Penatalaksanaan Gangguan Skizoafektif
Penatalaksanaan gangguan skizoafektif biasanya menggunakan kombinasi farmakoterapi dan psikoterapi. Regimen farmakoterapi utama yang digunakan adalah antipsikotik, mood stabilizer, dan antidepresan. Rawat inap diindikasikan bila pasien membahayakan diri sendiri atau lingkungan, termasuk apabila pasien tidak mampu melakukan fungsi sehari-hari dengan baik.[3,5]
Sebuah studi menunjukkan bahwa kombinasi clozapine, long term injectable antipsychotic, dan mood stabilizer menghasilkan luaran terbaik untuk gangguan skizoafektif. Sementara itu, penggunaan quetiapine dan benzodiazepine memberi luaran terburuk dari seluruh regimen terapi yang diikutkan dalam studi.[15]
Antipsikotik
Obat golongan antipsikotik digunakan untuk mengatasi psikosis dan perilaku agresif pada pasien dengan gangguan skizoafektif. Gejala lain yang diatasi dengan obat antipsikotik adalah waham, halusinasi, gejala negatif, disorganisasi pembicaraan dan perilaku.[3,8]
Antipsikotik yang direkomendasikan untuk gangguan skizoafektif adalah antipsikotik atipikal, meskipun golongan tipikal juga bisa digunakan. Antipsikotik yang secara spesifik disetujui untuk indikasi gangguan skizoafektif oleh FDA adalah paliperidone. Antipsikotik lain yang bisa digunakan adalah risperidone, olanzapine, quetiapine, ziprasidone, aripiprazole, dan haloperidol. Clozapine menjadi pilihan terakhir untuk kasus-kasus refrakter.[3,5,8]
Pada pasien dengan gangguan skizoafektif, sering ditemukan masalah dalam kepatuhan minum obat. Pada kondisi seperti ini, maka bisa diberikan injeksi antipsikotik long acting dari golongan antipsikotik atipikal, misalnya paliperidone.[8,14]
Mood Stabilizer
Mood stabilizer diindikasikan pada pasien-pasien yang mengalami gejala berupa perhatian mudah beralih, perilaku berisiko, kebesaran, flight of ideas, hiperaktivitas, penurunan kebutuhan tidur, dan logorea. Mood stabilizer juga diindikasikan bila pasien mempunyai riwayat gejala manik atau hipomania. Obat golongan ini yang bisa digunakan pada gangguan skizoafektif adalah lithium, asam valproat, carbamazepine, oxcarbazepine, dan lamotrigine.[3,13]
Antidepresan
Pemberian antidepresan diindikasikan pada pasien yang menunjukkan gejala-gejala depresi. Sebelum mempertimbangkan pemberian antidepresan, maka diagnosis gangguan bipolar harus disingkirkan terlebih dahulu karena penggunaan antidepresan pada pasien gangguan bipolar berisiko menimbulkan eksaserbasi gejala manik dan peningkatan risiko bunuh diri.
Antidepresan yang direkomendasikan adalah golongan selective-serotonin reuptake inhibitor (SSRI) yang mempunyai risiko efek samping lebih ringan dan bisa ditoleransi pasien bila dibandingkan antidepresan trisiklik dan selective norepinephrine reuptake inhibitor (SNRI). SSRIs yang bisa digunakan adalah fluoxetine, sertraline, citalopram, escitalopram, paroxetine, dan fluvoxamine.[3,6]
Psikoterapi
Psikoterapi bisa membantu pemulihan pasien dengan gangguan skizoafektif. Psikoterapi yang bisa diberikan pada pasien dengan gangguan skizoafektif mencakup terapi individual, terapi kelompok atau keluarga, dan psikoedukasi. Tujuan dari terapi ini adalah untuk memulihkan keterampilan sosial pasien, memperbaiki fungsi kognitif, dan mencegah kemungkinan relaps/rehospitalisasi.[3,6]
Electroconvulsive Therapy (ECT)
Electroconvulsive therapy (ECT) sebaiknya menjadi pilihan terakhir pada kasus-kasus gangguan skizoafektif yang resisten terhadap terapi atau harus diredakan gejalanya dengan cepat. Indikasi ECT pada pasien gangguan skizoafektif adalah gejala katatonik dan agresi.[3,8]