Prognosis Ruptur Vesika
Prognosis ruptur vesika tidak lagi berakibat fatal seperti dulu. Dengan alur diagnosis dan modalitas pencitraan yang lebih baik, kebanyakan kasus dapat didiagnosis dengan cepat. Dalam beberapa kasus, pembedahan dapat membantu mempercepat penyembuhan dan mempersingkat masa tinggal di rumah sakit. Prognosis keseluruhan dipengaruhi dengan penyakit atau trauma pada organ lainnya.[1]
Komplikasi
Komplikasi ruptur vesika dapat diakibatkan langsung oleh ruptur itu sendiri atau akibat prosedur pembedahan. Komplikasi langsung dapat berupa urinary ascites (urine bebas pada ruang peritoneal), infeksi (termasuk sepsis), hematuria persisten, inkontinensia, bladder instability, dan fistula.[14]
Komplikasi pascaoperasi dapat berupa ekstravasasi urine persisten, dehisens luka, perdarahan, abses panggul, infeksi intraabdominal, infeksi saluran kemih, berkurangnya kapasitas vesika urinaria, dan inkontinensia urgensi.[3]
Prognosis
Mortalitas ruptur vesika berkisar antara 0–34%, dengan rata-rata 8%. Keadaan awal pasien saat datang ke rumah sakit memengaruhi prognosis ruptur vesika.[12] Beberapa faktor yang dapat meningkatkan mortalitas adalah ketepatan diagnosis, tata laksana, adanya fraktur pelvis, tekanan darah sistolik <90 mmHg, Injury Severity Score (ISS) <25, dan Revised Trauma Score (RTS) <7.84.
Sebaliknya, pasien yang stabil secara hemodinamik dengan Glasgow Coma Scale yang lebih tinggi dan pernafasan normal memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang lebih rendah.[10] Wanita lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami ruptur vesika daripada pria, tetapi berisiko lebih tinggi untuk mengalami ruptur vesika yang tidak terdiagnosis.[15]
Ruptur vesika yang tidak terdiagnosis dan tidak ditata laksana dapat menyebabkan kebocoran urine ke rongga abdomen yang mengakibatkan infeksi dan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas.[16]