Epidemiologi Torsio Testis
Epidemiologi torsio testis lebih banyak pada laki-laki usia remaja dan neonatus. Sebanyak 65% kasus torsio testis terjadi pada kelompok usia 12-18 tahun, namun torsio testis tetap dapat terjadi pada seluruh kelompok usia. Torsio testis juga merupakan penyebab nyeri skrotum akut yang paling sering terjadi. Epidemiologi torsio testis di Indonesia belum tercatat secara pasti.[2,8,16]
Global
Di Amerika Serikat, insiden per tahun torsio testis ditemukan sebanyak 4,5 kasus per 100.000 laki-laki usia 1-25 tahun, 3,8 kasus per 100.000 laki-laki usia < 18 tahun, dan 1,1 kasus per 100.000 laki-laki pada seluruh kelompok usia.[1,11]
Sebuah studi epidemiologi secara nasional di Taiwan mencatat insiden torsio testis sebanyak 3,5 kasus per 100.000 laki-laki usia < 25 tahun per tahun. Sedangkan, di Korea tercatat bahwa insiden torsio testis sebanyak 1,1 kasus per 100.000 laki-laki per tahun, dengan insiden tertinggi pada usia < 25 tahun (2.9 kasus per 100.000 laki-laki per tahun).[16]
Indonesia
Belum ada data epidemiologi nasional mengenai torsio testis di Indonesia.
Mortalitas
Torsio testis pada umumnya tidak menyebabkan kematian, namun dapat menyebabkan kematian jaringan testis. Kematian testis pada umumnya terjadi sebanyak 39-71%, sehingga membutuhkan tindakan orkiektomi. Kematian testis juga dapat terjadi hingga 100% apabila torsio testis tidak terdiagnosis dengan baik sehingga menyebabkan morbiditas berupa infertilitas pria.[1]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja