Komplikasi Bleaching (Pemutihan Gigi)
Risiko komplikasi prosedur bleaching atau pemutihan gigi antara lain gigi sensitif dan iritasi gingiva ringan. Derajat keparahan komplikasi tersebut bergantung pada konsentrasi senyawa peroksida, komposisi agen non-bleaching yang digunakan, serta durasi waktu perawatan. Gigi sensitif dan iritasi gingiva dapat terjadi saat perawatan dan bertahan selama beberapa hari setelahnya.[2]
Risiko komplikasi lainnya yang dilaporkan melalui studi in-vitro antara lain erosi gigi, degradasi mineral gigi, serta gangguan terhadap material restorasi dan kekuatan ikatan. Namun, masih terdapat berbagai perbedaan pendapat terkait risiko komplikasi ini.[2]
Rekurensi Diskolorasi
Warna gigi pasien sebelum proses bleaching harus diukur dengan shade guide dan difoto klinisnya. Hal ini bertujuan untuk evaluasi hasil perawatan dan mendeteksi rekurensi diskolorasi.[2]
Berdasarkan telaah literatur, persentase rekurensi diskolorasi setelah prosedur in-office bleaching sebanyak 41% per tahun, serta pada at-home bleaching sebanyak 26% dalam kurun waktu 18 bulan. Penggunaan pasta gigi yang mengandung agen pemutih dan melakukan at-home bleaching secara berkala dianjurkan untuk mencegah rekurensi diskolorasi.[2]
Semua agen bleaching menyebabkan reduksi microhardness dan modulus elastisitas enamel setelah bleaching sehingga permukaan gigi menjadi kasar. Permukaan kasar gigi mempermudah terjadinya kolorasi ekstrinsik. Oleh karena itu, setelah bleaching, permukaan gigi sebaiknya dipoles.[2]
Iritasi Mukosa atau Gingiva
Iritasi gingiva merupakan komplikasi yang paling umum terjadi terutama pada prosedur bleaching eksternal. Pada prosedur in-office bleaching yang biasanya menggunakan hidrogen peroksida konsentrasi 25% atau lebih, isolasi yang adekuat diperlukan untuk melindungi gingiva dari iritasi. Jika terjadi kebocoran cairan atau gel, atau tereksposnya jaringan lunak dengan gel bleaching atau cairan hidrogen peroksida, maka iritasi gingiva atau mukosa terjadi. Pasien biasanya mengeluhkan rasa nyeri atau sensasi terbakar.[2,4,19]
Pada at-home bleaching, iritasi gingiva biasanya disebabkan tray bleaching tidak teradaptasi dengan baik saat diaplikasikan ke dalam mulut, sehingga menyebabkan paparan jaringan lunak atau kebocoran gel bleaching.[2,4,19]
Tanda klinis dari iritasi gingiva selain dari keluhan sensasi terbakar, yaitu munculnya gelembung udara dari margin gingiva serta warna jaringan lunak menjadi putih. Iritasi mukosa atau gingiva bersifat reversibel. Irigasi jaringan segera dan pemberian dressing yang mengandung vitamin E dapat memberikan efek antioksidan pada jaringan lunak dan mempercepat proses penyembuhan luka.[2,4,19]
Gigi Sensitif
Gigi sensitif merupakan komplikasi yang umum terjadi setelah prosedur bleaching. Etiologi gigi sensitif setelah perawatan bleaching bersifat multifaktorial dan belum diketahui secara pasti.[2,4-6]
Hidrogen peroksida pada gel bleaching yang diaplikasikan ke permukaan enamel mampu berpenetrasi ke dalam enamel dan dentin hingga mencapai kamar pulpa. Jika dikaitkan dengan teori hidrodinamik, cairan peroksida yang kontak dengan permukaan dentin menyebabkan retraksi proses odontoblast sehingga terjadi pergerakan cairan cepat di dalam tubulus dentin. Hal ini menstimulasi mekanoreseptor pada batas luar pulpa, sehingga timbul nyeri jika gigi terekspos stimulasi dingin atau tekanan, atau bahkan saat tidak ada stimulasi (keadaan diam istirahat).[2,4-6]
Menurut studi, gigi sensitif bertahan hingga lebih kurang 4 hari setelah prosedur bleaching. Rasa sensitif yang terjadi ringan dan hanya sementara. Gigi sensitif dapat terjadi tidak atau bersamaan dengan iritasi gingiva. Pasien seringkali salah menginterpretasikan gigi sensitif sebagai iritasi gingiva, begitu juga sebaliknya.[2,4-6]
Resorpsi Akar Servikal
Resorpsi akar servikal dapat terjadi akibat trauma pada gigi dan bleaching internal. Resorpsi dapat terdeteksi melalui gambaran rontgen. Tanda klinis yang muncul berupa pembengkakan atau tenderness jaringan, serta peka saat perkusi.[1,2,4-6]
Resorpsi akar servikal atau eksternal merupakan salah satu komplikasi serius akibat prosedur bleaching internal. Etiologi terjadinya resorpsi akar eksternal belum diketahui secara pasti dan bersifat kompleks. Menurut studi, hal ini diduga disebabkan oleh kombinasi faktor predisposisi seperti defisiensi sementum sehingga dentin terekspos, cedera ligamen periodontal yang memicu respon inflamasi, atau infeksi yang menyebabkan peradangan. Resorpsi akar servikal sering terjadi pada pasien yang memiliki riwayat trauma pada gigi dan berusia muda di bawah 25 tahun.[1,2,4-6]
Perubahan Pada Permukaan Enamel dan Dentin
Menurut investigasi mikromekanis dan nanomekanis, agen bleaching mengurangi kekerasan, modulus elastisitas dan resistensi fraktur enamel. Hal ini berkaitan dengan konsentrasi peroksida, pH, atau lama pemaparan. Reduksi sifat kaku dan modulus elastisitas disebabkan oleh denaturasi protein. Karbamide peroksida menyebabkan denaturasi protein lebih tinggi dibandingkan hidrogen peroksida.[2,4-6]
Berdasarkan telaah literatur, beberapa studi menemukan bahwa bleaching menyebabkan perubahan pada morfologi dan tekstur permukaan enamel, seperti terjadi peningkatan porositas permukaan superfisial enamel, demineralisasi dan menurunnya konsentrasi protein, degradasi matriks organik, modifikasi rasio kalsium dan fosfat, serta kehilangan kalsium.[2,4-6]
Efek Bleaching Terhadap Material Restorasi
Banyak studi yang melaporkan bahwa aplikasi karbamide peroksida tidak menyebabkan efek negatif pada flexural strength dan sifat ketahanan fraktur pada resin komposit. In-office bleaching dengan konsentrasi lebih tinggi juga dilaporkan tidak mengubah kekuatan tensile bond resin komposit. Meski demikian, ada pula studi yang melaporkan bahwa terjadi peningkatan kekasaran permukaan porselen, microfilled composite dan modified glass ionomer setelah prosedur bleaching menggunakan karbamide peroksida konsentrasi 10-16%. Restorasi modified glass ionomer juga menunjukkan peningkatan porositas dan crack pada beberapa area.[2,20,21]
Oksidasi pigmen permukaan dan senyawa amina oleh agen bleaching juga dikhawatirkan dapat mengubah warna material restorasi. Efek oksidasi pada polymer-matrix material berbahan dasar resin juga meningkatkan porositas permukaan. Tidak ada bukti pasti yang mengindikasikan bahwa perubahan warna material restorasi hanya superfisial atau dalam. Namun, pemolesan restorasi resin komposit setelah prosedur bleaching dianjurkan untuk mengurangi perlekatan mikroorganisme kariogenik.[2,20,21]
Pelepasan Komponen Meskuri dari Amalgam
Agen bleaching dapat meningkatkan pelepasan merkuri dari restorasi amalgam. Pelapisan restorasi amalgam dengan varnish pelindung sebelum prosedur bleaching, diharapkan mampu mengurangi pelepasan merkuri. Risiko korosi amalgam juga menurun jika restorasi di poles terlebih dahulu sebelum prosedur bleaching.[2,20,21]
Efek Bleaching Terhadap Kekuatan Bonding
Terdapat penurunan kekuatan bonding restorasi adhesif setelah aplikasi hidrogen peroksida. Berkurangnya kekuatan bonding material restorasi resin disebabkan karena terhambatnya polimerisasi sistem resin adhesif akibat adanya pelepasan oksigen saat proses bleaching ke permukaan enamel dan di dalam tubulus dentin. Hilangnya kalsium enamel dan fosfor serta perubahan morfologi kristal pada lapisan permukaan disebabkan oleh efek samping dari penggunaan agen bleaching dengan bahan dasar peroksida.[2,22,23]
Berkurangnya kekuatan bonding bersifat sementara, biasanya akan kembali normal setelah beberapa hari saat residu oksigen hilang. Penggunaan kondisioner sebelum aplikasi bonding dengan sistem adhesif self-etch pada permukaan enamel yang sudah di putihkan meningkatkan kekuatan ikatan secara signifikan. Prosedur aplikasi bonding sebaiknya ditunda hingga 2 minggu pasca tindakan bleaching.[2,22,23]