Diagnosis Asbestosis
Diagnosis asbestosis ditegakkan dengan pendekatan riwayat medis yang cermat, riwayat paparan, Rontgen toraks atau CT-Scan yang menunjukkan fibrosis paru dan biopsi paru.[2,3,5,8]
Anamnesis
Anamnesis untuk membantu menegakkan diagnosis asbestosis perlu digali riwayat:
Riwayat paparan digunakan untuk mengetahui faktor risiko paparan secara terperinci seperti jenis pekerjaan dengan paparan asbes secara langsung seperti pekerja konstruksi, manufaktur, galangan kapal, pertambangan, dirgantara; paparan pekerja lainnya seperti tukang las, tukang listrik, pelukis; atau paparan yang ada pada lingkungan.[2,5,8,10,17]
Riwayat intensitas paparan durasi dan intensitas pajanan, kontak langsung selama lebih dari 6 bulan (8 jam setiap hari, 40 jam per minggu) atau konsentrasi tinggi asbes di udara yang dihirup dianggap paparan yang intens. Risiko paparan mencakup area dalam radius 300-2200 meter (bergantung pada arah angin).Riwayat jenis asbestosis yang terpapar.[2,5,8,10,17]
Riwayat merokok menyebabkan asbestosis berkembang lebih progresif . Onset sesak untuk mengetahui progresivitas penyakit seperti progressively worsening dyspnea, untuk itu harus dicari juga episodik dyspnea, ortopnea, dispnea nokturnal paroksismal, dispnea saat aktivitas, keluhan ini ditanyakan karena berhubungan dengan obstructive airway disease dan bronkitis kronis.[2,5,8,10,17]
Batuk yang ditemukan pada asbestosis biasanya batuk kering. Setiap riwayat hemoptisis dan tanda-tanda kanker paru. Nyeri dada terkait dengan pleural scarring. [2,5,8,10,17]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi:
- Tekanan darah dan denyut nadi serta ritme harus diukur. Adanya takipnea atau gangguan pernapasan saat istirahat atau dengan aktivitas ringan.
- Pemeriksaan dada harus mencakup pemeriksaan kontur dada, perkusi untuk menemukan tumpul dan penilaian mobilitas diafragma, dan auskultasi untuk suara napas yang meningkat atau menurun.
- Ronkhi basah kasar ekspirasi pada bagian lateral bawah dan area basal yang ditemukan menetap setelah batuk merupakan tanda khas dari asbestosis
- Penilaian intensitas relatif suara jantung kedua di daerah paru dibandingkan dengan daerah aorta penting dilakukan, karena hipertensi pulmonal dikaitkan dengan asbestosis
- Pada pemeriksaan ekstremitas ditemukan adanya clubbing finger menunjukan adanya hipoksia
- Pemeriksaan oximetry untuk mengevaluasi oksigenasi penting dilakukan, karena hipoksemia yang tidak dikoreksi menyebabkan hipertensi pulmonal dan dapat menyebabkan kor pulmonal
- Tanda-tanda cor pulmonale seperti edema pedal, distensi vena jugularis, heave ventrikel kanan, refluks hepatojugular, sianosis[5,17]
Diagnosis Banding
Diagnosis Banding asbestosis terkait dengan penyakit paru interstisial lainnya seperti:
Coal Workers' Pneumoconiosis (CWP)
Coal Workers' Pneumoconiosis (CWP) disebut juga black lung adalah penyakit fibrosis masif progresif yang diinduksi debu batubara. Potongan dan biopsi paru-paru pekerja yang bekerja di tambang batu bara menunjukkan bercak hitam bercampur fibrosis.[3,5]
Drug-induced Interstitial Pneumonitis
Beberapa obat yang digunakan untuk tujuan selain penyakit paru memiliki toksisitas paru yang melibatkan interstitium sebagai efek sampingnya. Anagrelide, a phospholipase A2 inhibitor, lamotrigine, siklofosfamid, bleomycin, nitrofurantoin adalah obat yang menyebabkan toksisitas paru. Toksisitas paru interstisial ini mungkin membingungkan dengan asbestosis, tetapi riwayat asupan obat membantu membedakan penyebab penyakit yang sebenarnya.[3,5]
Silikosis
Silikosis memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengalami fibrosis daripada asbestosis, membentuk pola serat kolagen yang melingkar yang dapat dilihat dalam histologi. Riwayat pekerjaan merupakan jalan keluar yang mudah untuk menyingkirkan silikosis. Fibrosis mungkin juga melibatkan kelenjar getah bening hilus dan kadang kalsifikasi yang disebut egg-shell calcification.[3,5]
Non-specific Interstitial Pneumonitis/ idiopathic pulmonary fibrosis (IPF)
Non-specific Interstitial Pneumonitis/ idiopathic pulmonary fibrosis (IPF) merupakan idiopatik atau terkait dengan kelainan jaringan ikat lainnya. Keterlibatan lobus bawah, kekeruhan ground-glass, gangguan fungsi paru menyerupai kondisi asbestosis. Riwayat pajanan dan histopatologi penting untuk menyingkirkan kondisi serupa lainnya.[3,5]
Chronic Hypersensitivity Pneumonitis
Chronic Hypersensitivity Pneumonitis merupakan reaksi alergi berdasarkan interaksi antigen-antibodi setelah paparan alergen. Gambaran klinis pneumonitis hipersensitif seperti dispnea, batuk mirip dengan asbestosis. Sehingga diperlukan biopsi paru dengan evaluasi histopatologi. Melibatkan peradangan interstisial dengan granuloma dan sel raksasa, biasanya di seluruh paru-paru, dibandingkan dengan fibrosis yang lebih parah di lobus bawah paru-paru pada asbestosis.[3,5]
Sarcoidosis
Sarkoidosis adalah penyakit granulomatosa kronis pada paru-paru yang melibatkan multisistem. Rasio sel CD4+ ke CD8+ meningkat seperti pada asbestosis, tetapi peningkatannya lebih jelas daripada pada asbestosis. Histopatologi mengungkapkan granuloma noncaseating, tanda asteroid, badan Schaumann adalah ciri dari sarcoidosis tidak ditemukan pada asbestosis.[3,5]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang menjadi gold standard menegakkan diagnosis asbestosis adalah biopsi paru, namun sebelum tindakan invasif dapat dilakukan pemeriksaan Rontgen toraks atau CT-scan.[3,5,18]
Pencitraan
Pemeriksaan pencitraan yang dapat digunakan:
Rontgen Toraks temuan khas meliputi infiltrat retikulonodular difus, dan bilateral interstitial fibrosis, yang diamati terutama di dasar paru. Pada penyakit awal, peningkatan fibrosis interstisial, sebagian besar linier, terlihat. Honeycomb dengan ruang kistik yang dikelilingi oleh infiltrat interstisial kasar, menjadi ciri penyakit lanjut. Honeycombing juga dapat terlihat dengan fibrosis paru idiopatik, menjadikannya pertimbangan diagnostik yang penting.[3,5,18]
CT scan dengan menggunakan high-resolution CT scan (HRCT) menunjukkan perubahan kistik, parenchymal bands, honeycombing, dan ground glass opacities (menunjukkan komponen inflamasi yang sedang berlangsung pada penyakit)[3,5,18]
Spirometri
Pemeriksaan spirometri atau Pulmonary Function Test dengan hasil forced vital capacity (FVC), forced expiratory volume in 1 sec (FEV1), total lung capacity (TLC), functional residual capacity, dan residual volume, seperti restrictive lung disease lainnya, semua volume paru-paru yang disebutkan sebelumnya berkurang. Rasio FEV1 / FVC normal atau meningkat.[5,19]
Biopsi Paru
Biopsi paru didapatkan fibrosis interstisial dengan fibrosis peribronkial yang khas. Distribusi fibrosis pada penyakit asbes dari central ke perifer, secara sentrifugal. Gambaran mikroskopis asbestosis menunjukkan badan asbes yang berbeda dilapisi dengan bahan protein yang mengandung zat besi dan fibrosis interstisial paru difus.[3,5,18]
Analisis Gas Darah
Tekanan oksigen arteri (pao2) mungkin normal atau dapat menunjukkan hipoksia dan alkalosis respiratorik. Retensi karbondioksida jarang terjadi, jika ada menunjukkan penyakit stadium akhir, dan mungkin juga ada bukti obstruksi aliran udara. Namun demikian, penting untuk dicatat bahwa asbestosis adalah diagnosis eksklusi, dan secara klinis relevan untuk membedakan asbestosis dari idiopathic pulmonary fibrosis (IPF) karena keduanya pada dasarnya memiliki banyak gejala yang serupa. Baik asbestosis maupun IPF ditandai dengan fibrosis paru interstitial progresif, dengan gambaran penyakit paru restriktif.[5]
Grading Asbestosis
The American College of Pathologists menggunakan skema untuk menilai tingkat keparahan asbestosis dengan menilai fibrosis yang diperoleh dari pemeriksaan lung biopsy dalam empat kategori berikut:
- Grade 1: Fibrosis di dinding bronkiolus tanpa ekstensi ke alveoli jauh
- Grade 2: Fibrosis meluas ke saluran alveolar dan / atau setidaknya dua tingkatan alveoli yang berdekatan dengan bronkiolus, dengan sedikitnya beberapa alveoli di antara bronkiolus yang berdekatan
- Grade 3: Penebalan fibrotik semua alveoli antara dua atau lebih bronkiolus pernapasan yang berdekatan
- Grade 4: Fibrosis alveolar dan septum dengan ruang yang lebih besar dari alveoli, berkisar hingga 1 cm (honeycomb appearance)[5,18]