Etiologi Hematuria
Etiologi hematuria dapat dibagi menjadi penyebab kongenital, infeksi, keganasan, autoimun, dan trauma. Kelainan bisa terjadi pada traktus urinarius itu sendiri misalnya akibat infeksi saluran kemih, atau terjadi di luar traktus urinarius misalnya akibat metastasis kanker serviks atau kanker prostat. Hematuria juga bisa disebabkan gangguan sistemik, seperti pada kasus hemofilia dan penyakit von Willebrand.[1,4,5]
Kongenital
Penyebab hematuria kongenital meliputi congenital renal arteriovenous fistula, congenital portosystemic shunts (malformasi Abernethy), renal lymphangioma, serta gangguan pembentukan segmen infrarenal vena kava. Kelainan genetik, seperti X-linked Alport syndrome dan thin basement membrane (TBM), juga bisa menjadi penyebab hematuria glomerular non-inflamatorik.[8,10-12]
Kelainan Genetik Sistemik
Gangguan perdarahan, seperti hemofilia dan penyakit von Willebrand, akan mengganggu proses pembekuan darah sehingga meningkatkan kemungkinan sel darah merah bocor ke urine. Hematuria persisten juga banyak terdeteksi pada penderita anemia sel sabit.[29]
Infeksi
Infeksi saluran kemih, baik oleh bakteri ataupun virus, dapat menyebabkan hematuria. Parasit, seperti schistosomiasis, juga dapat menyebabkan hematuria. Penyebab hematuria infeksius lain adalah glomerulonefritis.[1-4,14]
Neoplasia dan Keganasan
Hematuria dapat disebabkan oleh neoplasia dan keganasan genitourinaria dan ginekologi. Ini mencakup benign prostate hyperplasia, hemangioma, kanker kandung kemih, kanker ginjal, kanker serviks, dan kanker prostat.[6,7,17-23]
Autoimunitas
Hematuria glomerular autoimun dapat disebabkan oleh nefropati IgA, lupus nefritis, vaskulitis terkait antineutrophil cytoplasmic antibodies (ANCA), Henoch-Schonlein Purpura, sindrom nefrotik, dan anti-glomerular basement membrane (GBM) nephritis.[5,24]
Trauma dan Iatrogenik
Hematuria dapat terjadi pada pasien batu ginjal dan trauma lainnya. termasuk trauma tumpul maupun tajam abdomen. Trauma ini dapat disebabkan oleh kecelakaan maupun penganiayaan. Trauma dapat mengakibatkan ruptur ginjal, ruptur vesika, ataupun ruptur uretra. Hematuria dapat juga disebabkan cedera terkait prosedur seperti biopsi dan pembedahan urogenital.[2,25-28]
Penyebab Lainnya
Penggunaan obat sitotoksik seperti siklofosfamid dapat memicu sistitis dan hematuria. Penggunaan obat-obatan antikoagulan, seperti warfarin, juga dapat menimbulkan efek samping berupa nefropati yang mengakibatkan hematuria.[5,15,16]
Penderita penyakit ginjal kronis, termasuk yang berkaitan dengan diabetes, dapat mengalami hematuria akibat menurunnya fungsi glomerulus.[30,31]
Faktor Risiko
Faktor risiko hematuria antara lain:
- Penyakit autoimun, seperti lupus eritematosus sistemik
- Faktor gaya hidup yang bermasalah, seperti kurang mengonsumsi air putih, sering menahan buang air kecil, kurang menjaga kebersihan, dan kebiasaan merokok
- Lingkungan dengan tingkat kriminalitas tinggi atau kekerasan dalam rumah tangga menjadi faktor risiko trauma abdomen yang juga bermanifestasi sebagai hematuria.
- Usia di atas 50 tahun[1,2,4]
Tabel 1. Stratifikasi Risiko Keganasan Urologi
Risiko Rendah | Risiko Sedang | Risiko Tinggi |
Jika memenuhi semua ciri berikut | Jika memenuhi salah satu dari berikut | Jika memenuhi salah satu dari berikut |
Perempuan berusia < 50 tahun, Pria usia < 40 tahun | Perempuan berusia 50-59 tahun, Pria usia 40-49 tahun | Perempuan dan laki-laki berusia ≥60 tahun |
Tidak pernah merokok atau < 10 pack years | Merokok 10–30 pack years. | Merokok > 30 pack years |
3-10 eritrosit per lapang pandang pada urinalisis | 11-25 eritrosit per lapang pandang pada urinalisis | >25 eritrosit per lapang pandang pada urinalisis |
Tidak terdapat faktor risiko kanker urotelial | Satu atau lebih faktor risiko kanker urotelial | Riwayat hematuria makroskopik |
Belum pernah mengalami hematuria mikroskopik | Sebelumnya risiko rendah, belum pernah diperiksa, dan 3-25 eritrosit per lapang pandang pada urinalisis ulang | Sebelumnya risiko rendah, belum pernah diperiksa, dan >25 eritrosit per lapang pandang pada urinalisis ulang |
Sumber: dr. Eveline Yuniarti Rachmat, Alomedika, 2022.[1]