Penatalaksanaan Retardasi Mental
Penatalaksanaan retardasi mental atau intellectual disability pada anak dilakukan berdasarkan asesmen terhadap kebutuhan sosial, pendidikan, psikiatrik, dan lingkungan pasien.[1,3]
Psikoterapi
Psikoterapi yang bisa digunakan pada pasien dengan retardasi mental adalah terapi perilaku dan cognitive behavior therapy (CBT). Tujuan dari terapi adalah untuk memberikan keterampilan adaptif minimal kepada pasien dengan mempertimbangkan tingkat intelegensi.
Intervensi yang dilakukan biasanya berupa latihan-latihan yang disertai dengan reward untuk hasil yang baik dan hukuman ringan (punishment) untuk perilaku yang menentang atau berlawanan dengan terapi. Namun, efektivitas psikoterapi terbatas pada pasien dengan retardasi mental karena gangguan intelektual yang dialami.[1]
Psikoterapi perilaku difokuskan untuk pelatihan vokasional dan edukasional sebagai upaya untuk memaksimalkan kemandirian pasien. Intervensi ini juga termasuk menyediakan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat intelegensi.[3]
Medikamentosa
Tidak ada obat yang spesifik untuk retardasi mental. Farmakoterapi untuk anak dengan retardasi mental disesuaikan dengan gejala dan gangguan komorbid yang ditunjukkan.[8]
Gejala agresi, iritabilitas, dan perilaku self harm bisa ditangani dengan obat-obat antipsikotik atipikal, seperti risperidone dan clozapine. Namun, perlu diwaspadai bahwa pasien dengan retardasi mental lebih rentan mengalami gejala ekstrapiramidal.[1,4]
Gejala-gejala hiperaktivitas dan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) pada pasien dengan retardasi mental bisa diatasi dengan metilfenidat, clonidine, atau risperidone. Untuk gejala-gejala depresi, antidepresan yang direkomendasikan adalah golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), seperti fluoxetine, paroxetine, dan sertraline.[1,4]
Antidepresan golongan SSRI juga bisa digunakan untuk mengatasi gejala-gejala gangguan obsesif kompulsif pada anak dengan retardasi mental.[1,4]
Untuk pasien yang menunjukkan gejala gerakan-gerakan stereotipik, direkomendasikan penggunaan antipsikotik tipikal, seperti haloperidol dan chlorpromazine; atau antipsikotik atipikal, seperti quetiapine, clozapine, dan risperidone.[1]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini