Etiologi Sinusitis
Infeksi bakteri merupakan etiologi umum sinusitis, dengan bakteri seperti Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis sebagai patogen yang sering terlibat. Virus seperti rhinovirus, influenza, dan adenovirus juga sering memicu sinusitis, terutama pada kasus sinusitis akut yang terjadi setelah infeksi saluran pernapasan atas. Jamur, khususnya Candida, dapat menjadi penyebab pada individu imunokompromais.
Selain infeksi, faktor predisposisi lain juga dapat berperan dalam etiologi sinusitis. Deviasi septum nasal dan polip nasal dapat mengganggu aliran udara dan drainase mukus, menyebabkan stasis mukus dan menyediakan tempat yang ideal bagi pertumbuhan mikroorganisme. Kondisi alergi seperti rhinitis alergi juga dapat memicu sinusitis, karena peradangan kronis pada mukosa hidung dapat menyebabkan obstruksi ostium sinus dan gangguan dalam sirkulasi udara.
Dalam kasus sinusitis kronis, faktor lain seperti defisiensi imun dan penyakit radang kronis pada rongga hidung juga dapat memainkan peran dalam etiologi.[1-3,11,12]
Etiologi Non-Infeksi
Etiologi non-infeksi pada sinusitis merupakan segala penyebab yang dapat menimbulkan sumbatan pada ostium sinus, mengganggu fungsi dan pergerakan silia, serta mengganggu kualitas dan kuantitas mukus sinus. Etiologi non-infeksi sinusitis antara lain:
- Iritan: polusi udara, asap rokok, bahan kimia
- Alergen: rhinitis alergi karena serbuk sari, debu, atau alergen lain
- Kelainan anatomi hidung: infundibulum lebih sempit, deviasi septum nasal
- Trauma: fraktur tulang hidung
- Gangguan silia: jaringan parut, diskinesia silia[1-3,11,12]
Infeksi Virus
Infeksi virus merupakan penyebab tersering edema mukus yang berkembang menjadi sinusitis. Virus yang umum menimbulkan sinusitis akut adalah rhinovirus, virus influenza, virus parainfluenza, adenovirus, dan enterovirus.[1,3,11,12]
Infeksi Bakteri
Sinusitis akibat infeksi bakteri kebanyakan berhubungan dengan infeksi virus pada saluran napas atas ataupun faktor-faktor lain yang dapat mengganggu fungsi silia sinus.[1,3,11,12]
Sinusitis Akut
Beberapa bakteri yang banyak ditemukan pada kasus sinusitis akut antara lain Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis. Pseudomonas aeruginosa banyak ditemukan pada kasus sinusitis akibat infeksi nosokomial, misalnya akibat pemasangan selang nasal pada pasien HIV dan imunokompromais lain, dan pada pasien dengan fibrosis kistik.[1,3,11,12]
Sinusitis Kronis
Pada kasus sinusitis kronis, bakteri penyebab yang telah dilaporkan antara lain Staphylococcus aureus, termasuk MRSA (methicillin-resistant S. aureus), Coagulase-negative staphylococci, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, Streptococcus pneumoniae, Streptococcus intermedius, dan Pseudomonas aeruginosa. Bakteri anaerob seperti Prevotella sp, Porphyromonas sp, dan Bacteroides sp juga pernah dilaporkan.[2,4,13]
Infeksi Jamur
Infeksi jamur pada sinusitis akut dapat disebabkan oleh Aspergillus sp, dan Alternaria sp. Pada sinusitis akut alergi, penyebab paling sering adalah Bipolaris sp dan Curvularia sp.
Pada kasus sinusitis jamur kronis yang paling sering ditemukan adalah Aspergillus sp, Candida sp, Cryptococcus neoformans, Sporothrix schenckii, dan Alternaria sp.[1-4,11-13]
Faktor Risiko
Kelainan anatomi seperti deviasi septum nasal, hipertrofi konka nasal inferior, dan polip nasal dapat mempengaruhi drainase mukus dan ventilasi sinus, sehingga memperburuk kondisi sinusitis dan menyebabkannya menjadi kronis. Rhinosinusitis dapat pula berhubungan dengan gangguan sistem imun dan kondisi medis seperti sindrom Kartagener.
Gangguan aliran mukus, seperti fibrosis kistik dan diskinesia siliari, juga meningkatkan risiko sinusitis. Pasien yang dirawat di ICU dan berbaring lama juga lebih berisiko karena terjadi gangguan aliran mukosiliaris.
Risiko sinusitis juga meningkat pada penggunaan kokain, pasien yang mengalami barotrauma, dan adanya benda asing. Tindakan medis seperti pemasangan selang nasogastrik atau nasotrakeal juga meningkatkan risiko sinusitis.[1-3]
Penulisan pertama oleh: dr. Saphira Evan