Etiologi Karsinoma Laring
Etiologi karsinoma laring tidak diketahui secara pasti tetapi diduga merupakan interaksi antara faktor genetik dan faktor ekstrinsik yang meningkatkan risiko karsinoma laring, misalnya kebiasaan merokok, alkoholisme, dan infeksi virus tertentu. Paparan dengan zat kimia tertentu ketika bekerja juga dapat meningkatkan risiko karsinoma laring.[2]
Faktor Genetik
Studi melaporkan adanya hubungan antara peningkatan ekspresi histone deacetylase 1 (HDAC1) dengan karakteristik klinis karsinoma laring. Peningkatan ekspresi HDAC1 memengaruhi klasifikasi tumor (T), lokasi tumor, metastasis kelenjar getah bening, serta sensitivitas kanker terhadap radioterapi. Individu dengan ekspresi HDAC1 berlebih dan sensitivitas rendah terhadap radioterapi memiliki tingkat kesintasan 5 tahun buruk.[2,5]
Kebiasaan Merokok
Risiko kanker kepala dan leher meningkat sebesar 5–25 kali lipat pada perokok berat bila dibandingkan dengan orang bukan perokok. Suatu studi kasus kontrol menemukan risiko relatif (RR) kanker kepala dan leher sebesar 6,5 pada pasien yang merokok bila dibandingkan dengan pasien yang tidak merokok. Peningkatan RR ini berkaitan dengan durasi merokok, tetapi bisa menurun bertahap setelah pasien berhenti merokok.[1,5]
Studi lain menunjukkan bahwa kebiasaan merokok >1 bungkus per hari meningkatkan risiko kanker kepala dan leher 13 kali lipat. Risiko tertinggi ditemukan pada orang yang mulai merokok saat masih berusia <18 tahun dan pada orang yang durasi merokoknya sudah >35 tahun.[5]
Alkoholisme
Suatu studi melaporkan peningkatan risiko kanker kepala dan leher 5–6 kali lipat pada orang dengan asupan alkohol >50 gram per hari bila dibandingkan dengan orang yang mengonsumsi alkohol <10 gram per hari. Hal ini diperkirakan terjadi karena ethanol dioksidasi menjadi asetaldehida lalu diubah menjadi asetat oleh alkohol dehidrogenase (ADH) dan aldehida dehidrogenase (ALDH). Kedua zat tersebut berhubungan dengan polimorfisme genetik.[5,6]
Infeksi Virus
Beberapa infeksi virus dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker kepala dan leher, misalnya virus Epstein-Barr (EBV) sebagai etiologi primer karsinoma nasofaring dan oral hairy leukoplakia, serta human papillomavirus (terutama tipe 16) sebagai etiologi karsinoma pangkal lidah dan tonsil.[1,5]
Infeksi HIV juga dikaitkan dengan peningkatan risiko karsinoma sel skuamosa kepala dan leher hingga 2–3 kali lipat. Selain itu, studi serologis menunjukkan bahwa pasien kanker kepala dan leher memiliki kadar IgM anti-HSV (herpes simplex virus) tipe 1 yang lebih tinggi.[1,2,5]
Paparan Kerja
Beberapa paparan kerja yang meningkatkan risiko kanker kepala dan leher adalah paparan bahan pembersih perchloroethylene, asbes, pestisida, man-made mineral vitreous fibers (MMMF), dan polycyclic aromatic hydrocarbons. Risiko juga dilaporkan meningkat pada pekerja yang berhubungan dengan tekstil, kayu, kulit, cat, plastik dan karet, ethanol, dan sulfuric acid mist. Pekerja konstruksi dan petani terutama berisiko mengalami paparan-paparan ini.[5]
Faktor Risiko
Sesuai hasil studi, risiko terjadinya karsinoma laring meningkat pada perokok, orang yang sering mengonsumsi alkohol dalam jumlah berlebihan, orang yang terinfeksi virus tertentu seperti EBV, pekerja konstruksi, dan petani. Peningkatan risiko pada pekerja konstruksi dan petani disebabkan oleh paparan terhadap zat-zat kimia tertentu ketika bekerja.[1,5,6]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur