Epidemiologi Presbikusis
Data epidemiologi presbikusis menunjukkan insidensi terutama meningkat pada lansia, di mana dari 717 lansia usia >70 tahun, sebanyak 63,1% mengalami presbikusis.[5,7]
Global
Secara global presbikusis adalah penyebab penurunan fungsi pendengaran terbanyak. Menurut WHO, sepertiga orang yang berusia 65 tahun ke atas mengalami gangguan pendengaran. Di Amerika Serikat, diperkirakan sebesar dua pertiga orang yang berusia 70 tahun ke atas mengalami gangguan pendengaran, dan sekitar 25–30% orang berusia 65–74 tahun mengalami gangguan pendengaran.[1,3]
Di Jepang, prevalensi presbikusis diperkirakan sebesar 23–29% pada rentang usia 60 tahun ke atas.[1,8]
Indonesia
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar di tahun 2013, didapatkan bahwa gangguan pendengaran tertinggi di Indonesia ada pada kelompok usia 75 tahun ke atas (36,6%), disusul oleh kelompok umur 65–74 tahun (17,1%).[9]
Mortalitas
Belum ada data mortalitas yang menghubungkan presbikusis secara langsung dengan kematian. Akan tetapi, presbikusis berhubungan dengan gangguan kualitas hidup, mental, kognitif, dan kesehatan fisik.
Pasien dengan presbikusis mungkin akan mengalami gangguan pendengaran nada tinggi, seperti bel rumah, telepon, dan alarm kebakaran yang dapat berbahaya bagi penderitanya.[5,7]
El-Mahdy et al. melakukan studi pada 100 lansia dengan presbikusis. Studi ini menilai kualitas hidup pasien dengan kuesioner yang diadaptasi dari the MOS 36–item short form health survey (SF–36), dan Hearing Handicap Inventory for the Elderly (HHIE).
Hasil yang didapat adalah lebih dari ¾ lansia memiliki skor kualitas hidup yang rendah, dan lebih dari ½ lansia memiliki skor kualitas hidup untuk sosial dan emosional yang rendah.[17]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli