Penatalaksanaan Prostatitis
Penatalaksanaan prostatitis harus disesuaikan dengan perjalanan penyakit, manifestasi klinis, dan klasifikasinya. Penatalaksanaan prostatitis dapat dibedakan menjadi penanganan medikamentosa seperti pemberian antibiotik dan obat antiinflamasi, penanganan suportif seperti kateterisasi, atau operatif seperti transurethral resection of the prostate (TURP).
Medikamentosa
Penanganan medikamentosa meliputi pemberian antibiotik, obat alpha blocker, dan obat antiinflamasi nonsteroid bila diperlukan. Pemberian antibiotik dibedakan berdasarkan klasifikasi prostatitis oleh National Institute of Health, yakni kategori I (prostatitis bakterial akut), kategori II (prostatitis bakterial kronis), kategori III (prostatitis nonbakterial kronis), dan kategori IV (prostatitis inflamasi asimtomatik).
Antibiotik untuk Prostatitis Kategori I
Antibiotik yang dapat diberikan adalah antibiotik untuk bakteri gram negatif. Regimen antibiotik intravena yang dapat diberikan ditentukan oleh kondisi pasien dan faktor risiko resistensi obat. Pasien memiliki risiko resistensi obat jika memiliki riwayat penggunaan fluorokuinolon atau riwayat manipulasi prostatik, baik secara transrektal maupun transurethral (seperti rectal toucher, biopsi prostat, atau sistoskopi).
Antibiotik intravena diberikan sampai pasien afebril selama 24 jam, lalu dilanjutkan dengan bentuk oral selama 30 hari untuk mencegah abses prostat dan prostatitis kronis. Regimen antibiotik untuk pasien prostatitis kategori 1 yang dirawat inap tanpa adanya faktor risiko resistensi obat adalah sebagai berikut:
Ciprofloxacin intravena 400 mg diberikan setiap 12 jam
- Levofloxacin intravena 500-750 mg 1 kali per hari
Ceftriaxone intravena 1-2 gram diberikan 1 kali per hari kombinasi dengan levofloxacin intravena 500-750 mg 1 kali per hari atau dengan piperacillin/tazobactam intravena 3.375 gram setiap 6 jam
- Semua regimen antibiotik di atas diberikan sampai pasien afebril selama 24 jam atau sampai hasil pemeriksaan kultur keluar. Jika demam menetap selama 36 jam, pertimbangkan kemungkinan terjadinya abses
Pada pasien dengan sepsis tanpa faktor risiko resistensi obat, pilihan antibiotik adalah sebagai berikut:
- Piperacillin/tazobactam 3.375 gram setiap 6 jam kombinasi dengan gentamisin intravena 7 mg/kg 1 kali per hari atau dengan amikacin intravena 15 mg/kg 1 kali per hari
Cefotaxime intravena 2 gram setiap 4 jam kombinasi dengan gentamisin intravena 7 mg/kg 1 kali per hari atau dengan amikacin intravena 15 mg/kg 1 kali per hari
Ceftazidime intravena 2 gram setiap 8 jam kombinasi dengan gentamisin intravena 7 mg/kg 1 kali per hari atau dengan amikacin intravena 15 mg/kg 1 kali per hari
- Regimen alternatif dapat berupa ciprofloxacin intravena 400 mg diberikan setiap 12 jam kombinasi dengan gentamisin intravena 7 mg/kg 1 kali per hari atau dengan amikacin intravena 15 mg/kg 1 kali per hari atau dengan meropenem intravena 500 mg setiap 8 jam
- Regimen alternatif lain adalah levofloxacin intravena 500-750 mg 1 kali per hari kombinasi dengan gentamisin intravena 7 mg/kg 1 kali per hari atau dengan amikacin intravena 15 mg/kg 1 kali per hari atau dengan meropenem intravena 500 mg setiap 8 jam
Pada pasien dengan sepsis dan memiliki faktor risiko resistensi obat, pilihan obat yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
- Piperacillin/tazobactam intravena 3.375 gram setiap 6 jam
- Ceftazidime intravena 2 gram setiap 8 jam
Cefepime intravena 2 gram setiap 12 jam
- Jika kondisi pasien tidak stabil, tambahkan gentamisin intravena 7 mg/kg 1 kali per hari atau amikacin intravena 15 mg/kg 1 kali per hari
Setelah pasien afebril selama 24 jam, antibiotik intravena dapat diganti menjadi antibiotik oral yang diberikan selama 30 hari. Pilihan antibiotik oral yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
Kotrimoksazol 160/800 mg 2 kali per hari
- Levofloxacin 500 mg 1 kali per hari
- Norfloxacin 400 mg 2 kali per hari
- Ofloxacin 300 mg 2 kali per hari
Pasien dengan kondisi baik (tidak ada retensi urin, asupan oral baik, tidak menunjukkan gejala sistemik atau septicemia, serta tidak memiliki faktor risiko resistensi obat) dapat ditangani secara rawat jalan dengan pemberian antibiotik oral selama 14 sampai 28 hari. Kultur perlu dilakukan jika gejala tidak membaik selama 14 hari. Lanjutkan terapi antibiotik sampai 28 hari sambil menunggu hasil kultur. Antibiotik yang dapat digunakan adalah sama dengan regimen antibiotik untuk kondisi rawat inap di atas.[13-15]
Antibiotik untuk Prostatitis Kategori II
Prostatitis bakterial kronis memerlukan antibiotik dengan penetrasi jaringan yang baik di prostat. Antibiotik yang menunjukkan konsentrasi jaringan terbaik adalah fluorokuinolon sehingga golongan obat ini direkomendasikan sebagai terapi lini pertama. Regimen lini pertama yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
- Ciprofloxacin/levofloxacin/norfloxacin per oral 500 mg setiap 12 jam, selama 4-6 minggu
- Kotrimoksazol per oral 160/800 mg setiap 12 jam, selama 4-6 minggu
Regimen pengobatan dapat ditambah menjadi 6-12 minggu jika gejala menetap setelah pengobatan selesai. Kotrimoksazol memiliki penetrasi jaringan yang tidak sebaik fluorokuinolon sehingga sebaiknya hanya digunakan jika fluorokuinolon tidak tersedia.
Jika kultur menemukan patogen penyebab prostatitis, obat lini kedua yang dapat diberikan meliputi doksisiklin, azithromycin, dan klaritromisin dengan dosis berikut:
- Doksisiklin per oral 100 mg, 2 kali per hari, selama 4 minggu
Azithromycin per oral 500 mg, 1 kali per hari, selama 4 minggu
- Clarithromycin per oral 500 mg, setiap 12 jam, selama 4 minggu
Fosfomycin per oral 3 gram, setiap 3 hari, selama 21 hari[14-16]
Antibiotik untuk Prostatitis Kategori III
Prostatitis kategori III diduga disebabkan oleh infeksi Ureaplasma urealitikum atau Chlamydia trachomatis walaupun pada uji 4 tabung tidak didapatkan adanya bakteri penyebab infeksi. Oleh karena itu, pada prostatitis kategori III, dipertimbangkan pemberian antibiotik yang sensitif terhadap kuman tersebut, seperti:
- Ciprofloxacin per oral 500 mg tiap 12 jam per oral, selama 4-6 minggu
- Doksisiklin per oral 100 mg tiap 12 jam per oral tiap hari, selama 4 minggu
- Kotrimoksazol per oral 160/800 mg tiap 12 jam, selama 4-6 minggu[14-16]
Antibiotik untuk Prostatitis Kategori IV
Prostatitis kategori IV umumnya ditemukan saat biopsi prostat atau analisis semen. Prostatitis ini tidak memerlukan terapi khusus dan hanya memerlukan terapi untuk kondisi primer yang menjadi alasan dilakukan biopsi atau analisis semen.[14-16]
Obat Antiinflamasi Nonsteroid
Pemberian obat antiinflamasi nonsteroid bertujuan untuk mengatasi rasa nyeri pada pada prostatitis kategori III. Obat diberikan secara simtomatik sampai gejala menghilang. Obat antiinflamasi nonsteroid yang direkomendasikan adalah celecoxib oral 100–200 mg setiap 12 jam.[14,15,17]
Penghambat Adrenergik Alfa
Penelitian menunjukkan bahwa kombinasi penghambat adrenergik alfa dengan antibiotik dapat mengurangi risiko kekambuhan prostatitis pada prostatitis kronis. Penghambat adrenergik alfa mampu memperbaiki obstruksi bladder outlet sehingga memperbaiki gangguan berkemih pada prostatitis. Obat penghambat adrenergik alfa yang disarankan adalah obat yang bersifat uroselektif sebagai berikut:
Tamsulosin oral 0,4mg 1 kali per hari, selama 12 minggu
Alfuzosin oral 10 mg 1 kali per hari, selama 12 minggu[14,15]
Terapi Suportif
Terapi suportif untuk prostatitis sering kali berupa kateterisasi. Disarankan untuk menggunakan kateter suprapubik untuk menghindari blokade saluran prostat oleh kateter transurethral. Selain itu, kateter transurethral juga akan menyebabkan rasa sakit pada pasien. Kateterisasi suprapubik ini hanya digunakan jika terdapat retensi urin.
Penanganan Operatif
Operasi diperlukan pada prostatitis yang disebabkan oleh batu prostat dan tidak membaik dengan pengobatan antibiotik jangka panjang. Prosedur yang dilakukan adalah transurethral resection of the prostate (TURP). Prosedur pembedahan lain yang dapat digunakan untuk kasus prostatitis kategori IV adalah prostatektomi laparoskopi minimal invasif.[18]