Epidemiologi Atelektasis
Data epidemiologi menunjukkan bahwa kejadian atelektasis meningkat pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, dan peningkatan usia. Mortalitas atelektasis ditentukan oleh penyakit yang mendasari.[6]
Global
Atelektasis tidak memiliki predileksi pada jenis kelamin atau etnis tertentu. Pada anak–anak yang mendapat ventilasi mekanik, insidensi atelektasis berkisar 8–15% dan lebih umum pada anak-anak berusia <10 tahun.[2,6,7]
Atelektasis lebih banyak ditemukan pada pasien yang baru menjalani anestesi umum, dengan insidensi mencapai 90%. Risiko ini terutama meningkat pada pasien yang menjalani cardiopulmonary bypass.Risiko atelektasis juga dilaporkan lebih besar pada individu obesitas dan hamil.[6]
Indonesia
Belum ada data epidemiologi atelektasis di Indonesia.
Mortalitas
Data mortalitas mengenai atelektasis sampai saat ini masih terbatas. Akan tetapi, kematian akibat atelektasis tergantung dari etiologinya. Atelektasis dengan etiologi seperti keganasan, pneumonia, dan acute respiratory distress syndrome (ARDS) biasanya memiliki angka mortalitas yang lebih tinggi.[13]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli