Kontraindikasi Penanganan Dislokasi Temporomandibular Joint
Kontraindikasi penanganan dislokasi temporomandibular joint (TMJ) tergantung pada kondisi dislokasi TMJ, yaitu akut, kronis, atau persisten. [1,3]
Dislokasi Temporomandibular Joint Akut
Kontraindikasi penanganan dislokasi TMJ akut dengan pendekatan intraoral maupun ekstraoral adalah pada usia tua. Pasien lansia umumnya memiliki konsistensi tulang yang lebih rapuh akibat osteoporosis, sehingga potensi komplikasi fraktur jauh lebih besar.[1]
Pada pasien lansia direkomendasikan untuk diberikan perawatan medikamentosa, yaitu pemberian obat-obatan menghilangkan spasme otot. Diharapkan saat spasme otot hilang, TMJ akan tereposisi dengan sendirinya. Namun, pada lansia sering ditemukan kondisi hipotonus otot yang menyebabkan gagalnya reposisi spontan. Pada kasus seperti ini, dapat dilakukan pendekatan intraoral dengan teknik gag reflex, yaitu menyentuh uvula untuk memberikan respon muntah kepada pasien sehingga reposisi terjadi.[3,7]
Dislokasi Temporomandibular Joint Kronis
Pada dislokasi TMJ kronis atau berulang, pilihan perawatan seringkali adalah dengan teknik injeksi botulinum ke dalam kapsul sendi. Teknik ini dikontraindikasikan pada ibu hamil dan menyusui, karena botulinum memiliki efek samping disartria, regurgitasi nasal, sakit saat mengunyah dan menelan, serta myasthenia gravis-like syndrome.[1]
Dislokasi Temporomandibular Joint Persisten
Penanganan pada kasus dislokasi TMJ persisten adalah pendekatan invasif, karena konservatif dan minimal invasif sudah tidak efektif. Kontraindikasi penanganan dislokasi TMJ invasif sama dengan kontraindikasi tindakan bedah lainnya, misalnya memiliki riwayat penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, kelainan kardiovaskular, atau kelainan hemostasis.[1,7]