Indikasi Ekstraksi Gigi
Contoh indikasi ekstraksi gigi adalah gigi impaksi, karies parah, dan nekrosis pulpa. Ekstraksi gigi seharusnya menjadi langkah akhir dari perawatan pasien. Perawatan gigi secara umum memiliki tujuan utama untuk mempertahankan gigi selama mungkin pada rongga mulut. Namun, pada beberapa kasus, tindakan ekstraksi gigi adalah pilihan perawatan terbaik.
Indikasi dilakukannya tindakan ekstraksi gigi antara lain karena alasan gigi impaksi, gigi yang mengalami karies yang parah dan tidak dapat dilakukan terapi endodontik, dan gigi sebagai fokus infeksi. Tindakan ekstraksi gigi juga dapat dilakukan pada gigi yang sehat demi kepentingan perawatan orthodontik dan prosthodontik untuk memperbaiki fungsi mastikasi dan estetika.[1,4,5,9,10]
Karies
Alasan yang paling sering menyebabkan gigi perlu dicabut adalah kondisi karies yang sudah parah sehingga tidak dapat direstorasi dan dilakukan terapi endodontik lagi. Kompleksitas kasus, prognosis gigi yang dipertanyakan, serta alasan ekonomi pasien juga menjadi faktor pendukung dilakukannya ekstraksi gigi sebagai pilihan perawatan.[1,4-6,9,10]
Nekrosis Pulpa
Indikasi ekstraksi gigi selanjutnya adalah gigi yang mengalami nekrosis pulpa atau pulpitis ireversibel dan tidak dapat dilakukan terapi endodontik; gigi yang sudah pernah dilakukan terapi endodontik namun mengalami rekurensi infeksi atau kegagalan perawatan dan pasien tidak ingin dilakukan retreatment; serta pada pasien yang menolak dilakukan perawatan endodontik.[1,4-6,9,10]
Penyakit Periodontal
Ekstraksi gigi juga diindikasikan pada gigi dengan kondisi kerusakan periodontal yang parah sehingga menyebabkan kehilangan banyak jaringan pendukung tulang dan gigi mengalami kegoyangan; atau pada kasus dimana prognosis gigi meragukan.[1,4-6,9,10,11]
Perawatan Orthodontik
Alasan gigi diindikasikan untuk dicabut demi kepentingan perawatan orthodontik yaitu gigi malposisi yang tidak dapat direposisi dengan perawatan orthodontic, atau jika terdapat kebutuhan ruang untuk memperbaiki lengkung gigi. Gigi yang paling umum dicabut untuk perawatan orthodontik adalah gigi premolar maksila dan mandibula.[1,4-6,9,10]
Perawatan Prosthodontik
Tujuan ekstraksi gigi dilakukan demi kepentingan perawatan prosthodontik biasanya untuk mendapatkan desain dan stabilitas gigi palsu yang baik. Ekstraksi gigi yang sudah tidak dapat dipertahankan lagi juga dilakukan untuk pembuatan gigi tiruan penuh. Gigi yang ekstrusi akibat kehilangan gigi antagonisnya juga biasanya dicabut jika berpotensi mengganggu oklusi atau insersi gigi palsu.[6,9]
Gigi Malposisi
Gigi yang malposisi perlu dilakukan ekstraksi jika menyebabkan trauma pada jaringan lunak, tidak dapat di reposisi dengan perawatan orthodontic, dan untuk kepentingan perawatan prosthodontik. Contoh gigi malposisi yang diindikasikan untuk dicabut adalah gigi molar ketiga yang erupsi bukoversi dan menyebabkan ulserasi atau luka pada pipi, serta gigi yang ekstrusi akibat kehilangan gigi antagonisnya.[4,9]
Gigi Fraktur
Gigi yang mengalami fraktur mahkota atau fraktur akar menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan. Jika gigi fraktur tidak dapat dilakukan terapi restorasi dan terapi endodontik, maka ekstraksi gigi menjadi pilihan perawatan.[4,6,9]
Impaksi Gigi dan Supernumerary Teeth
Gigi impaksi tidak dapat erupsi dengan sempurna pada lengkung rahang biasanya disebabkan karena kurangnya ruang untuk erupsi atau terhalang oleh gigi yang berdekatan. Supernumerary teeth juga seringkali mengalami malposisi dan impaksi. Supernumerary teeth dapat menghalangi erupsi gigi permanen lainnya dan memiliki risiko menyebabkan resorpsi serta pergerakan pada gigi sekitarnya.
Gigi impaksi dalam rahang dan supernumerary teeth dapat menyebabkan maloklusi, rasa sakit dan tidak nyaman, penyakit periodontal, kondisi patologis, dan terkadang mengganggu estetika. Jika tidak ada manfaat dalam mempertahankan supernumerary teeth dan gigi impaksi, maka harus dilakukan ekstraksi gigi. Kondisi ini biasanya membutuhkan tindakan operasi ekstraksi gigi atau odontektomi.[4,6,9]
Sisa Akar
Sisa akar dapat menyebabkan ulserasi di bawah gigi palsu, menginisiasi lesi patologis tulang, dan menyebabkan mati rasa jika dekat dengan saraf. Pada kondisi ini, ekstraksi gigi mungkin menjadi pilihan. Namun, jika sisa akar berukuran sangat kecil, tidak muncul dipermukaan, serta tidak mengganggu struktur vital rahang, maka dapat dilakukan observasi dan pasien diberitahu untuk kontrol rutin.[6]
Persistensi Gigi
Persistensi gigi susu harus dicabut jika sudah memasuki masa eksfoliasi. Persistensi gigi susu dapat mengganggu erupsi gigi permanen.[6]
Gigi yang Berkaitan dengan Lesi Patologis
Beberapa kasus gigi yang berkaitan dengan kista atau tumor dapat dipertahankan dan dilakukan terapi endodontik. Namun, jika ukuran lesi besar atau mengganggu jaringan dan struktur anatomi sekitar, maka gigi perlu dicabut.[4,6,9]
Gigi yang Terlibat Fraktur Rahang
Ekstraksi gigi yang berada pada garis fraktur masih bersifat kontroversial. Studi terdahulu berpendapat bahwa seluruh gigi yang berada pada garis fraktur harus dicabut, namun studi baru memilih pendekatan yang lebih konservatif. Jika gigi yang terlibat pada garis fraktur rahang menjadi sumber infeksi di lokasi fraktur, gigi mengalami fraktur atau retensi gigi pada garis fraktur dapat menyebabkan penyembuhan tertunda atau mengganggu proses penyatuan rahang, maka gigi diindikasikan untuk dicabut.[4,6,9]
Ekstraksi Gigi pada Pasien yang Akan Menjalani Radioterapi
Pada pasien yang akan menjalani radioterapi kepala leher, ekstraksi gigi saat radioterapi berlangsung akan meningkatkan risiko nekrosis. Apabila kondisi dental pasien kurang baik dan pasien memerlukan ekstraksi, maka harus dilakukan setidaknya 2 minggu sebelum radioterapi dimulai.[4,9,12]
Alasan Ekonomi
Kondisi ekonomi pasien menjadi faktor pendukung terbesar dalam menentukan perawatan gigi pasien. Semua indikasi ekstraksi gigi yang telah disebutkan menjadi lebih kuat jika pasien tidak ingin atau tidak mampu secara finansial untuk mempertahankan giginya.[4,9]