Edukasi dan Promosi Kesehatan Spermatokel
Edukasi pasien mengenai spermatokel terkait pilihan tata laksana seperti spermatokelektomi, maupun aspirasi dengan atau tanpa skleroterapi. Risiko komplikasi tindakan, rekurensi dan hubungannya dengan fertilitas perlu diinformasikan. Edukasi juga meliputi cara perawatan luka, kompres dingin, dan follow-up pasca tindakan. Promosi kesehatan dapat dilakukan dengan menganjurkan pemeriksaan mandiri pada testis untuk mendeteksi kelainan testis.[3,18,19]
Edukasi Pasien
Sebelum dilakukan tindakan penatalaksanaan seperti spermatokelektomi atau aspirasi dengan atau tanpa skleroterapi, perlu dijelaskan tindakan, risiko rekurensi, dan efek samping tindakan terutama infertilitas. Disamping itu, meski telah dilakukan pembedahan, masih terdapat kemungkinan bahwa nyeri akan menetap.[1,3]
Edukasi Pascaspermatokelektomi
Setelah tindakan spermatokelektomi, terdapat beberapa hal yang harus diinformasikan kepada pasien:
- Kompres area selangkangan selama 20 menit, kemudian istirahat 20 menit, selanjutnya kompres dilanjutkan kembali 20 menit. Hal ini dilakukan 24 jam setelah operasi
- Penggunaan penyangga skrotum disarankan minimal hingga 48 jam setelah pulang dari rumah sakit, aktivitas sehari-hari yang ringan dapat dimulai setelah 48 jam pascatindakan
- Elevasi skrotum saat pasien berbaring telentang dapat mengurangi edema
- Jaga luka operasi tetap kering hingga 48 jam setelah pulang
- Hindari aktivitas fisik berat, hubungan seksual maupun masturbasi hingga 1 minggu
- Pasien direncanakan untuk evaluasi luka pada 2–6 minggu setelah pulang
- Pasien digunakan untuk menggunakan pakaian yang tidak ketat, terutama di area skrotum[3,21]
Edukasi Pascaskleroterapi
- Hindari penekanan di daerah skrotum
- Pasien boleh pulang setelah observasi selam 1–3 jam tanpa batasan aktivitas fisik
- Pasien dievaluasi kembali 1 bulan dan 4–6 bulan setelah tindakan. Jika terdapat rekurensi, dapat ditawarkan kepada pasien untuk menjalani skleroterapi tambahan atau eksisi[3]
Promosi Kesehatan
Pemeriksaan testis mandiri adalah pemeriksaan yang dilakukan sendiri oleh individu atau pasien secara regular minimal satu kali sebulan. Pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa testis menggunakan kedua tangan saat mandi di depan cermin. Jika dilakukan rutin setiap bulan, maka apabila terdapat perubahan struktur dapat dideteksi lebih awal. Pemeriksaan testis mandiri dapat berguna untuk deteksi dini berbagai kelainan pada testis seperti spermatokel, varikokel, tumor jinak, dan lain-lain.[18,19]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli