Penatalaksanaan Gangguan Obsesif Kompulsif
Penatalaksanaan gangguan obsesif kompulsif menggunakan kombinasi antara farmakoterapi dan psikoterapi. Penatalaksanaan gangguan ini sebaiknya dimulai dengan psikoedukasi mengenai apa sebenarnya gangguan obsesif kompulsif.
Psikoterapi
Pendekatan psikoterapi yang direkomendasikan untuk gangguan obsesif kompulsif adalah pendekatan Cognitive Behavioral therapy (CBT) berdasarkan prinsip exposure and response prevention (ERP). Prinsip psikoterapi ini adalah untuk meminimalkan perilaku menghindari situasi-situasi yang bisa memicu serangan dan meminta pasien untuk lebih banyak memaparkan diri dengan situasi tersebut dan membayangkan konsekuensi yang ditakutkan.
Selama melakukan paparan ini, pasien diminta untuk menahan diri untuk tidak melakukan kompulsi selama mungkin. Paparan dimulai dari situasi yang paling ringan sampai situasi yang paling berat. Teknik ini membutuhkan ketrampilan dari terapis untuk mengatasi resistensi pada pasien. Untuk meningkatkan kepatuhan, biasanya psikoterapi dimulai setelah farmakoterapi menunjukkan respons yang adekuat.[1,4,8]
Teknik ERP secara umum terdiri dari tahapan-tahapan berikut:
- Pasien diminta membuat daftar peringkat situasi-situasi yang bisa memicu timbulnya obsesi dan kompulsi, serta mengidentifikasi situasi-situasi yang mereka hindari. Dibuat urutan mulai dari yang paling ringan sampai paling berat menimbulkan reaksi cemas atau khawatir
- Pasien kemudian dibantu dan dipandu untuk menghadapi situasi-situasi tersebut secara nyata atau dengan membayangkannya
- Pasien kemudian dibantu untuk menahan dan pada akhirnya menghilangkan perilaku kompulsi yang timbul
- Mulailah satu per satu setiap situasi yang teridentifikasi, mulai dari yang paling ringan menuju ke yang paling berat[10]
Medikamentosa
Obat yang direkomendasikan dan telah terbukti efektif untuk penanganan gangguan obsesif kompulsif adalah antidepresan trisiklik clomipramine. Namun obat ini sudah tidak beredar lagi di Indonesia.
Lini pertama farmakoterapi gangguan obsesif kompulsif adalah obat antidepresan golongan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI). Pedoman klinik untuk gangguan obsesif kompulsif merekomendasikan dosis yang lebih tinggi dibandingkan dosis antidepresan :
Escitalopram 30 mg
Fluoxetine 80 mg
- Sertraline 200 mg[12]
Awitan efek terapetik pada penanganan gangguan obsesif kompulsif juga relatif lebih lambat dibandingkan efek antidepresan, sehingga direkomendasikan menunggu sampai 12 minggu terapi sebelum memutuskan untuk merubah obat.
Setelah didapatkan respon yang adekuat, terapi dilanjutkan sampai 1-2 tahun dengan dosis yang sama. Penghentian terapi harus dilakukan dengan penurunan dosis secara perlahan untuk mencegah relaps.[4,8]
Bila penggunaan SSRI saja tidak memberikan respon terapetik yang adekuat, maka bisa diberikan augmentasi dengan antipsikotik atipikal generasi terbaru (misalnya aripiprazole). Evaluasi untuk augmentasi dengan antipsikotik dilakukan dalam waktu 4 minggu.[1,4] Augmentasi lainnya adalah dengan penambahan obat golongan benzodiazepine, misalnya clonazepam, alprazolam, atau lorazepam.[8]