Diagnosis Kolesteatoma
Diagnosis kolesteatoma perlu dicurigai pada pasien dengan otorrhea yang tidak nyeri, sering berulang, atau tidak kunjung sembuh. Pasien juga dapat mengeluhkan tuli konduktif, pusing, atau gejala komplikasi nervus kranialis. Kolesteatoma perlu dikonfirmasi melalui pemeriksaan radiologi untuk mengonfirmasi lesi.[5]
Anamnesis
Pada kolesteatoma kongenital, pasien bisa saja asimptomatik, tidak memiliki riwayat otorrhea, perforasi membran timpani, atau prosedur telinga. Pasien dapat datang dengan manifestasi komplikasi dari kolesteatoma, seperti abses leher ataupun gangguan sistem saraf pusat akibat abses epidural, meningitis, maupun sinus trombosis sigmoid.[20]
Sementara itu, pasien dengan kolesteatoma tipe acquired biasanya mengeluhkan otorrhea berbau yang timbul secara kronis meski sudah mendapatkan antibiotik. Pemberian antibiotik tidak akan menghentikan otorrhea, karena tidak adanya suplai pembuluh darah pada kolesteatoma sehingga pemberian antibiotik sulit mengeradikasi infeksi.
Pasien juga dapat datang dengan keluhan penurunan pendengaran bahkan tuli. Hal ini terjadi akibat terisinya rongga telinga tengah oleh epitel yang mengalami deskuamasi maupun rusaknya tulang pendengaran.[20]
Adanya fistula labirin atau lokasi kolesteatoma yang berada dekat dengan tulang stapes dapat menimbulkan pusing dan gangguan keseimbangan. Keluhan nonspesifik lainnya, seperti demam, mual, muntah, dan kelainan nervus fasialis juga dapat terjadi.
Adanya otalgia atau nyeri pada telinga yang bersifat tumpul jarang ditemukan, kecuali pada eksaserbasi akut dan sering kali berhubungan dengan penyebaran ke intrakranial.[1,18,20]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik akan tampak drainase atau jaringan granulasi pada liang telinga dan telinga bagian tengah. Pemeriksaan otoskopi juga akan menunjukkan perubahan pada meatus akustikus eksternus lain, seperti edema, otorrhea, dan dapat disertai perforasi membran timpani. Gambaran kolesteatoma tipe acquired dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Gambaran Kolesteatoma pada Otoskopi. Sumber: A. Hawke M, Wikimedia Commons, 2009. B. welleschik, Wikimedia Commons, 2006. C. Hawke M, Wikimedia Commons, 2009.
Berbeda dengan tipe acquired, membran timpani penderita kolesteatoma kongenital tetap intak dan ditemukan ada massa berwarna putih mutiara pada kuadran antero-superior membran timpani; yang dapat dilihat pada Gambar 2.[1,20,21]
Gambar 2. Kolesteatoma Kongenital. Sumber: Openi, 2015.
Pemeriksaan garpu tala juga dilakukan untuk menilai fungsi dan menentukan jenis gangguan pendengaran yang dialami. Penderita kolesteatoma dapat mengalami gangguan pendengaran tipe konduktif sebagai akibat dari kerusakan tulang pendengaran. Pada perjalanan penyakit yang lebih parah, kerusakan struktur intratemporal dapat menimbulkan penurunan pendengaran tipe sensorineural.[18,21]
Penilaian terhadap fungsi nervus fasialis dan palpasi sendi temporomandibular juga penting untuk mengetahui ekstensi dari lesi kolesteatoma yang dialami oleh penderita.[21]
Diagnosis Banding
Penyakit kolesteatoma perlu dibedakan dengan diagnosis banding, seperti granuloma kolesterol, schwannoma nervus fasial dengan ganglion genikulata, dan keratosis obturans.[22]
Granuloma Kolesterol
Meskipun dapat menimbulkan gambaran erosi tulang yang juga dapat ditemukan pada penderita kolesteatoma, granuloma kolesterol dapat dibedakan melalui gambaran membran timpani berwarna biru disertai riwayat operasi atau otitis media berulang. Pemeriksaan melalui MRI akan menunjukkan adanya peningkatan intensitas sinyal dan lesi yang berpendar pada MRI T1 dan T2.[22]
Schwannoma Nervus Fasial dengan Ganglion Genikulata
Penyakit ini memberikan keluhan berupa gangguan pendengaran dan keseimbangan, muntah, rasa penuh di telinga, serta paralisis nervus fasial. Gejala tersebut juga dapat ditemukan pada penderita kolesteatoma. Schwannoma dibedakan dengan kolesteatoma melalui pemeriksaan CT scan yang memberikan gambaran pembesaran kanal nervus fasial dan fosa genikulata. Pemeriksaan MRI schwannoma memberikan gambaran khas massa berpendar pada segmen timpani nervus fasial.[22,23]
Keratosis Obturans
Kondisi keratosis obturans perlu dibedakan dengan penyakit kolesteatoma, terutama kolesteatoma yang terletak di meatus akustikus eksternus. Keratosis obturans terjadi sebagai akibat dari penumpukan keratin epidermis di liang telinga yang dapat menimbulkan rasa penuh dan penurunan pendengaran. Keratosis obturans berbeda dengan kolesteatoma karena tidak menyebabkan gangguan tulang.[19]
Pada pemeriksaan fisik, keratosis obturans menunjukkan adanya penumpukan debris keratin dengan serum kecoklatan di meatus akustikus eksternus dengan membran timpani yang tetap intak, meskipun menebal.[22,24]
Pemeriksaan Penunjang
Selain temuan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, beberapa pemeriksaan penunjang juga dapat digunakan untuk membantu menunjang temuan klinis kolesteatoma, antara lain pemeriksaan audiometri, CT scan, dan MRI.
Audiometri
Pemeriksaan audiometri biasa dilakukan untuk menilai fungsi pendengaran penderita kolesteatoma dan mengonfirmasi temuan pemeriksaan fisik. Sebagian besar penderita kolesteatoma akan mengalami gangguan pendengaran tipe campuran.
Kolesteatoma yang terletak pada meatus akustikus eksternus biasanya akan memberikan gambaran penurunan pendengaran tipe konduktif. Kondisi penurunan pendengaran jenis sensorineural terjadi apabila sudah ada keterlibatan kanal auditori internal. Hilangnya pendengaran secara total jarang terjadi, namun dapat terjadi akibat fistula labirin yang menyebabkan labirinitis.[18,20,22]
CT scan
Pemeriksaan imaging CT scan digunakan untuk membantu konfirmasi lesi kolesteatoma dan gangguan pada tulang temporal. Selain itu, CT scan dapat membantu menentukan lokasi kolesteatoma, mengidentifikasi komplikasi, dan menilai adanya erosi tulang.
Gambaran khas yang dapat ditemukan pada penderita kolesteatoma melalui pemeriksaan ini antara lain lesi jaringan lunak berbatas tegas yang bersifat ekspansif, retraksi membran timpani, penumpulan scutum, dan erosi dari tegmen timpani dan tulang pendengaran.[5,22]
MRI
Pemeriksaan MRI adalah salah satu pilihan pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk mengonfirmasi diagnosis kolesteatoma, terutama jika temuan klinis meragukan. MRI dapat membedakan kolesteatoma dengan fibrosis, jaringan granulasi, granuloma kolesterol, maupun proses inflamasi.
Gambaran MRI tipe signal-intensity biasa tidak memberikan gambaran yang khas. Umumnya lesi ditunjukkan dengan adanya hipo atau isointensitas pada T1W1 dan hiperintensitas pada T2W1 dibandingkan dengan jaringan otak. MRI terutama jenis diffusion-weighted, memiliki sensitivitas, spesifisitas, serta nilai prediksi positif dan negatif yang tinggi dalam penegakan diagnosis kolesteatoma.
MRI tipe DWI memberikan gambaran peningkatan intensitas terkait dengan efek difusi dan efek shine through T2. Penelitian terbaru menunjukkan artifak yang lebih minimal dan kontras lebih baik ditemukan pada pemeriksaan DWI-PROPELLER.[5,22]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja