Edukasi dan Promosi Kesehatan Torsio Testis
Edukasi dan promosi kesehatan pada pasien torsio testis menitikberatkan pada prognosis dan efek samping dari tata laksana yang dilakukan, terutama bila dilakukan orkidektomi.
Edukasi Pasien
Edukasi pasien dengan torsio testis harus meliputi pentingnya pemeriksaan testis yang akan dilakukan. Informed consent harus dilakukan dengan baik sebelum pemeriksaan genitalia yang dilakukan. Pasien juga harus mengetahui pentingnya kecepatan mendapatkan tata laksana dan prognosis pasien. Kemungkinan adanya deformitas alat kelamin akibat kehilangan testis atau atrofi testis harus diberitahukan serta efek sampingnya, seperti gangguan psikis, gangguan hormon, abnormalitas tanda pubertas sekunder, dan infertilitas. Pasien dengan riwayat torsio testis juga sering kali mengalami rekurensi, meskipun telah dilakukan operasi untuk fiksasi testis.[8-10]
Pencegahan
Pencegahan torsio testis dapat dilakukan dengan cara melakukan skrining pemeriksaan testis pada seluruh neonatus laki-laki. Pasien-pasien dengan kelainan kongenital, seperti kriptorkismus, deformitas bell clapper, undesensus testis, dan lainnya memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami torsio testis, sehingga memerlukan pemeriksaan lebih ketat dan dirujuk ke dokter spesialis urologi untuk mendapatkan penanganan. Pasien dengan torsio testis intermiten juga sebaiknya disarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih lebih lanjut ke dokter spesialis urologi.[7,8]
Pencegahan sekunder pada pasien-pasien yang mengalami torsio testis juga dapat dilakukan dengan cara melakukan orkidopeksi pada testis kontralateral saat dilakukan pembedahan. Pasien-pasien yang mengalami orkidopeksi juga dapat mengalami rekurensi, sehingga diperlukan penggunaan benang jahit yang adekuat.[7,8]
Studi terbaru mendapatkan bahwa pemberian dimetilsulfoksida (DMSO) dapat memberikan efek proteksi terhadap pasien-pasien yang mengalami torsio pada tahap awal, sehingga dapat mencegah kerusakan testis lebih lanjut akibat stress oksidatif. Dipeptida alanil-glutamin juga dapat mencegah iskemia lebih lanjut dan mengurangi stress oksidatif, sehingga dapat mencegah kerusakan testis lebih lanjut saat terjadi reperfusi. Meskipun demikian, metode ini masih memerlukan studi lebih lanjut.[7,8]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja