Epidemiologi Ruptur Vesika
Epidemiologi ruptur vesika terjadi pada 1.6% pasien dengan trauma tumpul abdomen. Sebanyak 60% ruptur vesika terjadi secara ekstraperitoneal, 30% intraperitoneal, dan 10% kombinasi intra-dan ektstraperitoneal.[6]
Global
Frekuensi dari ruptur vesika bervariasi menurut mekasime trauma, yaitu; trauma eksternal (82%), iatrogenik (14%), intoksikasi (2.9%), spontan (<1%). Sebanyak 60%-85% ruptur vesika terjadi akibat trauma tumpul, sedangkan 15-40% akibat luka penetrasi. Trauma tumpul paling banyak disebabkan oleh kecelakaan kendaraan (87%), jatuh (7%), dan kekerasan (6%).
Luka penetrasi paling banyak disebabkan oleh luka tembak senjata api (85%) dan tusukan benda tajam (15%). Ruptur ekstraperitoneal lebih sering terjadi (80%), biasanya pada fraktur pelvis dan melibatkan dinding anterolateral, trigonum, dan leher vesika urinaria.
Ruptur intraperitoneal lebih sering dikaitkan dengan trauma tumpul pada vesika urinaria yang terdistensi maksimal dan insiden lebih tinggi pada anak-anak karena letak vesika urinaria pada intraabdominal sebelum pubertas. Risiko tertinggi cedera vesika urinaria adalah jika trauma menyebabkan gangguan pada lingkar panggul dengan displacement lebih dari 1 cm. diastasis simfisis pubis lebih dari 1 cm, dan fraktur rami pubis.[2,3,7]
Indonesia
Epidemiologi ruptur vesika di Indonesia sendiri belum banyak dilaporkan. Terdapat sebuah penelitian mengenai trauma urologi di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru periode Januari 2009–Desember 2013 yang memaparkan bahwa terdapat total 38 (0,4%) kasus trauma urologi dari 9.381 kasus trauma bedah, dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan dan usia terbanyak dalam rentang usia 20–<30 tahun.
Jumlah kasus trauma vesika (20%) berada pada posisi ketiga terbanyak setelah trauma ginjal (32%) dan uretra (24%). Etiologi trauma urologi paling banyak disebabkan oleh trauma tumpul akibat kecelakaan kendaraan bermotor. Sebanyak 80% kasus ruptur vesika ditata laksana dengan operasi dan 20% sisanya dengan konservatif.[8]
Mortalitas
Meskipun ruptur vesika jarang terjadi, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas pasien sebanyak 22%.[9] Sebuah penelitian mengenai mortalitas pada pasien dengan ruptur vesika, menunjukkan bahwa tidak ada peningkatan angka kematian pada pasien selama dua dekade terakhir.[10]