Diagnosis Sinusitis
Diagnosis sinusitis perlu dicurigai pada pasien dengan gejala seperti nyeri atau rasa tekanan di wajah, gangguan penciuman, serta keluarnya lendir purulen dari hidung. Pemeriksaan fisik dapat mencakup penilaian dari rongga hidung, dengan fokus pada tanda-tanda inflamasi seperti hiperemia mukosa dan adanya polip nasal.
Pemeriksaan endoskopi hidung dapat memberikan gambaran langsung mengenai kondisi mukosa sinus. Untuk kasus sinusitis kronis, radiografi sinus atau CT scan dapat membantu memvisualisasikan struktur anatomi dan adanya perubahan patologis pada sinus. CT scan tidak direkomendasikan pada kasus akut atau tanpa komplikasi karena tidak mengubah manajemen, tidak cost-effective, dan memaparkan pasien pada radiasi yang tidak perlu.[1-4,11,12]
Anamnesis
Dalam anamnesis kasus sinusitis, temuan klinis penting yang dapat muncul meliputi riwayat gejala nyeri atau tekanan di daerah sinus, gangguan penciuman atau anosmia, serta keluhan rinore atau disekresi lendir purulen. Pasien juga mungkin melaporkan adanya faktor pencetus seperti infeksi saluran pernapasan sebelumnya atau alergi.
Penting untuk mencatat durasi dan frekuensi gejala, apakah terkait dengan aktivitas tertentu atau memiliki pola tertentu. Selain itu, riwayat medis yang berkaitan dengan kondisi kronis seperti rhinitis alergi atau kelainan anatomi hidung, serta penggunaan obat-obatan seperti dekongestan nasal atau kortikosteroid, dapat memberikan petunjuk tambahan terkait penyebab dan penanganan yang tepat bagi pasien dengan sinusitis.[1-4,11,12]
Gejala
Pasien dengan sinusitis biasanya akan memiliki keluhan cairan nasal yang purulen dengan obstruksi nasal, dan rasa nyeri atau rasa penuh pada bagian wajah. Pasien juga terkadang mengeluhkan sakit kepala meskipun bukan gejala spesifik untuk sinusitis. Gejala lain yang dapat dialami oleh pasien adalah batuk, fatigue, hiposmia, anosmia, rasa penuh atau rasa tekanan pada telinga.[1]
Gejala yang Mengarah pada Sinusitis Bakteri
Beberapa gejala telah dilaporkan mengarah pada sinusitis akibat bakteri, antara lain:
- Durasi dari gejala melebihi 10 hari
- Demam dengan cairan nasal purulen atau nyeri pada wajah yang berlangsung selama 3 hingga 4 hari di awal penyakit
- Gejala yang memburuk selama 10 hari pertama[1]
Kriteria Diagnosis Klinis
Kriteria diagnosis umum yang dapat digunakan untuk mendiagnosis sinusitis adalah bila pasien dewasa memiliki setidaknya 3 gejala mayor, atau 1 gejala mayor ditambah 2 atau lebih gejala minor.
Gejala mayor dapat berupa:
- Cairan nasal anterior purulen
- Cairan nasal posterior purulen atau berwarna
- Kongesti atau obstruksi nasal
- Kongesti pada wajah
- Nyeri pada wajah
- Hiposmia atau anosmia
- Demam (untuk sinusitis akut)
Gejala minor dapat berupa:
- Sakit kepala
- Nyeri atau rasa tekanan atau penuh pada telinga
- Halitosis
- Nyeri dental
- Batuk
- Demam (untuk subakut atau kronik)
- Kelelahan atau[1]
Klasifikasi
Rhinosinusitis dapat dibagi menjadi beberapa golongan:
- Akut: gejala berlangsung hingga kurang dari 4 minggu
- Subakut: gejala berlangsung antara 4 hingga 12 minggu
- Kronik: gejala berlangsung lebih dari 12 minggu
- Rekuren: empat episode yang berlangsung kurang dari 4 minggu dengan resolusi komplit antara episode tersebut[1]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik diutamakan pada pengukuran tanda vital dan pemeriksaan fisik daerah kepala leher. Lakukan penilaian intensitas nyeri menggunakan visual analog scale (VAS).[1-3,11,12]
Inspeksi
Lakukan inspeksi dari luar, perhatikan adanya pembengkakan pada wajah. Pembengkakan di daerah pipi hingga kelopak mata bawah dengan perubahan warna kulit menjadi kemerahan dapat dicurigai sebagai adanya sinusitis maksila. Pembengkakan di kelopak mata atas mungkin dapat disebabkan oleh sinusitis frontal.
Inspeksi dengan rinoskopi anterior pada pasien sinusitis dapat memberikan gambaran konka edema, mukosa nasal hiperemis, dan sekret hidung yang purulen. Pada rinoskopi posterior dapat ditemukan post nasal drip ataupun infeksi pada gigi.[1-4,11,12]
Palpasi
Pemeriksaan fisik palpasi dilakukan dengan cara memberi penekanan di beberapa daerah wajah. Nyeri tekan di daerah pipi bisa menunjukkan sinusitis maksila. Nyeri tekan di dahi mungkin disebabkan oleh sinusitis frontal. Sinusitis etmoid dapat menyebabkan nyeri tekan di daerah kantus medial mata. Pada sinusitis sfenoid biasanya pasien merasakan nyeri yang menjalar ke vertex, oksipital, dan mastoid.[1-3,11,12]
Pemeriksaan Fisik Lainnya
Nyeri dapat dirasakan pada pemeriksaan perkusi pada gigi di rahang atas yang mungkin disebabkan oleh sinusitis maksila. Pada pemeriksaan fisik lihat juga perubahan seperti penonjolan bola mata, gerakan bola mata yang tidak normal, dan pemeriksaan kaku kuduk.[1-3,11,12]
Diagnosis Banding
Diagnosis sinusitis biasanya cukup jelas, namun pada beberapa kasus dapat dipikirkan diagnosis banding seperti rhinitis alergi, benda asing hidung, dan rhinitis vasomotor.
Rhinitis Alergi
Pada rhinitis alergi, rhinorrhea biasanya jernih, disertai rasa gatal pada hidung, bersin, iritasi okuler, dan gejala hanya timbul pada saat tertentu yang menandakan adanya alergi. Rhinitis alergi dapat menjadi komorbid sinusitis.[1,11]
Tumor Sinonasal
Gejala tumor sinonasal bisa sangat mirip dengan sinusitis. Adanya tumor sinonasal juga dapat menyebabkan sinusitis. Membedakan penyakit ini dengan sinusitis dapat dilakukan melalui pemeriksaan fisik dimana didapatkan massa intra nasal, serta melalui pemeriksaan penunjang berupa CT scan atau MRI yang akan menunjukkan adanya destruksi jaringan sekitar jika tumor bersifat malignan. Pemeriksaan biopsi juga dapat membedakan dengan sinusitis.[1,16]
Benda Asing Hidung
Adanya benda asing dalam hidung biasa terjadi pada anak-anak. Gejala biasanya unilateral, dan pada pemeriksaan rhinoskopi anterior atau endoskopi akan mudah terlihat adanya benda asing.[1,11]
Rhinitis Vasomotor
Pada rhinitis vasomotor, pasien mengalami hidung tersumbat atau keluarnya cairan encer dari hidung. Pasien biasanya akan menyampaikan adanya reaksi berlebihan terhadap pemicu non-alergi dan non-infeksi. Seperti pada sinusitis, pasien bisa mengeluhkan batuk, post nasal drip, dan berdehem. Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan mukosa hidung edema dengan sekret mukoid bening.[1,11]
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat membantu menegakkan diagnosis adalah pemeriksaan laboratorium, pencitraan, dan kultur aspirasi.
Transiluminasi
Pemeriksaan transiluminasi hanya dapat digunakan untuk pemeriksaan sinus maksila dan frontal. Pemeriksaan dilakukan bila pemeriksaan penunjang radiologi tidak tersedia. Pemeriksaan transiluminasi dilakukan pada ruangan yang gelap atau cahaya minimal.
Untuk pemeriksaan sinus maksila, pasien diminta untuk duduk dan mendongakkan kepalanya ke belakang sambil membuka mulut. Pemeriksa menempelkan penlight, otoskop, atau transiluminator pada bagian pipi di area sinus maksila. Cahaya yang tembus dan terang pada bagian palatum merupakan pemeriksaan yang normal. Bila cahaya redup atau tidak tampak sama sekali dapat dicurigai adanya cairan yang kental (pus), penebalan mukosa, atau bisa juga massa yang mengisi rongga sinus.
Untuk pemeriksaan sinus frontal, sumber cahaya ditempelkan pada bagian medial orbita di bawah alis dengan cahaya diarahkan ke bagian atas. Perhatikan cahaya yang muncul di area sinus frontal, bandingkan antara sinus frontal kanan dan kiri. Cahaya yang gelap bisa disebabkan karena sinusitis atau karena sinus yang tidak berkembang.[1,7,17]
Endoskopi Nasal
Endoskopi nasal dapat dilakukan dengan atau tanpa pemberian dekongestan. Endoskopi nasal memberikan visualisasi yang lebih baik untuk mengevaluasi meatus medial dan superior serta area nasofaring.
Evaluasi menggunakan endoskopi nasal dapat melihat kondisi mukosa serta menilai karakteristik seperti ada tidaknya polip, edema, dan sekret. Evaluasi pasca operasi menilai ada tidaknya jaringan parut ataupun krusta. Evaluasi sinusitis kronis dapat dilakukan pada bulan ke-3, 6, 12, dan 24 setelah diagnosis pertama ditegakkan.[1,3,7,17]
Radiologi
Pemeriksaan radiologi tidak selalu diperlukan pada kebanyakan kasus sinusitis. Pemeriksaan pencitraan biasanya hanya dilakukan pada pasien sinusitis kronis (> 12 minggu) atau jika gejala sangat atipikal dan diperlukan penunjang untuk menyingkirkan diagnosis banding. Sebelum melakukan pemeriksaan radiologi, klinisi harus mempertimbangkan rasio manfaat dan risiko, serta paparan terhadap radiasi.
Teknik pencitraan yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis sinusitis dapat berupa rontgen, ultrasonografi, MRI, dan CT-scan.[1-4,7,11,12]
Rontgen:
Rontgen sinus tidak direkomendasikan dalam diagnosis sinusitis karena memiliki sensitivitas yang rendah sehingga tidak bisa dipakai mengonfirmasi atau eksklusi diagnosis.[20]
Apabila harus dilakukan karena tidak ada pilihan pemeriksaan lain, pemeriksaan rontgen dapat dilakukan pada posisi Waters (evaluasi sinus maksila dan frontal), posisi Caldwell (visualisasi etmoid), dan posisi lateral (untuk evaluasi adenoid dan sfenoid). Sinusitis ditandai dengan gambaran opak difus pada rongga sinus, penebalan mukosa (>4 mm), atau adanya air fluid level.
Ultrasonografi:
Pemeriksaan ultrasonografi memiliki keterbatasan hanya untuk mengevaluasi sinus maksila. Ultrasonografi dapat mendeteksi adanya cairan pada rongga sinus, penebalan mukosa, atau massa jaringan lunak di dalam rongga sinus.
MRI:
Pemeriksaan MRI digunakan bila dicurigai adanya tumor, komplikasi intrakranial atau infeksi jamur pada kasus-kasus sinusitis yang lebih kompleks.
CT Scan:
Pemeriksaan CT scan adalah teknik pencitraan yang dianjurkan untuk sinusitis dengan komplikasi atau sinusitis kronik. Pemeriksaan CT scan juga dilakukan pada pasien yang tidak mengalami perbaikan setelah mendapatkan terapi yang adekuat.
Pemeriksaan CT scan berguna untuk menegakkan diagnosis sinusitis jamur invasif akut atau alergi serta untuk menyingkirkan diagnosis lain seperti tumor. CT scan harus dilakukan sebelum tindakan operasi sinus endoskopik terutama bila ada komplikasi sinusitis yang melibatkan area periorbital atau intrakranial.
CT scan yang disarankan adalah dengan potongan setebal 3-4 mm yang kemudian dapat dievaluasi gambaran opak pada sinus, air-fluid level, penebalan mukosa (>4 mm), dan displacement dinding sinus.[1-4,7,11,12]
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan rutin laboratorium umumnya tidak dilakukan. Evaluasi untuk fibrosis kistik, disfungsi silia, atau defisiensi imun dapat menjadi suatu pertimbangan untuk rhinosinusitis yang sulit diatasi, berulang, atau kronis.[1]
Kultur Aspirasi
Kultur aspirasi endoskopi yang lebih besar atau sama dengan 10 CFU/mL dianggap sebagai standar emas. Namun hal ini tidak diperlukan untuk menentukan diagnosis rhinosinusitis akibat bakteri. Aspirasi endoskopi dapat dilakukan untuk membantu pasien dengan kasus refrakter atau dengan alergi antibiotik multipel.[1]
Penulisan pertama oleh: dr. Saphira Evan