Diagnosis Prostatitis
Diagnosis prostatitis dapat ditegakkan melalui pemeriksaan urinalisis dan/atau kultur urine. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan urine midstream (porsi tengah) atau dengan uji 2 tabung menggunakan urine sebelum dan sesudah masase prostat. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah analisis sekresi prostat, analisis urodinamik, dan pemeriksaan USG.
Anamnesis
Pada saat anamnesis, dokter perlu menanyakan ada tidaknya keluhan seperti demam, menggigil, dan lower urinary tract symptoms (LUTS) seperti frequency, urgency, dysuria, nokturia, hesitancy, pancaran urine lemah, dan urinasi tidak tuntas. Selain itu, dokter juga menanyakan keluhan lain seperti rasa sakit di area suprapubik atau perineal, disfungsi ereksi, dan ada tidaknya duh/discharge.
Riwayat yang perlu digali adalah riwayat penyakit menular seksual dan aktivitas seksual pasien, riwayat kateterisasi urine, riwayat diabetes atau kondisi immunocompromised lain, riwayat operasi genitourinaria, dan riwayat pengobatan.[1,2,9]
Pada prostatitis bakterial kronis, umumnya gejala di atas tidak spesifik. Pertimbangkan kemungkinan prostatitis bakterial kronis pada pasien dengan keluhan infeksi saluran kemih rekuren, atau dysuria dan gejala obstruksi saluran kemih intermiten.
Pada pasien dengan prostatitis nonbakterial, keluhan utama yang ditemukan adalah rasa nyeri, seperti nyeri punggung atau abdomen bawah, nyeri perineal, nyeri ujung penis, nyeri testikular, maupun nyeri rektal.[8,10]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang penting dilakukan pada prostatitis adalah pemeriksaan fisik lokalis di regio suprapubik dan perineal, serta digital rectal examination (rectal toucher). Pada prostatitis, kelenjar prostat umumnya membesar dan terasa nyeri saat ditekan.
Pemeriksaan Lokalis
Pasien prostatitis umumnya merasakan nyeri pada regio suprapubik saat dilakukan penekanan. Selain itu, bisa terdapat nyeri tekan perineal dan jika terdapat retensi urin, dapat terjadi pembesaran buli yang teraba saat palpasi abdomen.
Digital Rectal Examination
Pada pemeriksaan rectal toucher atau digital rectal examination, kelenjar prostat dapat teraba membesar dan nyeri. Kelenjar juga mungkin teraba nodular atau justru teraba normal. Pemeriksaan rectal toucher pada pasien dengan prostatitis inflamasi asimtomatik dapat menunjukkan hasil yang normal.[8,10]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding prostatitis adalah benign prostatic hyperplasia (BPH), inflammatory bowel disease (IBD), infeksi saluran kemih (sistitis atau uretritis), obstruksi saluran kemih seperti adanya batu, dan kanker prostat.[1,2]
Benign Prostatic Hyperplasia
BPH merupakan pembesaran jinak prostat yang juga dapat menimbulkan lower urinary tract symptoms (LUTS). Untuk membedakan prostatitis dari BPH, dapat dilakukan pemeriksaan urinalisis, USG transabdominal, CT scan pelvis, pemeriksaan histologi, atau uroflowmetri.
Inflammatory Bowel Disease
Penyakit ini dapat memberikan gejala nyeri yang mirip dengan prostatitis kronis yang tidak spesifik. Namun, IBD tidak menyebabkan gejala-gejala LUTS. Selain itu, diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi dan biopsi traktus gastrointestinal.
Infeksi Saluran Kemih
Diagnosis infeksi saluran kemih seperti sistitis dan uretritis dapat ditegakkan melalui urinalisis dan kultur urine.
Obstruksi Saluran Kemih dan Kanker
Untuk membedakan prostatitis dari obstruksi saluran kemih (misalnya oleh batu uretra atau striktur uretra), dokter dapat melakukan pemeriksaan urinalisis dan radiologi seperti USG, rontgen, CT scan, atau MRI. Sedangkan untuk membedakan dari kanker prostat, selain menggunakan modalitas radiologi, dokter juga dapat memeriksa prostate specific antigen (PSA) pada pasien.[1,2]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang utama pada prostatitis adalah pemeriksaan urinalisis dan kultur urine. Pemeriksaan lainnya adalah analisis urodinamik, pemeriksaan sekresi prostat, USG dan modalitas radiologi lain seperti CT scan untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kanker.
Urinalisis
Pemeriksaan urinalisis penting untuk menentukan ada atau tidaknya inflamasi. Parameter yang penting adalah hitung leukosit untuk menentukan adanya inflamasi pada prostat dan hitung bakteri untuk membedakan apakah prostatitis bakterial atau nonbakterial.[1,11]
Kultur Urine
Pada prostatitis bakterial, kultur urine dapat dilakukan untuk menentukan organisme penyebab. Untuk konfirmasi hasil, dapat dilakukan 2 kultur sebelum dan sesudah masase prostat atau dikenal sebagai uji 2 tabung (prosedur Giessen). Walau demikian, masase prostat tidak boleh dilakukan pada pasien demam atau pasien prostatitis bakterial akut, karena akan meningkatkan risiko sepsis. Untuk kasus tersebut, kultur dilakukan hanya dengan urine midstream.
Uji 4 tabung Meares-Stamey dapat dilakukan untuk diagnosis prostatitis bakterial tetapi, pemeriksaan ini lebih kompleks dan memakan biaya dibanding uji 2 tabung, sehingga saat ini lebih banyak digunakan untuk kepentingan riset saja.
Uji 4 tabung terdiri atas 4 spesimen, yakni:
- Spesimen pertama: voided bladder (VB1), yakni 10 cc urine awal untuk menilai keadaan mukosa uretra
- Spesimen kedua: urine porsi tengah (VB2) untuk menilai keadaan mukosa kandung kemih
- Spesimen ketiga: sekresi prostat atau expressed prostatic secretion (EPS) yang dikeluarkan melalui masase prostat
- Spesimen keempat: 10 cc urine setelah masase prostat (VB3)
Keempat contoh itu dianalisis secara mikroskopik dan dikultur untuk mencari kuman penyebab infeksi. Sekitar 80% patogen adalah organisme gram negatif (misalnya, Escherichia coli, Enterobacter, Serratia, Pseudomonas, Enterococcus, dan Proteus). Campuran infeksi dari berbagai jenis bakteri jarang ditemukan.[1,2,12]
Expressed Prostatic Secretions
Expressed prostatic secretions (EPS) yang dihasilkan dari masase prostat bermanfaat dalam diagnosis dan tata laksana prostatitis nonbakterial. Jika pemeriksaan EPS menunjukkan sel-sel inflamatori, maka pasien langsung ditangani secara empiris dengan antibiotik selama 2 minggu. Jika EPS tidak menunjukkan adanya sel inflamatori, maka dokter perlu mencari penyebab lain berdasarkan kondisi klinis pasien.
Pemeriksaan Urodinamik
Pada prostatitis kronis, pemeriksaan urodinamik penting dilakukan untuk menghindari terjadinya misdiagnosis prostatitis dengan penyakit yang juga memiliki gejala iritatif dan obstruktif saat berkemih.
Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) transabdominal atau bladder scan dapat dilakukan untuk menilai pembesaran prostat dan retensi urin. USG transrektal tidak dapat diandalkan untuk diagnosis prostatitis. Pemeriksaan ini hanya dilakukan jika terdapat kecurigaan ke arah prostat abses dan harus dilakukan secara berhati-hati untuk mencegah bakteremia.
Computed Tomography Scan
CT scan dapat berguna jika terdapat kecurigaan ke arah abses prostat atau kanker prostat. Modalitas ini dapat membantu menyingkirkan diagnosis banding.[1,2,11]
Klasifikasi Prostatitis
National Institute of Health membagi klasifikasi prostatitis menjadi 4 kategori, yaitu prostatitis bakterial akut, prostatitis bakterial kronis, prostatitis nonbakterial kronis, dan prostatitis inflamasi asimtomatik.
Kategori I: Prostatitis Bakterial Akut
Prostatitis kategori ini disebabkan oleh infeksi bakteri pada prostat dan membutuhkan perawatan medis yang adekuat agar pasien terhindar dari risiko komplikasi.
Kategori II: Prostatitis Bakterial Kronis
Prostatitis bakterial kronis merupakan kondisi yang relatif jarang terjadi dan biasanya muncul sebagai infeksi saluran kemih intermiten. Prostatitis bakteri kronis umumnya tidak menimbulkan gejala klinis atau hanya memiliki gejala-gejala yang lebih ringan dari prostatitis bakterial akut.
Kategori III: Prostatitis Nonbakterial Kronis atau Sindrom Pelvik Kronis (Chronic Pelvic Pain Syndrome / CPPS)
Pada kategori ini, terdapat keluhan nyeri dan perasaan tidak nyaman pada pelvis yang terlah berlangsung paling sedikit 3 bulan. Kategori ini dibedakan dalam 2 subkategori, yaitu subkategori IIIA (sindrom pelvik kronis dengan inflamasi) dan subkategori IIIB (sindrom pelvik noninflamasi).
Kategori IV: Prostatitis Inflamasi Asimtomatik
Secara klinis, pasien tidak menunjukkan keluhan maupun tanda prostatitis. Prostatitis kategori ini umumnya ditemukan dari analisis cairan semen untuk pemeriksaan infertilitas atau dari jaringan prostat yang didapatkan pada biopsi maupun pada saat operasi prostat. Sebagian besar prostatitis kategori ini tidak memerlukan terapi.[1,2]