Epidemiologi Serumen Prop
Epidemiologi serumen prop paling sering terjadi pada usia lanjut dan anak-anak. Pada orang dewasa dengan retardasi mental dan pada orang dewasa yang lebih tua, prevalensi serumen berkisar antara 22-36%. Proses penuaan mengurangi jumlah dan aktivitas kelenjar seruminosa, menghasilkan jenis serumen yang lebih kering. Peningkatan jumlah rambut saluran telinga pada pria yang lebih tua juga merupakan faktor dalam peningkatan insiden serumen pada populasi geriatri, terutama di kalangan pria. Sedangkan pada anak-anak lebih disebabkan kurangnya perhatian orang tua terhadap kebersihan telinga anaknya.[5]
Global
Serumen prop terjadi pada sekitar 6% populasi, dengan penderita terbanyak adalah populasi lanjut usia. Selain itu, populasi anak-anak juga merupakan populasi yang sering terkena serumen prop. Studi pada Tiongkok mendapatkan prevalensi serumen prop pada anak TK sebesar lebih dari 10%.[16,17]
Indonesia
Epidemiologi serumen prop di Indonesia paling banyak terdapat pada anak-anak. Permasalahan gangguan pendengaran ini perlu mendapat perhatian seperti gangguan pendengaran akibat paparan bising, gangguan pendengaran akibat infeksi dan sumbatan serumen prop yang banyak ditemukan pada anak-anak usia sekolah. Sumbatan serumen dapat mengakibatkan gangguan pendengaran sehingga akan mengganggu proses penyerapan pelajaran bagi anak sekolah. Hasil survei cepat yang dilakukan oleh Profesi Perhimpunan Ahli THT (Perhati) dan Departemen Mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) di beberapa sekolah di 6 kota di Indonesia, ternyata prevalensi serumen prop pada anak sekolah cukup tinggi yaitu antara 30-50 %.[8]
Mortalitas
Serumen prop maupun komplikasinya, umumnya tidak menyebabkan mortalitas. Walau demikian, terdapat kemungkinan terjadinya gangguan pendengaran permanen akibat komplikasi infeksi dari serumen prop yang tidak diobati.[9]