Prognosis Spermatokel
Prognosis spermatokel dipengaruhi terapi, dengan kemungkinan rekurensi lebih tinggi dengan terapi aspirasi tanpa skleroterapi. Tindakan spermatokelektomi sampai saat ini lebih dipilih, walaupun berisiko komplikasi seperti perdarahan dan infeksi.[3]
Komplikasi
Komplikasi pascaoperasi pada spermatokel umumnya merupakan komplikasi ringan seperti nyeri pasca operasi dan infeksi luka operasi. Walaupun jarang, komplikasi perdarahan dan infeksi tetap dapat terjadi. Komplikasi yang terjadi dapat bervariasi tergantung dengan tindakan pembedahan yang dilakukan.[3,6,12]
Komplikasi Spermatokelektomi
Tindakan spermatokelektomi memiliki risiko trauma dan obstruksi epididimis. Trauma epididimis dilaporkan terjadi pada 17% pasien. Trauma epididimis dapat mengakibatkan infertilitas. Terdapat juga komplikasi lain seperti hematom dan perdarahan pada skrotum, infeksi luka operasi, pembengkakan dan rekurensi spermatokel, tetapi hal tersebut jarang terjadi.[1,3,6]
Komplikasi Skleroterapi
Skleroterapi juga memiliki komplikasi serupa dengan spermatokelektomi, yaitu trauma epididimis, infertilitas, perdarahan, infeksi, dan rekurensi spermatokel. Disamping itu, skleroterapi memiliki risiko terjadinya epididimitis kimiawi akibat agen skleroterapi. Penebalan dinding skrotum dapat terjadi akibat reaksi inflamasi yang disebabkan oleh agen kimia tersebut.
Nyeri pasca tindakan ditemukan pada 10% dengan nyeri ringan, 4% pasien mengalami nyeri sedang, dan 3% pasien mengalami nyeri berat. Agen sklerosan dapat mempengaruhi spermatogenesis. Sebuah penelitian oleh Osegbe et al, melaporkan penurunan konsentrasi sebanyak 78% pada analisis sperma 6 bulan setelah skleroterapi menggunakan tetrasiklin.[3,17]
Prognosis
Prognosis spermatokel dipengaruhi oleh pilihan tata laksana, di mana rekurensi lebih banyak terjadi pada tindakan aspirasi tanpa skleroterapi. Spermatokelektomi memiliki prognosis yang lebih baik dilihat dari kejadian rekurensi, sehingga merupakan tindakan pilihan pada spermatokel simtomatik. Sebuah penelitian menyebutkan 94% pasien yang menjalani eksisi tidak merasakan nyeri pasca tindakan.[3,6]
Efektivitas skleroterapi dilaporkan lebih rendah dibandingkan dengan spermatokelektomi. Tingkat kesuksesan skleroterapi diperkirakan sekitar 65%, dan angka kesuksesan dipengaruhi oleh agen sklerosan yang digunakan. Skleroterapi pada spermatokel yang berukuran besar dan spermatokel multilokular cenderung lebih sering mengalami rekurensi.[3,17]
Akan tetapi, kelebihan skleroterapi adalah risiko komplikasi bekas luka yang lebih rendah dan biayanya lebih murah. Sebuah penelitian melaporkan bahwa komplikasi pasca operasi dialami oleh 25% pasien yang menjalani skleroterapi. Dua dari lima pasien yang mengalami nyeri pasca operasi kemudian menjalani vasektomi bilateral.[3,17]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli