Patofisiologi Hematuria
Patofisiologi hematuria bervariasi tergantung etiologi yang mendasari, misalnya kerusakan pada glomerulus atau adanya neoplasia pada saluran genitourinaria.[4-8]
Hematuria Glomerular
Infeksi, gangguan metabolik seperti diabetes mellitus, serta kondisi autoimun seperti sindrom nefrotik dan lupus nefritis dapat menyebabkan inflamasi glomerulus dan penghancuran spektrin oleh lisosom. Hal ini akan berlanjut menjadi kerusakan pada membran basalis glomerulus, sehingga menyebabkan gangguan integritas membran basalis dan bocornya sel darah merah ke tubulus ginjal. Red blood cell (RBC) cast terbentuk dari terjebaknya eritrosit pada lumen tubulus.[5]
Hematuria Non-Gromerular
Pembentukan neoplasia pada saluran genitourinaria, seperti kandung kemih atau prostat, dapat memicu neoangiogenesis yang menghasilkan pembuluh darah baru yang rapuh. Ketika pembuluh darah ini ruptur oleh cedera, terjadi perdarahan yang mengalir bersama urine.
Infeksi dan inflamasi pada prostat, kandung kemih, ureter, dan uretra juga memicu bocornya sel darah merah ke dalam urine. Sementara itu, adanya batu ginjal dapat menyebabkan erosi mekanik pada permukaan mukosa traktus urinarius yang menyebabkan perdarahan.[3,6-8]
Hematuria Ginekologi
Kanker serviks yang telah bermetastasis ke kandung kemih dapat membentuk jaringan tambahan yang mudah mengalami perdarahan. Perdarahan ini kemudian bercampur dengan urin dan menyebabkan hematuria.[9]