Teknik Penanganan Dislokasi Temporomandibular Joint
Teknik penanganan dislokasi temporomandibular joint (TMJ) yang menjadi pilihan utama adalah metode konservatif, yaitu pengembalian sendi TMJ dengan teknik manual. Umumnya teknik ini akan dikombinasikan dengan teknik minimal invasif atau invasif tergantung dari derajat keparahan dislokasi TMJ.
Metode konservatif terdiri dari metode Hippocrates, metode modifikasi Hippocrates, metode wrist-pivot, metode Gottlieb, metode Yurino, metode Johnson, metode ekstraoral, hingga metode medikamentosa. Dari sekian banyak teknik konservatif tersebut, yang paling sering digunakan adalah teknik Intraoral Hippocrates, karena memiliki tingkat keberhasilan tinggi, rasa sakit minimal, dan tingkat rekurensi rendah.[1]
Persiapan Pasien
Sebelum melakukan penanganan dislokasi TMJ, perlu diperhatikan apakah pasien memiliki kontraindikasi pendekatan konservatif intraoral Hippocrates. Misalnya lansia atau kelainan tulang yang menyebabkan tulang menjadi rapuh seperti osteoporosis. Jika terdapat kontraindikasi tersebut, mungkin dapat dipertimbangkan penggunaan pendekatan lain.[7,8]
Pemeriksaan radiografi pendahuluan mungkin diperlukan jika dokter gigi mencurigai adanya fraktur mandibula. Jika tidak ada fraktur, maka dapat lanjut ke langkah berikutnya, yaitu persiapan peralatan dan memposisikan pasien untuk memulai prosedur penanganan dislokasi TMJ.[7,9]
Penjelasan kepada pasien mengenai tujuan, manfaat, risiko dan komplikasi penanganan, langkah prosedur, serta prognosis pasca penanganan harus diberikan. Hal ini untuk mendapatkan persetujuan dari pasien atau keluarga pasien yang tertuang secara tertulis pada lembar informed consent.[7]
Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dalam melakukan penanganan dislokasi TMJ pendekatan konservatif intraoral Hippocrates adalah:
- Alat pelindung diri (APD) dokter gigi yang meliputi masker, sarung tangan, dan gaun
- Pelindung tangan dokter gigi yang berupa thumb protector, atau bisa juga diganti dengan kassa
- Injeksi midazolam (jika diperlukan)
- Injeksi lidokain 1% sebanyak 1−2 mL
- Kain kasa steril untuk melakukan imobilisasi rahang pasca penanganan dislokasi TMJ[7]
Jika kasa dipilih sebagai pelindung ibu jari, maka dipakai sebelum sarung tangan. Dokter gigi perlu menggunakan kain kasa yang agak tebal pada kedua ibu jari untuk melindungi dari tergigitnya ibu jari saat mandibula pasien berhasil direposisi.[7]
Posisi Pasien
Untuk penanganan dislokasi TMJ pendekatan konservatif intraoral Hippocrates, pasien diposisikan pada dental chair dengan sandaran kepala tegak lurus dengan bidang lantai. Posisikan dental chair serendah mungkin sampai tangan dokter gigi dapat menekuk + 90o (jangan terlalu menekuk). Beberapa literatur mengatakan tempatkan pasien pada kursi tanpa sandaran, tetapi menempel dinding sehingga kepala dan punggung pasien bersandar pada dinding.[1,2]
Prosedural Teknik Hippocrates
Penanganan dislokasi TMJ harus dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari spasme otot yang semakin parah. Prosedur penanganan dislokasi TMJ dapat dengan pendekatan konservatif, intervensi minimal, atau intervensi.
Pendekatan Konservatif Intraoral Hippocrates
Prosedur penanganan dislokasi TMJ pendekatan konservatif intraoral Hippocrates adalah:
- Dokter gigi memposisikan diri berada di depan pasien
- Letakkan ibu jari pada daerah retromolar pad di kedua sisi mandibula setinggi siku-siku dokter gigi, sementara jari-jari yang lain memegang permukaan bawah mandibula
- Berikan tekanan pada gigi-gigi molar rahang bawah untuk melepaskan kondilus dari posisi terkuncinya, yaitu di anterior eminensia artikularis
- Setelah kondilus berhasil lepas dari posisi terkunci, dorong mandibula ke belakang untuk mengembalikan ke posisi normalnya
- Selama prosedur, sebaiknya perhatian pasien dialihkan untuk mencegah otot-otot wajah dan mulut menegang yang dapat membuat reposisi sulit dilakukan
- Jika reposisi mengalami kesulitan, pasien dapat diberikan midazolam 2 mg atau 0,03-0,3 mg/kgBB intravena sebagai muscle relaxant, dan lidokain 1% sebanyak 1−2 ml intraartikular untuk mengurangi nyeri.
- Setelah reposisi berhasil, lakukan fiksasi mandibula baik secara intraoral menggunakan wire maupun ekstraoral menggunakan kasa
Pendekatan Konservatif Ekstraoral
Pendekatan konservatif ekstraoral dilakukan jika kasus dislokasi TMJ yang dihadapi adalah unilateral. Pada kondisi ini tidak memungkinkan untuk melakukan teknik intraoral dikarenakan tangan operator tidak dapat menjangkau sendi di sisi tertutup.[1]
Reposisi dilakukan dengan cara menekan bagian TMJ yang mengalami dislokasi untuk dikembalikan ke posisi aslinya. Seringkali pada kasus ini diperlukan teknik intervensi minimal, yaitu injeksi anestesi atau muscle relaxant untuk mengurangi rasa nyeri.[7]
Pendekatan Konservatif Medikamentosa
Pada pendekatan konservatif medikamentosa, pasien diminta mengonsumsi obat analgetik, antiinflamasi, tranquilizer, atau muscle relaxant. Kemudian ditunggu hingga nyeri atau spasme otot reda, sehingga reposisi spontan akan terjadi.[10]
Pendekatan Intervensi/Bedah
Pada teknik intervensi/bedah, dilakukan operasi pada tulang untuk mencegah berulangnya dislokasi TMJ. Beberapa pembedahan yang dapat dilakukan adalah reduksi terbuka, eminektomi (pemotongan eminensia artikular), kondilektomi parsial (pemotongan sebagian kondilus), dan kondilektomi toal (pemotongan seluruh kondilus dan diikuti dengan pembuatan protesa).[1]
Follow up
Setelah penanganan dislokasi TMJ, pasien harus dipantau selama 24−48 jam untuk melihat apakah fiksasi/bandage yang diberikan tetap terpasang dengan baik, serta melihat kemungkinan kekambuhan. Beberapa rekomendasi yang harus dilakukan pasien pasca tindakan adalah:
- Pasien diinstruksikan untuk makan makanan lunak dan tidak boleh membuka mulut terlalu lebar selama 3-4 minggu pasca reposisi.
- Pasien diberikan obat analgetik dan muscle relaxant jika dirasa perlu
- Sarankan pasien untuk melakukan fisioterapi
- Lakukan eliminasi faktor predisposisi, di mana jika terdapat maka kondisi tersebut harus dibenahi [1,3,7]