Penatalaksanaan Torsio Testis
Penatalaksanaan torsio testis harus dilakukan dengan cepat. Tujuan utama penatalaksanaan torsio testis adalah mengembalikan aliran darah ke testis yang mengalami iskemia. Pilihan tata laksana definitif pasien torsio testis adalah tindakan pembedahan, baik dengan orkidopeksi ataupun orkiektomi. Seluruh pasien yang mengalami torsio testis harus dikonsultasikan ke dokter spesialis urologi. Kecepatan pasien mendapatkan tata laksana akan sangat menentukan prognosis pasien.[1,3,6,8,10,13]
Detorsio Manual
Detorsio manual bukan merupakan terapi definitif pada pasien torsio testis. Prosedur ini juga tidak dapat menunda ataupun menggantikan tindakan operatif yang diperlukan. Detorsio manual preoperatif terbukti meningkatkan luaran tindakan pembedahan. Prosedur ini sebaiknya dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih.[1,2,8,19]
Detorsio manual dilakukan dengan cara memegang inferior pole testis dari bawah dan melakukan gerakan supinasi secara perlahan-lahan, seperti gerakan membuka buku. Detorsio yang berhasil akan menghasilkan penurunan rasa nyeri yang signifikan, menurunkan testis, mengembalikan letak vertikal testis, dan mengembalikan aliran darah testis. Rotasi dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk detorsio testis secara total, terutama pada kasus dengan torsio lebih dari 360 derajat. Pemberian analgestik intravena dapat membantu pasien merasa nyaman dan manuver ini dapat dilakukan dengan lebih baik.
Detorsio manual harus dilanjutkan dengan tindakan pembedahan untuk fikasis testis (orkidopeksi) untuk menurunkan risiko rekurensi.[1,2,8,19]
Tindakan Pembedahan
Tindakan pembedahan merupakan terapi definitif dan baku emas pada pasien-pasien dengan torsio testis. Tindakan pembedahan umumnya dilakukan dengan eksplorasi skrotum untuk orkidopeksi, beberapa pilihan tindakan yang dapat dilakukan. Waktu terbaik untuk melakukan operasi pada torsio testis adalah 6-8 jam dengan tingkat keberhasilan pencegahan kerusakan jaringan dan fungsi testis 90-100%. Walau demikian, operasi yang dilakukan dalam 12 jam pertama masih menunjukkan tingkat keberhasilan yang tinggi (70-80%). Kecepatan dilakukan operasi akan menentukan prognosis pasien.[1,6,8,13,20]
Eksplorasi Skrotum
Pembedahan dapat dilakukan dalam anestesi total ataupun spinal. Tindakan pada umumnya dilakukan dengan pendekatan transskrotal. Eksplorasi dilakukan dengan cara membuat insisi transversal dengan pisau bedah pada bagian ipsilateral sepanjang 3-4 cm hingga mencapai tunika vaginalis dan lakukan diseksi tumpul ke arah distal dan medial pada bagian skrotum yang avaskular untuk memisahkan kulit skrotum. Tunika vaginalis kemudian dapat dibuka hingga testis terlihat dengan jelas. Kemudian detorsio dapat dilakukan. Apabila didapati bahwa testis viabel, maka orkidopeksi dapat dilakukan. Apabila testis sudah tidak viabel, maka orkidektomi dapat dilakukan. Insisi dapat ditutup setelah status hemodinamik pasien stabil.[1,6,8,13]
Orkidopeksi
Orkidopeksi dilakukan untuk fiksasi testis ke dinding dalam skrotum guna mencegah torsio berulang. Orkidopeksi dilakukan apabila viabilitas testis adekuat. Apabila terdapat tanda-tanda iskemia, viabilitas testis dievaluasi kembali setelah 15 menit dalam cairan normal salin hangat. Fiksasi pada tunika albuginea ke arah longitudinal hingga raphe medialis. Tunika vaginalis umumnya dibiarkan terbuka. Insufisiensi jahitan dapat menyebabkan retorsio setelah orkidopeksi, sehingga jahitan sebaiknya dilakukan dengan benang non-absorbable, jahitan sirkuler dan kontinu dengan total empat titik fiksasi. Orkidopeksi dapat dilakukan bilateral ataupun ipsilateral. Orkidopeksi pada testis kontralateral direkomendasikan untuk dilakukan, terutama bila terdapat deformitas bell clapper dan pada pasien neonatus.[1,10,13]
Orkidektomi
Orkidektomi merupakan terapi torsio testis yang paling akhir dan dilakukan apabila setelah detorsio, testis tidak viabel atau tampak nekrosis berat. Orkidektomi ipsilateral umumnya dilakukan bersamaan dengan orkidopeksi kontralateral. Keterlambatan dilakukan terapi menjadi risiko utama dilakukannya orkidektomi. Pasien-pasien setelah orkidektomi pada umumnya mengalami gangguan psikologis, seperti depresi dan gangguan gambar diri. Pada pasien-pasien ini, prostesis testis dapat direkomendasikan.[1,6,8,10,13,21]
Implan Testis
Deformitas akibat kehilangan testis sering kali terjadi pasca orkidektomi. Hal ini dapat menyebabkan gangguan psikis pada pasien-pasien torsio testis. Implan dengan silikon cairan salin (saline-filled silicone) dapat secara aman digunakan untuk memperbaiki estetika testis dan sudah mulai marak dilakukan. Implan prostesis testis dilakukan pada operasi kedua, tidak bersamaan dengan orkidektomi.[8,10,13,21]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja