Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Teknik Rinoplasti general_alomedika 2023-01-27T14:36:49+07:00 2023-01-27T14:36:49+07:00
Rinoplasti
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik Rinoplasti

Oleh :
dr. Tanessa Audrey Wihardji
Share To Social Media:

Terdapat dua teknik rinoplasti, yaitu rinoplasti tertutup dan terbuka. Pada rinoplasti tertutup, insisi prosedur dilakukan dari dalam melalui lubang hidung, sedangkan pada rinoplasti terbuka, kulit diinsisi dan dibuka mulai dari kolumela, sehingga kartilago nasal terekspos. Teknik rinoplasti terbuka memberikan visualisasi dan ruang gerak untuk modifikasi yang lebih leluasa.

Persiapan Pasien

Persiapan pasien sebelum menjalani rinoplasti mencakup 5 aspek, yaitu penetapan target atau ekspektasi operasi, pemeriksaan hidung, fotografi hidung, perencanaan dan permintaan informed consent, serta persiapan graft.

Penetapan Target dan Ekspektasi Operasi

Dokter bersama pasien membicarakan motivasi dan ekspektasi pascaoperasi yang ingin dicapai oleh pasien. Dokter memberikan perspektif profesionalnya tentang realistis atau tidaknya ekspektasi pasien, baik dari segi fungsional maupun estetika.

Dokter perlu memperhatikan preferensi personal pasien tentang bentuk hidung yang ideal, tetapi juga perlu memberikan rekomendasi proporsi atau sudut tertentu yang sesuai standar estetika. Misalnya, sudut nasolabial dinilai baik bila berkisar di antara 90–105 derajat pada laki-laki dan 100–120 derajat pada perempuan, sementara sudut nasofasial yang baik adalah sekitar 30–40 derajat.

Sudut nasofrontal dinilai baik bila berkisar antara 115–130 derajat, sedangkan kolumela dinilai baik apabila berada 2–3 mm di bawah batas inferior nostril.[3,5]

Pemeriksaan Hidung

Pemeriksaan visual dan palpasi hidung penting dilakukan untuk mengetahui apakah keinginan pasien dapat dicapai dan sejalan dengan perspektif dokter. Penilaian palpasi meliputi ketebalan dan kelenturan jaringan hidung, kulit pada alar (puncak hidung), dan panjang tulang hidung.

Pemeriksaan bagian dalam hidung juga perlu dilakukan, yakni pemeriksaan vestibula dan lubang hidung, endoskopi meatus tengah, pencitraan radiografi untuk menilai patologi sinus bila diperlukan, dan pemeriksaan fungsi olfaktori praoperatif.[3,5]

Fotografi Hidung

Pengambilan foto pasien harus dijalani sebelum operasi untuk kepentingan analisis praoperatif dan perencanaan prosedur operasi. Foto praoperatif bersama dengan foto pascaoperasi memiliki nilai medikolegal serta dapat digunakan untuk memonitor hasil operasi.

Ketentuan minimum pengambilan foto adalah pengambilan profil wajah dari tampak depan dan dari profil basal. Perspektif tambahan meliputi pengambilan profil setengah wajah dari tampak samping kiri dan kanan, serta pengambilan profil wajah dari atas.[5]

Perencanaan Operasi dan Informed Consent

Informasi dan dokumentasi informed consent harus dilakukan dengan sebaik-baiknya jika indikasi operasi adalah aspek estetika, karena secara medikolegal prioritas operasi ini merupakan prioritas yang lemah.

Perencanaan operasi minimal meliputi konsultasi ekstensif pertama dan konsultasi praoperatif kedua untuk mengonfirmasi atau mengubah target awal operasi. Dokter dapat mengikutsertakan pencitraan digital komputerisasi (bila tersedia) dalam informed consent, tetapi tetap menyatakan bahwa hasil operasi bisa berbeda dengan simulasi.

Aspek penting dari informed consent yang perlu diperhatikan adalah pasien tidak hanya mengerti keseluruhan aspek operasi rinoplasti, tetapi juga harus menyatakan bersedia menerima risiko berikut:

  • Perbedaan yang dapat terjadi antara perencanaan dan hasil akhir operasi
  • Gangguan bernapas melalui hidung akibat jaringan parut operasi
  • Gangguan sensori (kebas) pada ujung nasal yang bersifat sementara maupun berkepanjangan
  • Perubahan warna dan tekstur kulit di hidung
  • Menurunnya stabilitas mekanik rangka hidung setelah osteotomi
  • Kemungkinan perlunya operasi revisi[3,5]

Mempersiapkan Graft

Terdapat 5 jenis graft yang dibedakan berdasarkan sumbernya, yaitu autograft yang berasal dari tubuh individu itu sendiri, isograft yang diambil dari kembar monozigot, transplantasi alogenik (homograft) yang didonorkan dari spesies yang sama, xenograft dari spesies yang berbeda, dan alloplastic atau graft sintetik yang terbuat dari material nonbiologis.[9]

Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk rinoplasti adalah graft yang disetujui oleh pasien, alat anestesi dan vasokonstriksi lokal, serta peralatan sesuai kebutuhan rinoplasti terbuka atau tertutup, yaitu nasal rasps, osteotome, pahat hidung, retraktor hidung, gergaji, palu hidung, forcep hidung, suction, gunting, dan pisau bedah untuk rinoplasti. Apabila implan yang digunakan adalah autograft, pengambilan graft dilakukan bersamaan dengan operasi (misalnya pengambilan dari kartilago telinga).[3,5]

Posisi Pasien

Posisi reverse Trendelenburg dilaporkan dapat mengurangi perdarahan intraoperatif dibandingkan dengan posisi supinasi. Sudut 15 derajat pada reverse Trendelenburg merupakan posisi yang paling optimal untuk kinerja operator dan untuk mengurangi risiko perdarahan intraoperatif.[10]

Prosedural

Secara umum, rinoplasti dilakukan dengan menjaga MAP (mean arterial pressure) dan tekanan vena yang rendah dengan elevasi kepala serta injeksi lokal vasokonstriktor. Injeksi lidocaine dengan 1:200.000 cairan epinefrin sering digunakan. Prosedur yang dilakukan dapat berupa rinoplasti tertutup atau terbuka.[5]

Rinoplasti Tertutup

Rinoplasti tertutup adalah teknik operasi dengan membuat seluruh insisi dari dalam melalui lubang hidung. Prosedur rinoplasti tertutup adalah sebagai berikut:

  1. Insisi septum dilakukan dengan teknik insisi transfiksi atau Killian. Insisi akan mengekspos kartilago dan septum. Apabila ada deviasi septum, bagian kartilago septum yang deviasi dihancurkan atau diambil, diluruskan, dan diletakkan kembali. Sisa eksisi kartilago dapat dipakai untuk graft di bagian hidung lain. Setelah itu, jahit lapisan mukoperikondrium dengan benang 4–0 chromic

  2. Penggambaran anatomi di hidung pasien dapat membantu dokter dalam pemetaan topografi hidung pasien
  3. Reseksi sefalik untuk mengurangi bentuk bulat pada ujung hidung memotong kartilago alar lateral bawah. Minimal kartilago alar yang ditinggalkan adalah 6–8 mm agar tidak terjadi komplikasi, seperti kolaps alar dan asimetri
  4. Graft ujung nasal dilakukan dengan meletakkan graft berbentuk seperti perisai di bagian anterokaudal nasal. Hal ini berguna untuk menciptakan ilusi hidung lebih panjang, simetris, dan kontur ujung hidung yang lebih baik

  5. Basis nasal yang dinilai baik adalah bentuk segitiga yang lebih runcing, simetris, dan yang memiliki lebar cuping hidung minimal. Hal ini dapat dicapai dengan reseksi alar pada bagian dasar hidung, sehingga lebar cuping hidung dapat dikurangi dan bentuk hidung menjadi lebih seperti segitiga
  6. Jika terdapat benjolan (nasal hump), reseksi dapat dilakukan dengan skalpel nomor 15 hingga tinggi kartilago dorsum sesuai dengan keinginan
  7. Prosedur osteotomi dilakukan untuk mengontrol garis fraktur, sehingga dapat memobilisasi dan mengatur ulang bentuk segmen tulang hidung[3]

Rinoplasti Terbuka

Rinoplasti terbuka dilakukan dengan membuat insisi kulit dari basal kolumela nasal, sehingga operator dapat melihat tulang dan kartilago nasal secara langsung. Teknik rinoplasti terbuka ini digunakan untuk kasus yang lebih rumit. Tekniknya adalah:

  1. Insisi di tengah-tengah kolumnar (insisi gullwing atau stair-step) dengan skalpel nomor 15. Insisi kedua dilakukan pada infrakartilago krura medial, dilanjutkan ke kubah ujung hidung, dan lateral krura. Kulit ujung hidung kemudian dielevasi sehingga kartilago alar terlihat
  2. Submucoperichondrial flap pada prosedur septoplasti diangkat ke salah satu atau kedua sisi. Pisahkan kartilago lateral agar septum dapat diobservasi

  3. Ujung hidung dapat dimodifikasi dengan lebih leluasa pada rinoplasti terbuka. Peruncingan, elevasi, pemasangan graft, perbaikan deformitas lain pada ujung hidung, atau modifikasi kartilago alar dapat dilakukan pada saat ini
  4. Osteotomi untuk mengatur kontur tulang hidung dapat dilakukan sama seperti prosedur rinoplasti tertutup
  5. Dorsum nasal yang menonjol dapat dieksisi sesuai tinggi yang ingin dicapai, sedangkan dorsum nasal yang terlalu datar dapat diberikan graft

  6. Penutupan rinoplasti eksternal dilakukan dengan mengembalikan kulit hidung agar menutupi struktur hidung dan menjahit septum dan infrakartilago dengan jahitan interupsi benang 5–0 chromic gut dan jahitan interupsi trankolumelar dengan 6–0 Prolene
  7. Pembidaian dorsum nasal dibalut dengan plester dari pipi kanan sampai pipi kiri, dan pembidaian dari intranasal menggunakan kasa yang diberikan vaselin[4]

Follow Up

Setelah rinoplasti, pasien dikirim ke ruang pemulihan dengan kepala tetap terelevasi.  Lakukan pemantauan jangka pendek (hari pertama setelah operasi), jangka menengah (1 minggu setelah operasi), dan jangka panjang (1 bulan setelah operasi). Setelah itu, follow up dijadwalkan sesuai kebutuhan.[4]

Pemantauan bertujuan untuk memastikan kenyamanan pasien, mengurangi edema, serta imobilisasi dan stabilisasi hidung. Selalu awasi tanda-tanda komplikasi dan minta pasien untuk kooperatif melaporkan jika ada tanda komplikasi yang berbahaya, seperti perdarahan, hematoma septal, infeksi, dan nekrosis kulit.[4]

Penggunaan antibiotik profilaksis perioperatif masih kontroversial, tetapi pedoman klinis dari American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery (2017) tidak menganjurkan pemberian antibiotik rutin selama >24 jam pascaoperasi, karena angka infeksi setelah rinoplasti dilaporkan rendah (0,48–0,6%). Pembatasan antibiotik dapat mengurangi risiko resistensi dan risiko efek samping antibiotik itu sendiri.[1]

Penggunaan kortikosteroid perioperatif untuk mencegah edema periorbital juga masih kontroversial, tetapi pedoman yang ada saat ini masih memperbolehkan. Penggunaan nasal packing, yaitu material yang dipasang di dalam rongga hidung setelah rinoplasti untuk membantu hemostasis dan mendukung struktur hidung juga tidak disarankan secara rutin, karena menimbulkan nyeri, rasa tidak nyaman, dan risiko hipoksia.[1,11]

 

Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur

Referensi

1. Ishii LE, Tollefson TT, Basura GJ, et al. Clinical Practice Guideline: Improving Nasal Form and Function after Rhinoplasty. Otolaryngol Head Neck Surg. 2017;156(2_suppl):S1-S30. doi:10.1177/0194599816683153
3. Vartanian AJ. Basic Closed Rhinoplasty. Medscape. 2022. https://emedicine.medscape.com/article/1291976-overview
4. Arneja JS. Basic Open Rhinoplasty. Medscape. 2021. https://emedicine.medscape.com/article/1292131-overview
5. Tasman AJ. Rhinoplasty - indications and techniques. GMS Curr Top Otorhinolaryngol Head Neck Surg. 2007;6:Doc09. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3199847/
9. Gassner HG. Structural grafts and suture techniques in functional and aesthetic rhinoplasty. GMS Curr Top Otorhinolaryngol Head Neck Surg. 2010;9:Doc01. doi:10.3205/cto000065
10. Ozkose M, Baykan H, Coşkuner İ. The Effect of Patient Positioning on Amount of Intraoperative Bleeding in Rhinoplasty: A Randomized Controlled Trial. Aesthetic Plast Surg. 2016;40(4):453-457. doi:10.1007/s00266-016-0653-6
11. Fernandes SV. Complications of Rhinoplasty. Medscape. 2020. https://emedicine.medscape.com/article/843439-overview

Kontraindikasi Rinoplasti
Komplikasi Rinoplasti

Artikel Terkait

  • Penggunaan Antibiotik pada Prosedur Bedah Plastik Area Wajah
    Penggunaan Antibiotik pada Prosedur Bedah Plastik Area Wajah
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 13 Maret 2023, 09:35
Ingus menetes dari hidung kanan ketika menunduk
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo dokter izin berdiakusi, pasien laki-laki usia 35 tahun dengan keluhan ingus menetes pd hidung kanan ketika menunduk, 3 hari ini disertai bercak dahak...
Anonymous
Dibalas 12 Desember 2022, 11:40
Hipertrofi konka dengan septum deviasi -THT ask the expert
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter Rano, Sp. THT-KL, izin bertanya bagaimana tatalaksana hipertrofi konka pada deviasi septum nasi ya dok? Apakah ada medikamentosa atau harus...
dr. Hudiyati Agustini
Dibalas 24 November 2021, 11:18
Kontraindikasi pada rinoplasti dengan indikasi kecantkan - Bedah Plastik Ask the Expert
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO dr. Sara SpBP-RE(K).. apakah ada faktor larangan seseorang mendapatkan tindakan rinoplasti (indikasi kecantikan)? Terimakasih 

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.