Diagnosis Gangguan Obsesif Kompulsif
Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis dalam ICD X atau DSM V. Kedua kriteria diagnosis ini menekankan pada adanya obsesi dan atau kompulsi, dimana gejala-gejala ini menghabiskan waktu yang signifikan, menimbulkan distress, dan mengganggu fungsi.[1]
Anamnesis
Wawancara psikiatri yang mendalam seringkali sudah cukup untuk menegakkan diagnosis. Pasien umumnya datang mengeluhkan ada pikiran-pikiran yang berulang-ulang dan tidak bisa dikendalikan, atau adanya kompulsi berulang yang mengganggu fungsi sehari-hari.[1]
Pada kebanyakan kasus, penegakan diagnosis bisa tertunda sampai bertahun-tahun karena pasien merasa malu mengungkapkan keluhan mempunyai pikiran tidak wajar dan ketakutan mengalami gangguan psikotik. Hal ini perlu dipertimbangkan ketika melakukan wawancara dengan pasien.[9]
Ketika melakukan wawancara psikiatri untuk menegakkan diagnosis gangguan obsesif kompulsif, perlu dilakukan penekanan bahwa gejala-gejala yang dialami oleh pasien menghabiskan banyak waktu dan mengganggu fungsi sehari-hari.[1,2] Selain itu perlu digali juga hal-hal berikut:
- Awitan dan perjalanan penyakit
- Adanya faktor presipitasi
- Perilaku atau upaya untuk menghindari faktor pemicu obsesi atau kompulsi
- Tipe dan tingkat keparahan gejala
- Tilikan diri dan tingkat gangguan yang ditimbulkan
- Adanya gejala atau komorbiditas lainnya
Tema-tema dalam gangguan obsesif kompulsif umumnya adalah tema kebersihan, keamanan, keteraturan, simetri, dan hoarding.[1] Tema obsesi dan kompulsi dapat beragam pada masing-masing individu, namun dimensi gejala umumnya bersifat multipel, yaitu:
- Kebersihan: ketakutan akan kontaminasi. Pasien umumnya memiliki ritual bebersih
- Simetri: obsesi terhadap simetri dan kompulsi terhadap pengulangan, urutan, dan berhitung
- Pikiran terlarang atau tabu: obsesi terhadap tindakan agresif, seksual, atau religius, dengan kompulsi yang terkait
- Keamanan: misalnya pemikiran atau penggambaran tentang adanya bencana yang mengenai dirinya atau orang lain dan kompulsi untuk memastikan keamanan[17]
Kasus Anak
Anak-anak umumnya mengalami kesulitan untuk menggambarkan adanya obsesi, namun perilaku kompulsi pada anak-anak umumnya mudah dikenali. Sehingga, anamnesis pada anak-anak umumnya difokuskan pada adanya perilaku berulang, yang menghabiskan waktu, dan mengganggu fungsi harian.
Anak-anak dengan gangguan obsesif kompulsif seringkali digambarkan sebagai anak-anak dengan keinginan dan perilaku yang tidak rasional. Mereka juga umumnya mempunyai insight yang jelek, sehingga hal ini perlu dikonfirmasi ke orang tuanya.[2,4,8]
Pertanyaan Penapisan
Penapisan sederhana gangguan obsesif kompulsif bisa dilakukan dengan menanyakan 6 pertanyaan singkat Short OCD Screener (SOCS):
- Apakah anda sering mencuci tangan atau membersihkan diri atau barang-barang?
- Apakah anda sering memeriksa banyak hal secara berulang-ulang?
- Apakah ada isi pikiran yang mengganggu dan ingin anda singkirkan tapi tidak bisa?
- Apakah anda butuh waktu lama untuk menyelesaikan kegiatan sehari-hari? (misalnya persiapan untuk berangkat sekolah atau bekerja)
- Apakah anda selalu memperhatikan dan mengatur dimana anda meletakkan sesuatu dengan urutan tertentu atau menjadi sangat marah bila menemukannya kacau?
- Apakah masalah-masalah ini mengganggu anda?[5,7]
Komorbiditas
Pasien dengan gangguan obsesif kompulsif dapat memiliki berbagai gangguan psikiatri lain, seperti gangguan depresi mayor dan gangguan cemas. Beberapa komorbiditas yang banyak ditemukan bersama dengan gangguan obsesif kompulsif adalah:
- 76% memiliki riwayat gangguan cemas, seperti gangguan panik, gangguan cemas menyeluruh, dan gangguan ansietas sosial
- 63% memiliki riwayat gangguan mood, tersering adalah gangguan depresi mayor (41%)
- 23-32% memiliki komorbiditas gangguan kepribadian obsesif kompulsif
- Hingga 29% pasien dengan gangguan obsesif kompulsif yang mencari pengobatan dilaporkan memiliki riwayat gangguan tic, terutama pasien laki-laki dengan awitan gangguan obsesif kompulsif di masa kanak-kanak
- Gangguan obsesif kompulsif juga banyak ditemukan pada pasien dengan schizophrenia dan gangguan skizoafektif, gangguan bipolar, gangguan makan, dan gangguan Tourette
Gangguan psikiatri yang lebih banyak ditemukan pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif dibandingkan yang tanpa kondisi ini adalah gangguan dismorfik tubuh, trikotilomania, dan gangguan ekskoriasi.[17]
Pemeriksaan Fisik
Tidak ada pemeriksaan fisik spesifik untuk menegakkan diagnosis gangguan obsesif kompulsif. Tapi pemeriksaan fisik mungkin diperlukan untuk menilai dampak kompulsi terhadap fisik pasien.
Pemeriksaan fisik dilakukan sesuai dengan kompulsi pada pasien dan sesuai indikasi. Sebagai contoh, pasien dengan obsesi kebersihan dan kompulsi mencuci tangan sangat mungkin akan mengalami lesi dermatologis pada kedua tangannya.[1]
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan penunjang spesifik yang diperlukan untuk penegakan diagnosis gangguan obsesif kompulsif.
Kriteria Diagnosis Berdasarkan ICD X
Berdasarkan kriteria dalam ICD X, diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakkan bila gejala-gejala obsesi atau perilaku kompulsi atau keduanya ada secara konsisten selama minimal 2 minggu berturut-turut, serta menjadi sumber distress atau mengganggu aktivitas sehari-hari.
Gejala-gejala obsesional harus memenuhi kriteria-kriteria berikut:
- Obsesi harus dikenali sebagai bagian dari pikirannya atau impulsnya sendiri
- Harus ada setidaknya satu pikiran atau tindakan yang masih mencoba untuk ditahan atau ditentang tapi gagal, meskipun ada juga pasien yang sudah tidak lagi berusaha melawan kompulsinya
- Pikiran untuk melakukan tindakan kompulsi bukanlah tindakan menyenangkan atau nikmat, namun hanya dilakukan untuk meredakan ketegangan atau kecemasan saja
- Pikiran-pikiran, gambaran-gambaran, atau impuls tersebut berulang secara tidak menyenangkan[3]
Kriteria Diagnosis Berdasarkan DSM V
Kriteria diagnosis gangguan obsesif kompulsif berdasarkan DSM V adalah sebagai berikut:
- Adanya obsesi, kompulsi, atau keduanya
Obsesi didefinisikan sebagai hal berikut:
- Pikiran, dorongan, atau gambaran yang berulang-ulang dan persisten, yang mengganggu karena bersifat intrusif dan tidak diinginkan, dan pada sebagian besar individu menyebabkan kecemasan atau distress
- Individu yang mengalami akan berupaya untuk mengabaikan atau menekan pikiran, dorongan, atau gambaran tersebut, atau berupaya untuk menetralkannya dengan pikiran lain atau dengan tindakan (misalnya melakukan kompulsi)
Kompulsi didefinisikan sebagai hal berikut:
- Perilaku repetitif (misalnya mencuci tangan, menyusun barang, atau memeriksa) atau tindakan mental (misalnya berdoa, menghitung, atau mengulang-ulang kata dalam pikiran) yang dirasakan oleh individu sebagai sesuatu yang harus dikerjakan sebagai respon terhadap adanya obsesi atau berdasarkan aturan tertentu yang harus diikuti dengan ketat
- Perilaku atau tindakan mental tersebut ditujukan untuk mencegah atau mengurangi kecemasan atau distress, atau mencegah kejadian atau situasi yang menakutkan; namun perilaku atau tindakan mental tersebut secara realistis tidak berhubungan dengan apa yang akan dinetralkan atau dicegah, atau sangat jelas dilakukan secara berlebihan
- Obsesi dan kompulsi menghabiskan banyak waktu (misalnya menghabiskan waktu lebih dari 1 jam per hari) atau menimbulkan distress atau gangguan yang signifikan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi lainnya
- Gejala obsesif kompulsif bukan disebabkan oleh efek fisiologis dari zat (misalnya akibat penyalahgunaan zat, efek samping obat) atau kondisi medis lainnya
- Gangguan yang timbul tidak bisa dijelaskan oleh adanya gejala-gejala gangguan mental lainnya (misalnya khawatir berlebihan, seperti dalam gangguan cemas menyeluruh; preokupasi pada penampilan, seperti dalam gangguan dismorfik tubuh)[2]
Diagnosis Banding
Gangguan-gangguan psikiatri lain yang mempunyai manifestasi klinis menyerupai gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan kepribadian obsesif kompulsif, gangguan cemas menyeluruh, depresi, dan schizophrenia.
Keluhan utama pada gangguan-gangguan cemas seringkali adalah masalah dalam kehidupan sehari-hari yang nyata dan tidak bisa dihilangkan dengan melakukan kompulsi, bukan ruminasi pikiran seperti yang ditemukan pada gangguan obsesif kompulsif. Begitu juga pikiran-pikiran disruptif pada depresi maupun schizophrenia, seringkali tidak bisa dihilangkan dengan melakukan kompulsi tertentu. Pasien dengan gangguan obsesif kompulsif juga tidak menunjukkan gejala psikotik, seperti halusinasi.[1]
Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif
Gangguan obsesif kompulsif sering salah diartikan dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif. Gangguan kepribadian obsesif kompulsif ditandai dengan pola maladaptif yang melibatkan preokupasi terhadap kesempurnaan dan kontrol yang kemudian menimbulkan perilaku semacam ritual. Perlu diingat bahwa gangguan kepribadian obsesif kompulsif bukan merupakan subsindrom dari gangguan obsesif kompulsif. Kondisi ini tidak melibatkan obsesi, serta perilaku yang ditimbulkan bukanlah kompulsi akibat adanya obsesi.[17]