Indikasi Bleaching (Pemutihan Gigi)
Indikasi dilakukannya tindakan bleaching atau pemutihan gigi adalah untuk mengembalikan warna gigi yang mengalami diskolorasi. Diskolorasi gigi dapat disebabkan oleh faktor ekstrinsik dan intrinsik, atau kombinasi keduanya.[2,4-6]
Diskolorasi ekstrinsik disebabkan oleh konsumsi makanan dan minuman kromogenik, produk tembakau, obat kumur, dan plak gigi. Umumnya scaling dan polishing dapat menghilangkan diskolorasi ekstrinsik. Namun, jika terdapat bercak resisten, maka tindakan bleaching dapat dilakukan.[2,4-6]
Diskolorasi intrinsik disebabkan penyebab sistemik seperti penggunaan obat-obatan, kondisi metabolik, dan genetik. Diskolorasi intrinsik juga dapat disebabkan penyebab lokal seperti nekrosis pulpa, perdarahan intrapulpa, sisa jaringan pulpa setelah perawatan endodontik, material endodontik, material pengisi, resorpsi akar, dan penuaan. Contoh diskolorasi gigi yang menjadi indikasi perawatan bleaching gigi adalah gigi pasca perawatan endodontik, diskolorasi gigi akibat trauma, diskolorasi gigi akibat penggunaan obat, fluorosis gigi, dan diskolorasi gigi akibat penuaan.[2,4-6]
Gigi Pasca Perawatan Endodontik yang Mengalami Diskolorasi
Iritasi kimia, mekanis dan bakteri pada pulpa dapat menyebabkan nekrosis pulpa. Hal ini memicu terjadinya pelepasan by-product yang berbahaya yang dapat penetrasi ke tubulus dan menyebabkan diskolorasi di sekitar dentin.[2,4-6]
Derajat keparahan diskolorasi bergantung pada durasi waktu gigi nekrosis. Semakin lama senyawa diskolorasi berada pada kamar pulpa, maka semakin berat diskolorasi yang terjadi. Setelah perawatan endondotik selesai dilakukan untuk menghilangkan fokus infeksi, diskolorasi gigi dapat ditangani dengan melakukan bleaching internal atau intrakoronal.[2,4-6]
Diskolorasi Gigi Akibat Trauma
Trauma gigi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah pada pulpa. Komponen darah masuk ke dalam tubulus dentin. Hemolisis eritrosit menyebabkan degradasi hemoglobin menjadi globin dan heme protein yang mengandung zat besi. Zat besi yang penetrasi ke dalam tubulus dentin dapat menyebabkan bercak dan diskolorasi di sekitar dentin. Jika trauma menyebabkan nekrosis pulpa, maka diskolorasi yang terjadi semakin parah seiring berjalannya waktu. Setelah perawatan endodontik selesai, bleaching internal dapat dilakukan untuk mengembalikan warna gigi.[4-6]
Diskolorasi Akibat Obat
Tetrasiklin merupakan antibiotik yang digunakan untuk mengobati penyakit seperti infeksi saluran kemih, klamidia, dan acne. Pada anak-anak, konsumsi tetrasiklin menimbulkan bercak abu-abu atau coklat serta hitam pada seluruh gigi dengan membentuk pola strip horizontal.[2,4,7]
Tetrasiklin berinteraksi dengan kalsium pada kristal hidroksiapatit dan membentuk tetrasiklin-kalsium fosfat kompleks. Oksidasi molekul tetrasiklin menginduksi diskolorasi yang terjadi pada struktur enamel dan dentin. Tetraksiklin dapat penetrasi ke dalam plasenta dan mempengaruhi gigi susu maupun permanen.[2,4,7]
Bleaching Untuk Diskolorasi Akibat Tetrasiklin
Studi terdahulu menunjukan bahwa teknik walking bleach dan bleaching jangka panjang menggunakan karbamide peroksida dapat memberikan hasil yang baik dalam memutihkan gigi yang mengalami diskolorasi akibat tetrasiklin. Namun teknik ini membutuhkan devitalisasi intensional pada gigi dan perawatan endodontik, lalu agen bleaching diaplikasikan ke dalam kamar pulpa.[2,4,7]
Sekarang, perawatan power bleaching dan veneer direkomendasikan untuk menangani bercak dan diskolorasi akibat tetrasiklin. Namun, tidak semua derajat diskolorasi akibat tetrasiklin memerlukan perawatan bleaching. Diskolorasi berwarna kuning kecoklatan lebih memberikan hasil perawatan bleaching yang baik dibandingkan dengan diskolorasi keabu-abuan. Untuk diskolarasi derajat berat, pendekatan konservatif seperti bleaching tidak diindikasikan. Kondisi ini memerlukan perawatan yang lebih untuk mencapai hasil estetik yang baik yaitu restorasi full-coverage atau crown.[2,4,7]
Fluorosis Gigi
Fluorosis gigi merupakan kelainan pada struktur enamel gigi dimana enamel memiliki bercak atau bintik putih pada permukaan gigi. Fluorosis gigi terjadi akibat terpaparnya enamel dengan fluoride konsentrasi tinggi saat fase pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi, terutama saat sebelum usia 8 tahun. Derajat keparahan fluorosis gigi dimulai dari ringan, sedang, dan berat. Derajat keparahan fluorosis bergantung pada periode waktu paparan dan intensitas fluoride.[2,8,9]
Pada kasus ringan, biasanya fluorosis diobservasi terlebih dahulu namun jika pasien memiliki keluhan estetik maka bleaching dapat menjadi opsi perawatan. Untuk kasus derajat sedang, pilihan perawatan yang dapat dilakukan adalah dengan mikroabrasi enamel. Pada beberapa laporan kasus, kombinasi mikroabrasi enamel dan bleaching dinilai efektif dalam mencapai hasil estetik yang maksimal. Kasus kondisi berat, dimana struktur morfologi normal gigi sudah mengalami perubahan yang signifikan akan memerlukan intervensi lain, seperti penambalan gigi, mikroabrasi, atau pembuatan crown.[2,8,9]
Diskolorasi Akibat Penuaan
Diskolorasi yang diakibatkan karena proses penuaan merupakan hasil proses fisiologis yang dikarenakan penyerapan agen diskolorasi ke dalam struktur jaringan keras dari waktu ke waktu. Perubahan struktur gigi yang berkaitan dengan penuaan seperti keausan gigi, garis fraktur, dan fraktur mempermudah penetrasi agen diskolorasi.[2,4,10]
Seiring berjalannya waktu, struktur enamel menjadi lebih tipis dan terjadi perubahan rasio enamel-dentin. Deposisi fisiologis dentin sekunder mempengaruhi sifat penyerapan cahaya gigi, yang menyebabkan warna gigi menjadi gelap. Bleaching eksternal dapat menjadi opsi perawatan untuk memutihkan gigi.[2,4,10]