses berlendir dan berdarah, defekasi nokturnal, diare atau konstipasi. Pada infeksi berat, dapat terjadi prolaps rektum, anemia, sindrom disentri, atau kolitis kronis.
Proses infeksi banyak terjadi di bagian distal kolon, namun pada infeksi dengan beban parasit yang lebih tinggi, infeksi dapat terjadi di keseluruhan kolon dan rektum. Pada trichuriasis tidak terjadi migrasi pulmoner sehingga tidak terdapat gejala pulmoner ataupun gejala di luar gastrointestinal.[1-3]
Transmisi Penyakit
Transmisi penyakit terjadi secara fekal-oral dan berkaitan dengan kurangnya sanitasi dan kebersihan personal. Di dalam tubuh host (manusia), cacing betina dapat bertelur hingga 3.000-20.000 telur/hari dalam 60-70 hari setelah infeksi.
Telur akan keluar dari tubuh host bersama feses saat defekasi, kemudian terdeposit di dalam tanah, terutama jika penderita defekasi di tanah atau jika feses digunakan sebagai pupuk. Telur yang keluar bersama feses host ini belum matang (belum berisi larva). Telur akan matang di dalam tanah dalam 2-4 minggu, dan menjadi infektif.
Transmisi fekal-oral terjadi jika telur teringesti oleh manusia, kemudian siklus hidup T. trichiura berlanjut dalam tubuh manusia dan menyebabkan infeksi.[1-3]