Pendahuluan HbA1c
Pemeriksaan kadar HbA1c atau hemoglobin A1c digunakan secara luas dalam penegakan diagnosis dan pemantauan pasien diabetes mellitus. HbA1c adalah HbA terglikasi yang terbentuk akibat adanya penempelan glukosa pada N-terminal valine di rantai beta hemoglobin. Dua faktor utama yang menentukan tinggi rendahnya kadar HbA1c adalah:
- Kadar glukosa darah: Semakin tinggi kadar glukosa darah, maka kadar HbA1c pun akan ikut meningkat. Hal ini umum terjadi pada penderita diabetes yang tidak terkontrol.
- Umur eritrosit: Umur eritrosit normal adalah 120 hari. Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka pemeriksaan HbA1c dilakukan setiap 3 bulan.[1,2]
Analisis kadar HbA1c dalam darah memberikan informasi tentang rerata kadar glukosa darah selama dua hingga tiga bulan sebelumnya. Pemeriksaan ini secara luas digunakan dalam manajemen diabetes, terutama diabetes mellitus tipe 2. Adapun nilai ambang yang ditetapkan untuk diabetes adalah > 6,5% atau >48 mmol/mol.[3-5]
American Diabetes Association merekomendasikan HbA1c untuk diagnosis diabetes sebagai alternatif kriteria berbasis glukosa plasma puasa (FPG ≥7,0 mmol/L). FPG, gula darah 2 jam post prandial, dan tes toleransi glukosa oral direkomendasikan untuk diagnosis diabetes hanya jika tes HbA1c tidak memungkinkan karena tidak tersedianya tes, faktor pasien yang menghalangi interpretasinya, dan selama kehamilan.[3]