Teknik Insisi dan Drainase Abses
Teknik insisi dan drainase abses adalah membuat insisi mengikuti Langer lines dengan panjang yang cukup untuk memfasilitasi drainase abses dan menghancurkan lokulasi abses. Teknik dimulai dari persiapan pencegahan kontaminasi dan peralatan yang harus digunakan, terutama spuit dan pisau bedah.
Gambar 1. Langer Lines. Sumber: Hurt R, Wikimedia Commons, 2021
Prosedur insisi dan drainase dimulai dengan pemberian anestesi lokal/umum, dilanjutkan dengan insisi dan drainase abses, irigasi dengan cairan salin normal, packing jika diperlukan, penutupan luka dengan kasa dan perban, serta pemberian antibiotik sesuai indikasi.[2–5]
Persiapan Pasien
Persiapan pasien diawali dengan memberikan informed consent kepada pasien atau keluarganya setelah dokter menerangkan mengenai prosedur, termasuk risiko dan manfaatnya. Dokter harus memastikan identitas pasien, area yang akan dilakukan insisi, mendapatkan informed consent, dan memastikan ketersediaan peralatan yang dibutuhkan.[3,7]
Sebelum dilakukan tindakan, cuci tangan dengan air dan sabun antibakteri. Gunakan alat pelindung diri. Bersihkan area yang akan di insisi dengan kapas alkohol atau larutan povidone iodine secara melingkar mulai dari puncak abses ke arah luar, lalu tutup dengan kain steril untuk mencegah atau meminimalisir kontaminasi oleh operator, ruangan, dan pasien. Tenaga medis perlu mengenakan sarung tangan, gown, face mask dengan shield dan peralatan yang steril.[5,6]
Peralatan
Peralatan yang perlu dipersiapkan untuk tindakan insisi dan drainase abses adalah sebagai berikut :
- Alat pelindung diri (face mask dengan shield, masker, sarung tangan steril, gown)
Lidocaine atau bupivacaine dengan adrenalin, seperti epinefrin untuk anestesi lokal
- Spuit 5 cc atau 10 cc
- Jarum ukuran 18G untuk irigasi dan 25G atau 30G untuk teknik anestesi
- Pisau bedah (nomor 11 atau 15)
- Kasa steril dan plester
Cairan salin normal yang terhubung dengan angiokateter tanpa jarum ukuran 18G untuk irigasi
- Gunting dan Klem arteri[3,5]
Posisi Pasien
Pasien diposisikan dengan tepat, sehingga area yang akan dilakukan insisi dan drainase terekspos seluruhnya dan mudah diakses, sambil tetap menjaga kenyamanan pasien. Pada abses perianal atau pilonidal, pasien dapat ditempatkan dalam posisi knee-chest, Sim’s, atau tengkurap. Pada abses perineal dan vulvovaginal, pasien dapat ditempatkan dalam posisi litotomi. Sesuaikan pencahayaan dengan lokasi abses dan posisi pasien, agar abses terlihat jelas.[3,6]
Prosedural
Prosedural insisi dan drainase abses terbagi dalam tiga tahapan, yaitu anestesi, insisi dan drainase, serta aftercare.
Anestesi
Pemberian anestesi dapat dilakukan secara lokal maupun umum, tergantung dari kondisi pasien serta ukuran dan lokasi abses. Pada beberapa kasus, dibutuhkan anestesi blok tambahan, analgesik parenteral, atau sedasi untuk kenyamanan pasien.
Anestesi lokal disuntikkan secara intradermal dengan jarum 25G atau 30G pada lokasi yang akan dilakukan insisi. Anestesi diberikan dengan melakukan teknik infiltrasi sambil melakukan pemijatan perlahan agar agen anestesi dapat terinfiltrasi pada kulit.[3,5]
Anestesi lokal harus dilakukan dengan hati-hati agar obat tidak disuntikkan ke dalam ruang abses, karena hal tersebut dapat meningkatkan tekanan dalam abses, membuat pasien kesakitan, serta mengurangi efektivitas anestesi yang diberikan.[3,5]
Insisi dan Drainase
Prosedural insisi dan drainase yang dibahas di sini hanyalah insisi dan drainase minor untuk abses seperti abses kulit, abses gigi, atau abses peritonsilar. Insisi dan drainase abses dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
- Buat sayatan linear sesuai Langer lines sepanjang diameter area yang mengalami fluktuasi
- Jika diperlukan pemeriksaan kultur pus, gunakan swab atau aspirasi dengan jarum 18G dan spuit steril untuk mengambil sampel, kemudian biarkan pus keluar dengan spontan
- Setelah drainase spontan selesai, tekan area sekitar abses untuk mengeluarkan sisa-sisa pus
- Gunakan klem arteri melakukan diseksi tumpul ke berbagai arah dan sudut untuk menghancurkan semua lokulasi
- Irigasi kavitas dengan larutan normal salin, bila perlu dapat menggunakan angiokateter 18G agar irigasi dapat mencapai dasar ruang abses. Irigasi dilakukan hingga cairan yang keluar bersih
- Lakukan packing, jika diperlukan. Masukkan kasa packing dengan lembut ke dalam kavitas, sisakan sepanjang 2 cm di luar, dan tempelkan pada kulit dengan plester. Jika packing tidak dilakukan, biarkan luka terbuka dan tutup dengan dressing adsorben
- Tutup area tersebut dengan kasa dan perban[3,5-7]
Gambar 2. Model Simulasi Abses Untuk Insisi dan Drainase. A) Pisau bedah digunakan untuk menginsisi simulasi abses pada dinding abdomen. Terjadi drainase pus. B) Klem dan swab digunakan untuk mengambil sampel dari dalam kavitas abses. C) Packing simulasi kavitas abses di tungkai bawah setelah tindakan insisi dan drainase.
Packing pada Insisi dan Drainase Abses
Packing dapat dipertimbangkan untuk menjaga agar dinding abses tetap terpisah dan memfasilitasi drainase lebih lanjut. Packing dapat membantu untuk mencegah terjadinya penutupan luka yang prematur, sehingga mencegah terjadinya infeksi sekunder dan rekurensi abses. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa packing yang berlebihan akan membuat iskemia jaringan dan nekrosis.[3]
Packing abses berukuran <5 cm tidak memberikan manfaat tambahan dan justru memperberat nyeri jika dilakukan pada. Lakukan packing hanya pada pasien dengan abses yang berat dan pastikan pasien mendapat analgesik yang adekuat.[5,8]
Aftercare
Pada aftercare, pemberian antibiotik tidak disarankan pada simple abscess tanpa komplikasi dan drainase dengan sukses telah dilakukan. Pertimbangan pemberian antibiotik dapat dilakukan pada pasien yang mengalami selulitis ekstensif, ditemukan gejala sistemik (>38℃, takipnea, takikardi, dan leukositosis), maupun dengan penyakit komorbid tertentu atau kondisi imunosupresan seperti HIV.[3,9–11]
Pemilihan antibiotik idealnya dilakukan sesuai dengan hasil kultur bakteri. Walau demikian, antibiotik empiris dapat digunakan pada beberapa kasus sambil menunggu hasil kultur, misalnya dengan pemberian doxycycline, vancomycin, atau linezolid. Antibiotik yang diberikan adalah sediaan sistemik baik oral maupun intravena sesuai klinis, sedangkan antibiotik topikal tidak disarankan karena kurang benefisial.[3,11]
Studi pada abses kulit tanpa komplikasi menemukan cotrimoxazole sama efektifnya dengan clindamycin tetapi memiliki risiko efek samping yang lebih rendah sehingga lebih disarankan untuk abses kulit tanpa komplikasi.
Penutupan luka post insisi dan drainase dilakukan dengan non adherent dressing yang steril. Selain itu, pemberian vaksinasi tetanus dapat dipertimbangkan riwayat imunisasi pasien.[3]
Follow Up
Follow up yang harus dilakukan setelah tindakan insisi dan drainase abses adalah sebagai berikut:
- Kontrol dilakukan setelah 2–3 hari. Pada saat kontrol, pantau penyembuhan luka dan tanda rekurensi infeksi
- Minta pasien untuk datang lebih cepat apabila didapatkan eritema dan bengkak yang meluas atau gejala sistemik seperti demam
- Pengeluaran kassa packing dapat dijadwalkan pada follow up dalam 2 atau 3 hari, sesuai klinis, dan memantau drainase
Pada pasien yang diberikan packing, bila proses drainase masih berlangsung, lakukan packing dengan kasa baru untuk melanjutkan proses pemulihan, dan jadwalkan kunjungan tambahan 2 atau 3 hari kemudian.[3,5,6]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli