Teknik Rinoplasti
Terdapat dua teknik rinoplasti, yaitu rinoplasti tertutup dan terbuka. Pada rinoplasti tertutup, insisi prosedur dilakukan dari dalam melalui lubang hidung, sedangkan pada rinoplasti terbuka, kulit diinsisi dan dibuka mulai dari kolumela, sehingga kartilago nasal terekspos. Teknik rinoplasti terbuka memberikan visualisasi dan ruang gerak untuk modifikasi yang lebih leluasa.
Persiapan Pasien
Persiapan pasien sebelum menjalani rinoplasti mencakup 5 aspek, yaitu penetapan target atau ekspektasi operasi, pemeriksaan hidung, fotografi hidung, perencanaan dan permintaan informed consent, serta persiapan graft.
Penetapan Target dan Ekspektasi Operasi
Dokter bersama pasien membicarakan motivasi dan ekspektasi pascaoperasi yang ingin dicapai oleh pasien. Dokter memberikan perspektif profesionalnya tentang realistis atau tidaknya ekspektasi pasien, baik dari segi fungsional maupun estetika.
Dokter perlu memperhatikan preferensi personal pasien tentang bentuk hidung yang ideal, tetapi juga perlu memberikan rekomendasi proporsi atau sudut tertentu yang sesuai standar estetika. Misalnya, sudut nasolabial dinilai baik bila berkisar di antara 90–105 derajat pada laki-laki dan 100–120 derajat pada perempuan, sementara sudut nasofasial yang baik adalah sekitar 30–40 derajat.
Sudut nasofrontal dinilai baik bila berkisar antara 115–130 derajat, sedangkan kolumela dinilai baik apabila berada 2–3 mm di bawah batas inferior nostril.[3,5]
Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan visual dan palpasi hidung penting dilakukan untuk mengetahui apakah keinginan pasien dapat dicapai dan sejalan dengan perspektif dokter. Penilaian palpasi meliputi ketebalan dan kelenturan jaringan hidung, kulit pada alar (puncak hidung), dan panjang tulang hidung.
Pemeriksaan bagian dalam hidung juga perlu dilakukan, yakni pemeriksaan vestibula dan lubang hidung, endoskopi meatus tengah, pencitraan radiografi untuk menilai patologi sinus bila diperlukan, dan pemeriksaan fungsi olfaktori praoperatif.[3,5]
Fotografi Hidung
Pengambilan foto pasien harus dijalani sebelum operasi untuk kepentingan analisis praoperatif dan perencanaan prosedur operasi. Foto praoperatif bersama dengan foto pascaoperasi memiliki nilai medikolegal serta dapat digunakan untuk memonitor hasil operasi.
Ketentuan minimum pengambilan foto adalah pengambilan profil wajah dari tampak depan dan dari profil basal. Perspektif tambahan meliputi pengambilan profil setengah wajah dari tampak samping kiri dan kanan, serta pengambilan profil wajah dari atas.[5]
Perencanaan Operasi dan Informed Consent
Informasi dan dokumentasi informed consent harus dilakukan dengan sebaik-baiknya jika indikasi operasi adalah aspek estetika, karena secara medikolegal prioritas operasi ini merupakan prioritas yang lemah.
Perencanaan operasi minimal meliputi konsultasi ekstensif pertama dan konsultasi praoperatif kedua untuk mengonfirmasi atau mengubah target awal operasi. Dokter dapat mengikutsertakan pencitraan digital komputerisasi (bila tersedia) dalam informed consent, tetapi tetap menyatakan bahwa hasil operasi bisa berbeda dengan simulasi.
Aspek penting dari informed consent yang perlu diperhatikan adalah pasien tidak hanya mengerti keseluruhan aspek operasi rinoplasti, tetapi juga harus menyatakan bersedia menerima risiko berikut:
- Perbedaan yang dapat terjadi antara perencanaan dan hasil akhir operasi
- Gangguan bernapas melalui hidung akibat jaringan parut operasi
- Gangguan sensori (kebas) pada ujung nasal yang bersifat sementara maupun berkepanjangan
- Perubahan warna dan tekstur kulit di hidung
- Menurunnya stabilitas mekanik rangka hidung setelah osteotomi
- Kemungkinan perlunya operasi revisi[3,5]
Mempersiapkan Graft
Terdapat 5 jenis graft yang dibedakan berdasarkan sumbernya, yaitu autograft yang berasal dari tubuh individu itu sendiri, isograft yang diambil dari kembar monozigot, transplantasi alogenik (homograft) yang didonorkan dari spesies yang sama, xenograft dari spesies yang berbeda, dan alloplastic atau graft sintetik yang terbuat dari material nonbiologis.[9]
Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk rinoplasti adalah graft yang disetujui oleh pasien, alat anestesi dan vasokonstriksi lokal, serta peralatan sesuai kebutuhan rinoplasti terbuka atau tertutup, yaitu nasal rasps, osteotome, pahat hidung, retraktor hidung, gergaji, palu hidung, forcep hidung, suction, gunting, dan pisau bedah untuk rinoplasti. Apabila implan yang digunakan adalah autograft, pengambilan graft dilakukan bersamaan dengan operasi (misalnya pengambilan dari kartilago telinga).[3,5]
Posisi Pasien
Posisi reverse Trendelenburg dilaporkan dapat mengurangi perdarahan intraoperatif dibandingkan dengan posisi supinasi. Sudut 15 derajat pada reverse Trendelenburg merupakan posisi yang paling optimal untuk kinerja operator dan untuk mengurangi risiko perdarahan intraoperatif.[10]
Prosedural
Secara umum, rinoplasti dilakukan dengan menjaga MAP (mean arterial pressure) dan tekanan vena yang rendah dengan elevasi kepala serta injeksi lokal vasokonstriktor. Injeksi lidocaine dengan 1:200.000 cairan epinefrin sering digunakan. Prosedur yang dilakukan dapat berupa rinoplasti tertutup atau terbuka.[5]
Rinoplasti Tertutup
Rinoplasti tertutup adalah teknik operasi dengan membuat seluruh insisi dari dalam melalui lubang hidung. Prosedur rinoplasti tertutup adalah sebagai berikut:
- Insisi septum dilakukan dengan teknik insisi transfiksi atau Killian. Insisi akan mengekspos kartilago dan septum. Apabila ada deviasi septum, bagian kartilago septum yang deviasi dihancurkan atau diambil, diluruskan, dan diletakkan kembali. Sisa eksisi kartilago dapat dipakai untuk graft di bagian hidung lain. Setelah itu, jahit lapisan mukoperikondrium dengan benang 4–0 chromic
- Penggambaran anatomi di hidung pasien dapat membantu dokter dalam pemetaan topografi hidung pasien
- Reseksi sefalik untuk mengurangi bentuk bulat pada ujung hidung memotong kartilago alar lateral bawah. Minimal kartilago alar yang ditinggalkan adalah 6–8 mm agar tidak terjadi komplikasi, seperti kolaps alar dan asimetri
Graft ujung nasal dilakukan dengan meletakkan graft berbentuk seperti perisai di bagian anterokaudal nasal. Hal ini berguna untuk menciptakan ilusi hidung lebih panjang, simetris, dan kontur ujung hidung yang lebih baik
- Basis nasal yang dinilai baik adalah bentuk segitiga yang lebih runcing, simetris, dan yang memiliki lebar cuping hidung minimal. Hal ini dapat dicapai dengan reseksi alar pada bagian dasar hidung, sehingga lebar cuping hidung dapat dikurangi dan bentuk hidung menjadi lebih seperti segitiga
- Jika terdapat benjolan (nasal hump), reseksi dapat dilakukan dengan skalpel nomor 15 hingga tinggi kartilago dorsum sesuai dengan keinginan
- Prosedur osteotomi dilakukan untuk mengontrol garis fraktur, sehingga dapat memobilisasi dan mengatur ulang bentuk segmen tulang hidung[3]
Rinoplasti Terbuka
Rinoplasti terbuka dilakukan dengan membuat insisi kulit dari basal kolumela nasal, sehingga operator dapat melihat tulang dan kartilago nasal secara langsung. Teknik rinoplasti terbuka ini digunakan untuk kasus yang lebih rumit. Tekniknya adalah:
- Insisi di tengah-tengah kolumnar (insisi gullwing atau stair-step) dengan skalpel nomor 15. Insisi kedua dilakukan pada infrakartilago krura medial, dilanjutkan ke kubah ujung hidung, dan lateral krura. Kulit ujung hidung kemudian dielevasi sehingga kartilago alar terlihat
Submucoperichondrial flap pada prosedur septoplasti diangkat ke salah satu atau kedua sisi. Pisahkan kartilago lateral agar septum dapat diobservasi
- Ujung hidung dapat dimodifikasi dengan lebih leluasa pada rinoplasti terbuka. Peruncingan, elevasi, pemasangan graft, perbaikan deformitas lain pada ujung hidung, atau modifikasi kartilago alar dapat dilakukan pada saat ini
- Osteotomi untuk mengatur kontur tulang hidung dapat dilakukan sama seperti prosedur rinoplasti tertutup
- Dorsum nasal yang menonjol dapat dieksisi sesuai tinggi yang ingin dicapai, sedangkan dorsum nasal yang terlalu datar dapat diberikan graft
- Penutupan rinoplasti eksternal dilakukan dengan mengembalikan kulit hidung agar menutupi struktur hidung dan menjahit septum dan infrakartilago dengan jahitan interupsi benang 5–0 chromic gut dan jahitan interupsi trankolumelar dengan 6–0 Prolene
- Pembidaian dorsum nasal dibalut dengan plester dari pipi kanan sampai pipi kiri, dan pembidaian dari intranasal menggunakan kasa yang diberikan vaselin[4]
Follow Up
Setelah rinoplasti, pasien dikirim ke ruang pemulihan dengan kepala tetap terelevasi. Lakukan pemantauan jangka pendek (hari pertama setelah operasi), jangka menengah (1 minggu setelah operasi), dan jangka panjang (1 bulan setelah operasi). Setelah itu, follow up dijadwalkan sesuai kebutuhan.[4]
Pemantauan bertujuan untuk memastikan kenyamanan pasien, mengurangi edema, serta imobilisasi dan stabilisasi hidung. Selalu awasi tanda-tanda komplikasi dan minta pasien untuk kooperatif melaporkan jika ada tanda komplikasi yang berbahaya, seperti perdarahan, hematoma septal, infeksi, dan nekrosis kulit.[4]
Penggunaan antibiotik profilaksis perioperatif masih kontroversial, tetapi pedoman klinis dari American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery (2017) tidak menganjurkan pemberian antibiotik rutin selama >24 jam pascaoperasi, karena angka infeksi setelah rinoplasti dilaporkan rendah (0,48–0,6%). Pembatasan antibiotik dapat mengurangi risiko resistensi dan risiko efek samping antibiotik itu sendiri.[1]
Penggunaan kortikosteroid perioperatif untuk mencegah edema periorbital juga masih kontroversial, tetapi pedoman yang ada saat ini masih memperbolehkan. Penggunaan nasal packing, yaitu material yang dipasang di dalam rongga hidung setelah rinoplasti untuk membantu hemostasis dan mendukung struktur hidung juga tidak disarankan secara rutin, karena menimbulkan nyeri, rasa tidak nyaman, dan risiko hipoksia.[1,11]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur