Kontraindikasi Ekstraksi Gigi
Kontraindikasi ekstraksi gigi terbagi menjadi faktor lokal dan faktor sistemik, misalnya gigi infeksi, lesi tumor gigi, stroke, dan epilepsi. Perlu diketahui bahwa pada ekstraksi gigi beberapa kontraindikasi menyebabkan tindakan perlu ditunda, sehingga ‘kontraindikasi’ tidak berarti tindakan tidak dilakukan sama sekali. Selain itu, terdapat beberapa kontraindikasi ekstraksi gigi yang dapat dimodifikasi dengan konsultasi dan perawatan medis tambahan.[4,6,9]
Kontraindikasi Sistemik
Kontraindikasi sistemik ekstraksi gigi mencakup sekelompok kondisi medis kronis atau berat yang tidak terkontrol. Kondisi sistemik tersebut antara lain:
- Neurologis: stroke dan epilepsi
- Pulmonal: asthma bronkial, tuberkulosis, penyakit paru obstruktif kronik, dan efusi paru
- Kardiovaskular: hipertensi, kardiomiopati, kelainan valvular, kelainan jantung iskemik, dan gagal jantung kronis
- Hepatologi: infeksi hati akut, sirosis hati
- Ginjal: glomerulonefritis, uremia, dan gagal ginjal kronis
- Metabolik: diabetes mellitus, penyakit Addison, terapi steroid jangka panjang, dan tirotoksikosis
- Kelainan hematologi: anemia berat, leukopenia, trombositopenia, pansitopenia, leukemia, agranulositosis, pasien terapi obat antikoagulan, kelainan pembekuan darah
- Pasien imunokompromais: HIV, kemoterapi
Kapan Ekstraksi Gigi Boleh Dipertimbangkan
Pasien yang memiliki diabetes ringan atau diabetes berat terkontrol dapat ditangani seperti pasien normal. Pasien hemofilia atau dengan kelainan darah lain boleh menjalani tindakan ekstraksi gigi jika kondisi koagulopati telah teratasi.
Pasien dengan leukemia tidak terkontrol dan limfoma tidak boleh menjalani tindakan ekstraksi gigi hingga kondisi keganasan telah teratasi. Hal ini disebabkan adanya risiko komplikasi infeksi akibat tidak berfungsinya sel darah putih dan komplikasi perdarahan tidak terkontrol akibat jumlah platelet yang tidak adekuat.
Pasien dengan kondisi kardiovaskular tidak terkontrol tidak boleh melakukan tindakan pencabutan hingga parameter sistemik berada pada ambang normal dan terkontrol. Pasien dengan hipertensi tidak terkontrol memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi perdarahan persisten, insufisiensi akut miokardiak, dan cerebrovascular accident akibat stres yang ditimbulkan dari tindakan ekstraksi.
Pasien yang mengonsumsi kortikosteroid jangka panjang, imunosupresan, atau obat kemoterapi juga perlu mendapatkan perhatian khusus. Begitu juga dengan pasien yang sedang menjalani terapi radiasi dan terapi bisphosphonate sistemik. Ekstraksi gigi pada pasien yang menerima terapi tersebut dapat meningkatkan risiko osteokemonekrosis dan osteoradionekrosis.
Ekstraksi Gigi pada Ibu Hamil
Pasien ibu hamil trimester pertama dan ketiga sebaiknya menunda tindakan ekstraksi gigi. Trimester kedua merupakan kondisi yang disarankan bagi ibu hamil untuk melakukan tindakan ekstraksi gigi. Namun, untuk tindakan operasi gigi yang membutuhkan obat-obatan tambahan selain anestesi lokal, sebaiknya ditunda hingga proses kehamilan selesai.[4,6,9]
Kontraindikasi Lokal
Ekstraksi gigi juga memiliki berbagai kontraindikasi lokal, misalnya gigi terletak pada lesi tumor, lesi vaskular, ataupun infeksi akut.
Gigi dan Lesi Tumor
Gigi yang terlibat dengan lesi tumor ganas biasanya menyebabkan kegoyangan gigi akibat kerusakan jaringan periodontal. Dalam kasus ini, ekstraksi gigi harus dipertimbangkan dan dipersiapkan dengan hati-hati karena tindakan ekstraksi berisiko menyebabkan diseminasi sel ganas dan menyebabkan metastasis.
Gigi dan Lesi Vaskular
Gigi yang terlibat dengan lesi vaskular memiliki risiko perdarahan berat. Contoh lesi vaskular antara lain hemangioma, aneurisma, dan malformasi arteriovenosa. Oleh karena itu, pencabutan dilakukan setelah kondisi patologis terkontrol.
Gigi dan Paparan Radiasi
Gigi terpapar radiasi memiliki risiko tinggi osteoradionekrosis jika dilakukan ekstraksi. Gigi dapat dicabut setelah 4-6 minggu radioterapi. Sebisa mungkin teknik yang digunakan adalah minimal trauma untuk menurunkan risiko nekrosis.
Gigi dengan Infeksi Akut
Gigi dengan infeksi akut memiliki risiko penyebaran infeksi ke jaringan dalam akibat hilangnya pembatas saat ekstraksi dan juga berisiko menyebabkan bakteremia. Pasien dengan kondisi perikoronitis berat pada sekitar gigi impaksi molar ketiga sebaiknya ditunda terlebih dahulu tindakan pencabutannya hingga kondisi perikoronitis teratasi.
Irigasi cairan antiseptik, pemberian antibiotik serta ekstraksi gigi molar ketiga maksila dapat dilakukan untuk meringankan kondisi jaringan lunak di atas gigi impaksi mandibula. Insidensi komplikasi meningkat jika tindakan ekstraksi dilakukan saat kondisi perikoronitis yang berat belum teratasi.[4,6,9,13]