Komplikasi Liposuction
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat liposuction atau sedot lemak adalah deformitas kontur, kurang regulernya kulit, kulit mengelupas atau sloughing, nekrosis, hematoma, serta seroma. Tindakan ini juga mungkin menyebabkan cedera jaringan lunak di sekitar dan emboli lemak.[1]
Komplikasi jangka pendek liposuction dapat berupa:
- Infeksi luka
- Hematoma, ekimosis
- Seroma
- Nekrosis kulit
- Edema
- Parestesia
- Emboli lemak, emboli paru[2]
Sementara itu, komplikasi jangka panjang liposuction dapat berupa:
- Deformitas kontur
- Hiperpigmentasi
- Terbentuknya jaringan parut hipertrofik
- Limfedema[2]
Dari seluruh komplikasi di atas, komplikasi yang paling sering terjadi adalah deformitas kontur kulit (depresi atau elevasi), panniculus kulit, lipatan, dan kerutan kulit. Deformitas kontur merupakan komplikasi yang dapat dicegah dengan cara menggunakan kanula berdiameter kecil, menghindari penyedotan di lapisan kulit superfisial, dan memakai teknik “crisscrossing” serta prosedur lisis lemak pascaoperasi.[2]
Seroma merupakan terbentuknya cairan serosa karena kerusakan jaringan fibrosa pada kulit. Seroma terbentuk karena kerusakan pembuluh darah atau jaringan limfatik akibat penggunaan kanula.[2]
Emboli lemak merupakan komplikasi yang jarang terjadi. Namun, komplikasi ini memiliki mortalitas yang tinggi, yaitu 10–15%, sehingga evaluasi tanda dan gejala awal emboli lemak harus dilakukan 12–72 jam setelah prosedur. Komplikasi emboli lemak biasanya terjadi pada liposuction di area gluteal.[2]
American College of Chest Physicians telah mengeluarkan suatu sistem skoring untuk memprediksi risiko tromboemboli vena pada pasien bedah plastik. Selain itu, ada juga panduan profilaksis tromboemboli vena berdasarkan skor Caprini.[3]
Tabel 2. Skor Caprini, Risiko Tromboemboli Vena, dan Rekomendasi Profilaksis
Skor Caprini | Risiko Tromboemboli Vena | Rekomendasi Profilaksis |
0–2 (risiko sangat rendah) | Tidak ada | Ambulasi dini saja |
3–4 (risiko rendah) | 0,6% | Profilaksis mekanik Ambulasi dini |
5–6 (risiko sedang) | 1,3% | Profilaksis farmakologis dengan low-molecular weight heparin (LMWH) atau unfractionated heparin (UH) pascaoperasi
ATAU Profilaksis mekanik
ATAU Ambulasi dini |
7–8 (risiko tinggi) | 2,7% | Profilaksis farmakologis dengan LMWH atau UH pascaoperasi Profilaksis mekanik Ambulasi dini |
>8 (risiko sangat tinggi) | 11,3% | Profilaksis farmakologis dengan LMWH pascaoperasi selama 4 minggu Profilaksis mekanik Ambulasi dini |
Sumber: dr. Dyah, 2020.[3]