Teknik Liposuction
Teknik liposuction atau sedot lemak yang paling umum adalah teknik suction-assisted lipectomy. Opsi lain adalah ultrasound-assisted lipectomy, laser-assisted lipectomy, vibration amplification of sound energy at resonance, dan power-assisted lipectomy. Modifikasi teknik-teknik ini terus dikembangkan untuk mencapai hasil yang lebih optimal dan meminimalkan risiko.[1-3]
Persiapan Pasien
Persiapan pasien yang akan menjalani liposuction hendaknya mencakup manajemen ekspektasi, skrining status gizi dan kondisi psikiatrik, evaluasi komorbiditas dan riwayat pengobatan, serta pengambilan foto dan penandaan area tindakan (marking).
Manajemen Ekspektasi, Skrining Status Gizi, dan Skrining Kondisi Psikiatrik
Liposuction harus didahului oleh konsultasi mengenai tujuan tindakan serta ekspektasi pasien setelah tindakan. Hasil terbaik dari prosedur liposuction biasanya didapat pada pasien yang tidak obesitas dengan kadar lemak ringan sampai sedang serta pasien yang memiliki kulit elastis.[3]
Untuk mencapai kontur kulit terbaik, pasien disarankan agar memiliki berat badan stabil setidaknya 6 bulan sebelum merencanakan liposuction. Oleh karena itu, konsultasi dengan ahli gizi menjadi salah satu langkah penting sebelum liposuction.[3]
Skrining pasien terhadap kemungkinan beberapa kelainan psikiatri seperti gangguan makan, riwayat massive-weight-loss (MWL), dan body dysmorphic disorder (BDD) juga perlu dilakukan. Kelainan ini memiliki insiden 7–15% tetapi sering tidak terdiagnosis. Kelainan ini berisiko menyebabkan ketidakpuasan pasien terhadap hasil liposuction.[3]
Saat evaluasi, dokter juga harus membantu pasien memiliki pandangan dan ekspektasi yang realistis terhadap bentuk tubuh setelah liposuction. Dokter juga perlu menjelaskan mengenai komplikasi jangka pendek dan jangka panjang yang mungkin timbul.[2,3]
Evaluasi Komorbiditas dan Riwayat Pengobatan
Beberapa komorbiditas yang berpotensi menjadi penyulit juga harus dievaluasi, seperti riwayat diabetes mellitus, kelainan jantung paru, sleep apnea, riwayat merokok, riwayat pengobatan, riwayat alergi, serta riwayat operasi sebelumnya.[3]
Pasien diabetes yang akan menjalani prosedur liposuction sebaiknya memiliki kontrol glikemik yang baik, dengan kadar HbA1c <6,5%. Selain itu, pasien yang merokok sebaiknya berhenti merokok minimal 1 bulan sebelum liposuction.[3]
Usia lanjut, obesitas, serta kelainan jantung paru merupakan beberapa komorbiditas yang berpotensi menyebabkan komplikasi tromboemboli vena, sehingga pasien dengan kondisi tersebut sebaiknya dikonsultasikan dengan spesialis terkait sebelum menjalani liposuction.[3]
Beberapa riwayat pengobatan dan konsumsi suplementasi juga perlu dievaluasi. Pasien dengan riwayat konsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), aspirin, minyak ikan, kontrasepsi hormonal, dan obat-obatan herbal memiliki risiko perdarahan, tromboemboli vena, serta interaksi obat yang berhubungan dengan prosedur anestesi.[3]
Pasien direkomendasikan untuk menghentikan OAINS dan aspirin 1–2 minggu sebelum tindakan, menghentikan obat herbal 7 hari sebelum tindakan, serta menghentikan penggunaan hormon 4 minggu sebelum tindakan.[3]
Beberapa pemeriksan fisik yang harus dilakukan dalam persiapan liposuction adalah pengukuran tinggi badan, berat badan, serta indeks massa tubuh. Selain itu, dokter juga perlu mengevaluasi beberapa faktor terkait lokasi operasi, seperti lipodistrofi dan deformitas kontur kulit pada area yang akan dioperasi, elastisitas serta kualitas kulit, derajat asimetri kulit, adanya selulit, kekuatan otot, serta zones of adherence.[3]
Pengambilan Foto dan Marking
Saat persiapan pasien untuk liposuction, dokter perlu mengambil beberapa foto dari sisi anterior, posterior, lateral, serta oblique untuk membandingkan bentuk tubuh sebelum dan sesudah liposuction.[3]
Sebelum prosedur, dokter juga harus menandai area tubuh pasien (marking) yang akan diambil lemaknya. Proses ini dilakukan dalam posisi pasien berdiri. Beberapa area yang harus ditandai adalah area prosedur, area selulit, serta zona yang harus dihindari. Setelah ditandai, pasien harus melihat secara langsung di cermin dan mengonfirmasi area yang ditandai. Pada liposuction yang melibatkan area yang luas atau melibatkan beberapa area, tahap marking ini mungkin akan memerlukan waktu lebih lama.[2,3]
Peralatan
Detail peralatan yang diperlukan untuk prosedur liposuction dapat bervariasi tergantung pada teknik yang digunakan. Akan tetapi, untuk suction-assisted lipectomy (SAL) yang umum dilakukan, peralatan yang dibutuhkan adalah kanula dan wetting solutions.
Kanula
Saat ini beberapa kanula dengan ujung (tip) yang berbeda-beda telah dikembangkan. Penggunaan kanula dengan ujung tumpul bermanfaat untuk meminimalkan trauma jaringan, kehilangan darah, serta penetrasi tidak sengaja pada permukaan jaringan, seperti fascia, peritoneum, atau pleura.[3]
Berdasarkan tujuan penggunaannya, kanula dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis. Kanula yang dipakai untuk aspirasi adalah kanula berongga, sedangkan kanula yang dipakai untuk prosedur ultrasonografi atau emisi radiofrekuensi adalah kanula tanpa rongga.[3]
Selain dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, kanula juga memiliki beberapa diameter. Pemilihan jenis kanula berdasarkan diameternya tergantung pada lokasi serta kedalaman area prosedur dan jenis prosedurnya (separasi, aspirasi, atau ekualisasi).[3]
Sesuai dengan hukum Poiseuille yang menyatakan bahwa kecepatan aliran pada suatu saluran meningkat seiring dengan penambahan radiusnya, eliminasi lemak tentu akan meningkat seiring dengan bertambahnya diameter kanula. Namun, penggunaan kanula dengan diameter besar meningkatkan risiko kerusakan struktur dan jaringan superfisial di sekitar, sehingga menyebabkan kontur kulit tidak rata.[3]
Secara umum, kanula dengan diameter besar (3,5–5,0 mm) digunakan untuk prosedur separasi serta ekualisasi di area dengan kulit tebal, sedangkan kanula kecil (2,5–3,5 mm) digunakan untuk suctioning serta pembentukan kontur di area superfisial.[3]
Kanula dapat dimiringkan pada bagian ujung distal untuk mencegah penetrasi pada bidang yang lebih dalam. Hal ini bermanfaat untuk prosedur liposuction pada area yang sulit, seperti bagian perut atas dan gluteal. Untuk pencegahan cedera jaringan, operator harus mengetahui ujung lokasi kanula dengan cara melakukan palpasi menggunakan tangan yang tidak dominan.[3]
Ada beberapa variasi bentuk ujung kanula. Saat ini bentuk ujung kanula yang paling banyak ditemui adalah kanula dengan ujung berbentuk keranjang dan Mercedez tip. Kanula dengan Mercedes 3–aperture tip paling banyak digunakan untuk aspirasi lemak, sedangkan kanula dengan ujung berbentuk keranjang digunakan untuk separasi dan ekualisasi lemak.[3]
Wetting Solutions
Wetting solutions untuk prosedur liposuction terdiri dari cairan isotonik (Ringer laktat atau salin normal) yang biasanya mengandung zat aditif seperti epinefrin atau agen anestesi lokal. Penggunaan wetting solutions bermanfaat dalam memfasilitasi prosedur pengeluaran lemak melalui hidrodiseksi.[3]
Sebelum ditemukannya wetting solutions, prosedur liposuction dilakukan menggunakan teknik kering (dry technique) dan menyebabkan komplikasi kehilangan darah yang lebih banyak pada pasien.[3]
Tabel 1. Perbandingan Tipe Wetting Solutions dan Estimasi Kehilangan Darah
Teknik | Rasio Volume Infiltrat terhadap Aspirat | Estimasi Kehilangan Darah (Persentase Volume yang Teraspirasi) |
Dry | Tidak ada infiltrat | 20–45% |
Wet | 1:1,5–2,0 (200 ml infiltrat per area) | 4–30% |
Superwet | 1:1 | 1–4% |
Tumescent | 3:1 (infiltrasi ekstensif hingga turgor kulit terlihat) | 1% |
Sumber: dr. Dyah, 2020.[3]
Walaupun risiko kehilangan darah pada teknik superwet dan tumescent hampir serupa, teknik tumescent jarang digunakan karena ada risiko volume overload.[5]
Beberapa zat yang dapat digunakan sebagai campuran dalam wetting solution adalah epinefrin dan lidocaine. Namun, penggunaan epinefrin untuk liposuction diketahui bisa meningkatkan denyut jantung dan tekanan rerata arteri pulmonal. Oleh karena itu, perlu ada penapisan riwayat penyakit kardiovaskular, hipertensi berat, feokromositoma, serta hipertiroid tidak terkontrol sebelum pasien menjalani liposuction.[3]
Lidocaine dapat digunakan sebagai wetting solution dengan dosis 15–30 ml lidocaine 1% dalam 1.000 ml cairan isotonik. Beberapa literatur juga menyarankan penambahan bikarbonat ke dalam wetting solution untuk menurunkan derajat keasaman lidocaine, sehingga dapat meminimalkan nyeri. Namun, hal ini belum terbukti efektif.[3]
Peralatan Lain
Beberapa peralatan lain yang digunakan dalam prosedur liposuction adalah peralatan infus serta kateter Foley bila diperlukan untuk memonitor balance cairan pasien.[3]
Posisi Pasien
Proses marking atau penandaan area operasi dengan surgical marker dilakukan dalam posisi pasien berdiri seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Marking tidak boleh dilakukan dalam posisi pasien sedang berbaring karena pergerakan lapisan lemak akan membuat hasil kurang akurat.[1]
Setelah marking selesai dan liposuction akan dilakukan, ada dua pendekatan posisi pasien yang dapat dipilih. Pertama adalah posisi pronasi diikuti posisi supinasi. Kedua adalah posisi supinasi yang diikuti dengan posisi lateral decubitus.[3]
Tiap posisi memiliki keunggulan dan keterbatasan. Posisi pronasi-supinasi membuat operator dapat membandingkan kesesuaian serta simetrisitas sisi tubuh. Namun, posisi ini memerlukan dua kali persiapan pasien. Posisi supinasi-lateral decubitus membuat operator dapat melakukan persiapan sirkumferensial satu kali saja. Namun, operator menjadi lebih sulit membandingkan simetrisitas area satu dengan area di sisi lainnya.[3]
Prosedural
Sesaat sebelum prosedur, dokter perlu melakukan pre-warming protocol. Penggunaan selimut penghangat khusus dan sequential compression devices (SCDs) ditempatkan di area operasi 60 menit sebelum prosedur dan sepanjang prosedur. Ketika di ruang operasi, posisikan pasien di atas selimut penghangat pada seluruh tubuh. Bagian tubuh lain selain lokasi tindakan juga ditutup dengan selimut penghangat.[3]
Untuk mencegah hipotermia, pasien diberikan cairan intravena dan wetting solution yang sudah dihangatkan. Komplikasi hipotermia (suhu inti tubuh <38,5°C) sering terjadi terutama pada liposuction yang melibatkan lokasi cukup luas. Selain itu, komplikasi hipotermia juga dapat terjadi karena efek anestesi serta regulasi saraf autonom.[2,3]
Setelah pre-warming protocol, siapkan posisi pasien dan berikan anestesi. Umumnya, liposuction memerlukan anestesi umum. Beberapa literatur menyarankan pemberian antibiotik profilaksis tetapi hal ini masih kontroversial karena insiden infeksi setelah liposuction dilaporkan tidak banyak. Bila pasien berisiko infeksi, antibiotik yang dipilih dapat berupa sefalosporin generasi 1. Pada pasien dengan riwayat methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), vancomycin dapat dipilih.[3]
Operator memilih jenis kanula berdasarkan teknik liposuction, lokasi liposuction, serta luas dan kedalaman area liposuction. Jenis insisi ditentukan berdasarkan beberapa faktor. Insisi harus memungkinkan operator mengakses area operasi dari beberapa arah. Selain itu, insisi juga harus cukup besar untuk ukuran kanula.
Insisi bilateral harus diposisikan asimetris. Untuk meningkatkan akses serta meminimalkan risiko cedera kanul intraabdominal atau intrapleural, tambahan insisi mungkin diperlukan.[3,4]
Suction-Assisted Lipectomy atau SAL
Teknik ini menggunakan tekanan negatif pada ujung kanula untuk mengeluarkan lemak. Pada teknik ini, prosedur penyedotan lemak pada lapisan superfisial harus dihindari. Hal ini bertujuan untuk mencegah beberapa komplikasi kosmetik, seperti munculnya dimple, hiperpigmentasi, dan kontur permukaan kulit yang tidak rata.[2]
Kerusakan septum jaringan ikat vertikal di lapisan lemak superfisial bisa menyebabkan deformitas kontur kulit. Namun, sifat jaringan lemak superfisial tersebut memiliki keuntungan pada beberapa prosedur sedot lemak, misalnya abdominal etching, yang menyebabkan kontur perut terlihat jelas (pada 6-pack abs).[2]
Untuk meminimalkan cedera termal serta gejala sisa, teknik SAL biasanya digunakan untuk evakuasi setelah ultrasound-assisted lipectomy (UAL) untuk mengurangi paparan gelombang ultrasonografi.[3]
Ultrasound-Assisted Lipectomy atau UAL
Teknik ini menggunakan gelombang ultrasonografi untuk mengemulsi lemak sebelum jaringan lemak dikeluarkan. Teknik UAL bermanfaat untuk liposuction yang melibatkan area dengan banyak jaringan ikat, seperti regio punggung, dada, dan pinggul atas.[2]
Selain berisiko menyebabkan deformitas kontur kulit, hiperpigmentasi, dan parestesia, teknik UAL juga membutuhkan sayatan yang lebih besar dengan waktu operasi yang lebih lama daripada teknik SAL, sehingga terdapat risiko peningkatan cedera jaringan akibat energi termal pada jaringan subdermal.[2,3]
Laser-Assisted Lipectomy atau LAL
Pada teknik ini, lakukan insisi kecil pada lokasi liposuction untuk memasukkan serat laser. Komplikasi seperti luka bakar serta infeksi kulit jarang terjadi. Salah satu studi menyebutkan bahwa teknik LAL memiliki laju komplikasi sebesar 0,93%.[2]
Vibration Amplification of Sound Energy at Resonance atau VASER
Teknik ini menggunakan gelombang ultrasonografi dengan energi yang lebih rendah. Dengan probe berukuran kecil, sejumlah energi diemisikan untuk menurunkan risiko kerusakan jaringan. Keunggulan teknik VASER adalah peningkatan retraksi kulit dan penurunan risiko kehilangan darah maupun kerusakan termal (masalah kontur, seroma, dan kerusakan kulit).[3]
Power-Assisted Lipectomy atau PAL
Prosedur ini menggunakan sumber daya eksternal seperti pompa vakum elektrik. Teknik ini memungkinkan pengeluaran jaringan adiposa dalam volume besar dan dari lokasi dengan konsentrasi jaringan ikat yang tinggi, karena daya eksternal pada teknik ini membantu mengurangi kelelahan operator.[2]
Untuk liposuction di area yang melingkar, teknik SAFE (separation, aspiration, and fat equalization) dapat digunakan. Teknik SAFE diketahui mampu memaksimalkan aspirasi lemak, mengurangi kerusakan vaskular dan kontur kulit, serta meningkatkan retraksi kulit. Teknik ini diawali dengan infiltrasi menggunakan teknik superwet dengan kanula berujung exploded basket (simultaneous separation and tumescence).[3]
Follow Up
Setelah liposuction, dokter meminta pasien untuk menggunakan pakaian kompresi (compression garment) dengan ukuran yang sesuai. Penggunaan jangka panjang selama 6–8 minggu dapat membantu membentuk area yang telah disedot lemaknya, mengurangi pembengkakan, meningkatkan kenyamanan, serta mencegah seroma. Pakaian kompresi yang digunakan harus berukuran yang sesuai. Penggunaan pakaian kompresi yang terlalu ketat dapat memicu stasis vena.[3]
Pasien liposuction umumnya dapat dirawat jalan. Akan tetapi, pasien yang menjalani liposuction luas (penyedotan lemak >5.000 mL) dan/atau liposuction pada beberapa area sekaligus harus dipantau selama 24 jam awal untuk memastikan bahwa stabilitas hemodinamiknya baik.[1,3,4]