Diagnosis Hematuria
Diagnosis hematuria perlu dicurigai pada pasien yang mengeluhkan perubahan pada warna urine, baik merah muda hingga merah tua atau kehitaman. Pemeriksaan urinalisis dapat mengonfirmasi adanya sel darah merah pada urine. Pemeriksaan lainnya dilakukan untuk mengidentifikasi penyakit yang mendasari timbulnya hematuria.[4]
Anamnesis
Hematuria memiliki diagnosis banding yang sangat luas. Oleh karenanya, anamnesis dapat sangat berperan dalam mempersempit diagnosis banding dan mengarahkan keputusan klinis terkait pemeriksaan apa yang diperlukan pasien. Pada anamnesis, perlu ditanyakan kapan onset gejala, durasi, pola keberlangsungan, progresi, dan gejala penyertanya.[1-4]
Hematuria Tanpa Nyeri
Keluhan disertai rasa nyeri dan panas pada saat atau menjelang berkemih dan demam dapat mengarahkan kepada infeksi saluran kemih. Keluhan disertai demam intermiten lebih dari 2 minggu dan penurunan berat badan yang drastis dan tidak wajar dapat mengarah kepada keganasan.
Hematuria tanpa rasa sakit yang terkait dengan proteinuria mungkin berkaitan dengan penyakit glomerulus. Sebagai contoh, adanya hematuria, hipertensi, dan edema mungkin berkaitan dengan glomerulonefritis. Hematuria berulang atau hematuria mikroskopik persisten dapat dijumpai pada nefropati IgA (IgAN), nefritis lupus, glomerulonefritis membranoproliferatif, glomerulosklerosis segmental fokal, dan sindrom Alport.
Hematuria dengan gambaran sistemik berupa ruam kulit, nyeri sendi, dan demam yang tidak dapat dijelaskan perlu dicurigai ke arah Henoch-Schönlein Purpura (HSP) atau lupus eritematosus sistemik.[1-4]
Hematuria Disertai Nyeri
Hematuria yang nyeri dapat terjadi pada kasus sistitis akut dan batu di saluran kemih bagian bawah. Hematuria terkait dengan nyeri perut dan massa abdomen pada anak mungkin berkaitan dengan tumor Wilms. Hematuria dengan nyeri perut pada neonatus mungkin berkaitan dengan trombosis vena ginjal.
Hematuria dengan nyeri, riwayat perjalanan, dan kontak dengan air tawar, dapat disebabkan oleh schistosomiasis.[1-4]
Pemeriksaan Fisik
Sama dengan anamnesis, hasil pemeriksaan fisik hematuria akan mempersempit diagnosis banding dan membantu dokter menentukan pendekatan pemeriksaan selanjutnya. Pada pemeriksaan fisik umum, penting untuk mengukur tekanan darah, edema periorbita, edema perifer, dan adanya anemia.
Pemeriksaan abdomen perlu mencari adanya pembesaran ginjal ataupun nyeri ketok ginjal. Ginjal dapat teraba pada kasus hidronefrosis atau tumor Wilms. Nyeri ketok sudut kostovertebra juga mengindikasikan adanya pembesaran ginjal atau adanya batu ginjal.
Pemeriksaan kulit diperlukan jika hematuria diduga berhubungan dengan purpura. Pemeriksaan genitalia diperlukan pada kasus dimana hematuria diduga berkaitan dengan keganasan saluran reproduksi, misalnya kanker serviks.
Pada pria, digital rectal examination perlu dilakukan untuk menilai konsistensi dan ukuran prostat, untuk mendeteksi benign prostate hyperplasia atau kanker prostat.
Pada kasus trauma, pemeriksaan fisik dapat mengungkap adanya distensi, edema, ekimosis, hematoma, dan nyeri tekan pada wilayah abdomen, ginjal, maupun pelvis. Pada keganasan genitourinaria, dapat ditemukan penurunan berat badan, konjungtiva anemis, dan massa.[1-4]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang utama untuk mendiagnosis hematuria adalah urinalisis. Pemeriksaan ini dapat mengonfirmasi adanya sel darah merah pada urine. Pemeriksaan lain digunakan untuk mengidentifikasi penyebab hematuria.
Pemeriksaan Urine
Pada urinalisis, diagnosa hematuria mikroskopis ditegakkan dengan ditemukannya ≥ 3 eritrosit per lapang pandang (high power field). Diagnosis hematuria makroskopik ditegakkan dengan ditemukannya ≥ 20 eritrosit per lapang pandang. Sampel urine yang dapat digunakan meliputi urine 24 jam, urine sewaktu, dan yang lebih dipilih adalah urine kedua di pagi hari.[5,32,33]
Selain keberadaan eritrosit dalam urine, evaluasi juga adanya proteinuria, leukosit urin, bakteri, dan cast. Pada pasien yang dicurigai mengalami keganasan, pemeriksaan imunositokimia urin dengan antibodi poliklonal 47-kDa dapat bermanfaat.[1,34]
Analisis Eritrosit Urine
Hematuria dapat dibedakan asalnya glomerular maupun non-glomerular melalui pemeriksaan mikroskopis bentuk eritrosit dan keberadaan RBC cast. Bentuk eritrosit dismorfik (akantosit, stomatosit, dan ekinosit) maupun keberadaan RBC cast menandakan hematuria glomerular. Di antara semua jenis bentuk dismorfik, bentuk akantosit adalah yang paling khas untuk hematuria glomerular.[5]
Pemeriksaan Laboratorium Lain
Pemeriksaan laboratorium lain yang dapat bermanfaat adalah pemeriksaan hematologi darah. Pada beberapa kasus, pasien dengan hematuria bisa mengalami anemia yang ditandai dengan penurunan hemoglobin. Selain itu, lakukan juga pemeriksaan fungsi ginjal seperti kadar blood urea nitrogen dan kreatinin.[1-4]
Pemeriksaan Pencitraan
Hematuria makroskopis dengan tidak adanya proteinuria atau sel darah merah yang signifikan merupakan indikasi untuk pemeriksaan USG ginjal dan kandung kemih. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan keganasan atau penyakit ginjal polikistik. USG juga mampu dengan cepat mendeteksi anomali saluran kemih, seperti hidronefrosis, hidroureter, nefrokalsinosis, tumor, dan urolitiasis. Pada individu dengan obesitas berat, definisi lebih akurat dari struktur ginjal dan organ sekitarnya perlu dievaluasi dengan CT scan.
Voiding cystourethrogram berguna untuk mendeteksi kelainan uretra dan kandung kemih yang dapat menyebabkan hematuria seperti sistitis. Studi radionuklida dapat membantu valuasi obstruksi batu. Sistoskopi dapat dipertimbangkan jika ada kecurigaan papiloma urothelial pada pemeriksaan ultrasonografi.[1-4,38]
Biopsi
Biopsi bermanfaat untuk mengevaluasi pasien dengan massa abdomen atau saluran kemih yang menyebabkan hematuria. Biopsi juga dapat dipertimbangkan pada kasus dimana hematuria disertai dengan proteinuria signifikan, gangguan fungsi ginjal, hematuria persisten rekuren, dan adanya riwayat keluarga dengan kelainan ginjal herediter.
Biopsi kulit dapat bermanfaat dalam menegakkan diagnosis sindrom Alport.[1-4,38]