Patofisiologi Tumor Ganas Kavitas Nasal
Patofisiologi tumor ganas kavitas nasal berhubungan dengan adanya gangguan proliferasi sel dan transformasi sel normal menjadi sel dengan sifat malignansi yang diinduksi oleh karsinogen. Proliferasi sel tumor yang tidak terkendali menyebabkan tumor membesar, sehingga terjadi kompresi pada struktur sekitarnya dan dapat menimbulkan manifestasi klinis.[2,5]
Anatomi Kavitas Nasal
Anatomi hidung terbagi atas hidung bagian luar dan hidung bagian dalam (cavum nasi). Hidung bagian luar berbentuk piramida yang terdiri atas beberapa bagian, yaitu pangkal hidung (bridge), batang hidung (dorsum nasi), puncak hidung (tip), ala nasi, kolumela, dan lubang hidung (nares anterior). Hidung bagian dalam (cavum nasi) berbentuk terowongan dari depan (nares anterior) ke belakang (nares posterior atau koana), serta dipisahkan oleh septum nasi pada bagian medial, sehingga terbagi menjadi cavum nasi dextra dan sinistra.
Vestibulum yang terletak dibelakang nares anterior dilapisi oleh integumen yang mempunyai banyak glandula sebasea serta vibrise. Cavum nasi mempunyai 4 buah dinding, yaitu dinding medial, lateral, inferior, dan superior. Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka, yaitu konka inferior, konka media, konka superior, dan konka suprema. Di antara konka –konka dan dinding lateral hidung terdapat meatus (meatus inferior, medius, dan superior). Pada meatus medius, terdapat muara dari sinus frontal, sinus maksila, dan sinus etmoid anterior. Sementara itu, pada meatus superior terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.[7,8]
Histologi Kavitas Nasal
Secara histologis dan fungsional, mukosa cavum nasi terbagi atas mukosa respiratori dan mukosa olfaktorius. Permukaan mukosa respiratori dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang mempunyai silia dan sel-sel goblet. Mukosa respiratori juga dilapisi oleh mukus, dan di bawah epitel terdapat tunika propria yang mengandung vaskularisasi, glandula mukosa, dan jaringan limfoid. Mukosa olfaktorius dilapisi oleh epitel torak berlapis semu tidak bersilia yang dibentuk oleh tiga macam sel, yaitu sel penunjang, sel basal, dan sel reseptor hidung. Pada bagian yang mendapat lebih banyak aliran udara, mukosanya akan lebih tebal serta dapat mengalami metaplasia menjadi epitel sel skuamosa.[7,8]
Proliferasi Sel, Protoonkogen, dan Onkogen
Neoplasia pada kavitas nasal terjadi akibat adanya gangguan proliferasi sel yang meliputi faktor pertumbuhan, reseptor faktor pertumbuhan, second messenger, serta faktor transkripsi DNA. Siklus replikasi sel dimulai dari fase G1 setelah sel dalam keadaan tidak aktif (G0), serta respon terhadap rangsangan tertentu dan berkembang melalui fase sintesis (S), fase G2 dan mitosis (M). Titik pengawasan meregulasi messenger dan waktu transisi siklus sel serta dapat menahan siklus sel dalam respon terhadap kerusakan DNA.[2,5]
Bila terjadi kerusakan DNA, maka akan terjadi perbaikan DNA melalui mekanisme siklus replikasi. Jika perbaikan DNA gagal, maka akan terjadi mutasi genom sel somatik yang menjadi dasar terbentuknya neoplasma. Di dalam tubuh terdapat protoonkogen yang merupakan gen seluler yang berfungsi untuk mendorong dan meningkatkan pertumbuhan normal dan pembelah sel. Protoonkogen yang mengalami mutasi disebut dengan onkogen, yang memiliki kemungkinan besar untuk menjadi sel yang memiliki sifat karsinogenik.[2,5,9]
Karsinogenesis
Sel tumor yang memiliki sifat malignansi berasal dari sel tubuh normal yang mengalami transformasi yang diinduksi oleh karsinogen. Fase pertumbuhan kanker terbagi menjadi 4 periode yaitu fase induksi, fase in situ, fase invasif, dan fase diseminasi.[2,6]
Fase Induksi
Fase induksi merupakan fase awal transformed cell. Pada fase induksi terdapat 3 tahapan. Yaitu:
● Inisiasi yang meliputi proses yang melibatkan mutasi genetik yang menjadi permanen di DNA
● Promosi adalah suatu tahap ketika sel mutan berproliferasi
● Progresi yang merupakan tahapan ketika sel mutan mendapatkan satu atau lebih karakteristik sel tumor (neoplasma) ganas seiring berkembangnya tumor, sel juga akan menjadi lebih heterogen akibat mutasi tambahan[2,6]
Fase In Situ atau Kanker Non Invasif
Transformed cell yang memiliki sifat keganasan mengalami pertumbuhan terbatas pada jaringan asalnya, yaitu pada intraepitel, intraduktal, atau intralobuler, dan belum menembus membran basal.[2,6]
Fase Invasif atau Kanker Infiltratif
Pada fase ini, sel tumor ganas telah tumbuh menembus membran basal dan masuk ke jaringan atau organ sekitarnya yang berdekatan. [2,6]
Fase Diseminasi
Fase diseminasi adalah sel tumor ganas yang telah menyebar ke organ lain seperti glandula limfa regional atau ke organ-organ jauh lain melalui penyebaran secara hematogen.[2,6]
Angiogenesis:
Dalam pertumbuhannya, sel tumor ganas memerlukan pasokan darah sebagai pasokan nutrisi dan oksigen yang menunjang pertumbuhan sel. Sel endotel pada vaskular distimulasi untuk mengadakan proliferasi dan lisis membran basal dan matriks vaskular. Terdapat beberapa protein yang dapat menstimulasi proses angiogenesis, seperti FGF (fibroblast growth factor), UPA (urokinase type plasmin activator), dan TGFβ-1 (Transforming growth factor β-1).[2,9]
Metastasis:
Sel tumor ganas yang sudah menginvasi dan masuk ke vaskular akan melekat pada suatu organ dengan bantuan glikoprotein. Meski demikian, tidak semua sel kanker yang masuk ke dalam sirkulasi vaskuler dapat tumbuh menjadi metastasis.[6,9]
Sel tumor ganas dengan gerakan amoeboid masuk ke jaringan ekstravaskuler dan tumbuh untuk membentuk koloni sel-sel. Arah gerakan dipengaruhi oleh faktor kemotaksis yang dapat berasal dari parenkim organ, atau membran basal.[6]