Epidemiologi Sinusitis
Beberapa studi epidemiologi mengindikasikan bahwa angka prevalensi sinusitis akut berada antara 6% hingga 15%, sedangkan sinusitis kronik antara 5% hingga 15%, pada populasi Barat. Sementara itu, beberapa penelitian dari beberapa negara Asia menunjukkan angka prevalensi sinusitis kronik yang lebih rendah, yakni berkisar antara 2,7-8%.[12]
Global
Pada anak, diperkirakan sekitar 10% anak akan mengalami setidaknya satu kasus sinusitis bakterial akut pada usia 3 tahun. Selain itu, diperkirakan setidaknya 7,5% kasus Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) pada anak mengalami komplikasi sinusitis bakterial akut.
Dalam sebuah studi kohort prospektif yang mengevaluasi 294 anak usia 6 hingga 35 bulan selama 1 tahun, dilaporkan adanya 1295 episode ISPA, dimana 8% di antaranya mengalami komplikasi sinusitis bakterial akut.
Studi menunjukkan bahwa anak yang menghadiri penitipan anak berisiko 2-3 kali lipat lebih tinggi untuk mengalami sinusitis bakterial akut setelah episode ISPA virus dibandingkan dengan mereka yang tidak menghadiri penitipan anak. Sinusitis bakterial akut dilaporkan paling sering terjadi pada anak usia 4 hingga 7 tahun.[11]
Untuk sinusitis kronik, data epidemiologi mengestimasikan insidensi sebesar 12,3% di Amerika Serikat. Sementara itu, insidensi sinusitis kronik diperkirakan sebesar 10,9% di Eropa dan 13% di Cina.[14]
Indonesia
Belum ada data epidemiologi khusus mengenai sinusitis di Indonesia. Menurut data berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi infeksi saluran napas akut (ISPA) menurut diagnosis tenaga kesehatan dan gejala di Indonesia adalah sebesar 9,3%.[5]
Mortalitas
Pada kebanyakan kasus, rhinosinusitis akut akibat bakteri atau virus tidak menyebabkan kematian dan dapat sembuh dengan baik. Pada kasus yang langka, komplikasi berat bisa terjadi akibat rhinosinusitis fungal invasif pada pasien imunokompromais. Rhinosinusitis fungal invasif telah dilaporkan memiliki laju kematian sebesar 24%. Pasien dengan neutropenia dilaporkan memiliki kesintasan lebih buruk.[1,15]
Penulisan pertama oleh: dr. Saphira Evan